Latar
Bali merupakan salah satu wilayah kepulauan Indonesia yang kaya akan berbagai sumberdaya arkeologi yang terdapat hampir di seluruh plosok wilayahnya. Tinggalan arkeologi merupakan sumber informasi yang mengandung pesan dan kesan yang merupakan produk warisan nenek moyang dilandasi oleh pengetahuan, teknologi, tradisi dan kehidupan spiritual masa lampau yang penting dalam kepribadian suatu bangsa, karena tinggalan arkeologi khususnya yang berupa tinggalan material atau benda-benda budaya memegang peranan penting dalam proses kehidupan manusia. Dalam tinggalan material terkandung nilai-nilai luhur yang berhubungan dengan ideologi, teknologi, sosiologi dan lain-lain. Nilai–nilai luhur tersebut harus dijaga kelestariannya demi kepentingan generasi penerus karena nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang, sangat penting sebagai cermin kehidupan masa kini yang dapat menjaga ketahanan nasional bangsa yakni persatuan dan kesatuan bangsa serta memiliki arti penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Arkeologi dewasa ini mencoba melirik budaya hidup yang berlanjut dari masa lalu untuk dijadikan suatu data perbandingan dalam menarik berbagai eksplanasi mengenai masa lalu manusia. Indonesia dengan kemajemukan latar belakang, etnis, kepercayaan dan agama, lintas sejarah serta budaya sangat memungkinkan untuk dijadikan acuan dalam mencari benang merah penghubung kebudayaan masa lalu, sebab sebagian dari masyarakat kita masih memiliki pola hidup sederhana yang merupakan kelanjutan pola hidup masa lalu (Hakim, 1997). Dan Kabupaten Negara adalah satu dari delapan kabupaten di Bali yang memiliki potensi tinggalan arkeologi dengan berbagai jenis dan dari masa yang berbeda. Beberapa tinggalan arkeologi yang ada di Kabupaten Negara adalah Situs Manusia Purba Gilimanuk, Prasadha Pura Bakungan, Sarkofagus Brambang, Pura Merta Sari, Pura Pecangakan, Pura Majapahit, Pura Perancak, Pura Rambut Siwi, Puri Andul dan banyak lagi yang lainnya.
Satu dari tinggalan arkeologi di Kabupaten Negara yang telah pernah mendapatkan upaya pelestarian berupa pemugaran adalah gapura kuna Puri Andul. Gapura kuna Puri Andul Negara sampai saat ini masih difungsikan sebagai jalan (akses) untuk keluar masuk merajan agung dan areal Puri Andul secara keseluruhan.
Pelestarian dalam bentuk pemugaran yang dilaksanakan terhadap gapura kuna Puri Andul didasarkan atas hasil studi teknis arkeologi yang dilaksanakan pada tahun 2007. Studi teknis arkeologi yang dilaksanakan terhadap gapura kuna Puri Andul dimaksudkan untuk mengumpulkan/merekaman data mengenai kondisi struktur gapura kuna, yakni perubahan-perubahan dan kerusakan yang terjadi. Data yang dikumpulkan antara lain adalah data sejarah, arkeologis, teknis (arsitektur dan struktural), keterawatan dan lingkungan. Sedangkan tujuan dari kegiatan Studi teknis arkeologi gapura kuna Puri Andul adalah untuk menetapkan metode (tata cara) dan tehnik pelaksanaan pelestarian melalui upaya pemugaran berdasarkan atas analisis data arsitektur, struktur, kondisi struktur (keterawatan) serta data lingkungan.
Upaya pelestarian yang dilaksanakan terhadap gapura kuna Puri Andul mengingat struktur cagar budaya ini memiliki nilai penting yang sejalan dengan keberadaan dan perkembangan Kerajaan Brambang di Jembrana. Kerajaan Brambang adalah salah satu kerajaan yang cukup penting dalam masa kerajaan di Bali, kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mengwi (Badung) yang wilayah kekuasaannya sampai di wilayah Blambangan (Banyuwangi).
Kegiatan evaluasi pemugaran gapura kuna Puri Andul Negara dilaksanakan selama 4 hari, dimulai dari tanggal 27 sampai dengan 30 Agustus 2015, dengan susunan tim sebagai berikut :
1. | Ketua Tim Pengumpul Data Sejarah/ Arkeologis | : | A.A Gde Warmadewa,SS. |
2. | Pengumpul Data Teknis/Juru Gambar | : | I Wayan Sukarya Adi Putra |
3. | Pengumpul Data Keterawatan | : | I Dewa Made Swastika |
4. | Pembantu Juru Gambar | : | I Gst. Ngurah. Darmawan |
Letak dan Lingkungan
Puri Andul Negara secara administratif terletak di Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana. Desa Batuagung memiliki wilayah yang memanjang dari utara ke selatan, yang panjangnya kurang lebih 9 km. Keadaan tanah desa ini, dibagian utara terdiri dari dataran tinggi yang berbukit-bukit, dengan luasan sekitar 35% dari keseluruhan luas wilayah Desa Batuagung, dengan kemiringan antara 20 – 40% dan ketinggian 0 sampai 600 meter. Sedangkan di sebelah selatan desa merupakan dataran rendah yang subur. Sebagai wilayah yang cukup subur Desa Batuagung memiliki sumber air yang melimpah, bersumber dari beberapa buah sungai, yaitu Sungai Telepus dan Sungai Panca Gede. Sungai Telepus yang terletak dibatas utara desa dimanfaatkan sebagai sumber air PDAM untuk memenuhi kebutuhan air di Banjar Taman, Sawe, Palunganbatu, Masean dan Yeh Makecir, sedangkan air dari Sungai Panca Gede dialirkan untuk memenuhi kebutuhan air sampai di Balai Panceseming. Satu buah sungai yang peranannya cukup penting di wilayah Desa Batuagung adalah Sungai Tukadaya yang airnya dimanfaatkan untuk mengairi sawah-sawah Subak Sawe serta subak-subak yang ada di sekitar Desa Batuagung, seperti misalnya subak-subak di Desa Budeng, Desa Dangin Tukadaya, Kelurahan Dauhwaru dan Kelurahan Sangkaragung.
Desa Batuagung termasuk wilayah yang memiliki iklim tropis, dimana curah hujan cukup banyak, yaitu berada diangka rata-rata 2000 sampai 3000 mm/tahun (terutama pada bulan Oktober sampai dengan April).
Uraian tersebut di atas merupakan gambaran makro kondisi Desa Batuagung, dan berikut ini akan diuraikan sedikit mengengenai kondisi lingkungan di sekitar Puri Andul Jembrana. Puri andul Jembrana memiliki batas-batas sebagai berikut : di sebelah utara pemukiman penduduk, sebelah barat pemukiman, sebelah timur jalan menuju ke Desa Batuagung dan sebelah selatan adalah Pura Jaga Rawi dan pemukiman. Secara keseluruhan lingkungan Puri Andul adalah pemukiman penduduk yang cukup padat dengan jumlah vegetasi yang tidak terlalu banyak, hanya ada beberapa jenis pepohonan yang ada di sekitar lingkungan Gapura Kuna Puri Andul.
Orbitasi untuk dapat mencapai lokasi Puri Andul cukup mudah, karena berada di jalur utama yang menghubungkan Denpasar – Jembrana dan Gilimanuk. Tepatnya dari kota Denpasar untuk mencapai Puri Andul berjarak sekitar 96 km, sedangkan dari Ibukota Kabupaten berjarak sekitar 3 km ke arah timur, tepatnya berada di sebelah barat laut perempatan Desa Batuagung.
Data Sejarah
Sejarah berdirinya Puri Andul dapat diketahui dari masa pemerintahan Kerajaan Brambang di Jembrana. Ketika I Gusti Agung Widia bertahta di Gelgel, beliau mengutus salah seorang putranya yang bernama I Gusti Ngurah Basangtamiang dengan pengawalan berupa pasukan perang dan beberapa orang rakyat untuk menempati sebuah daerah bernama Brambang yang berlokasi di Jembrana. Selain mengemban tugas dari ayahnya, juga atas perintah Dalem yang memerintah di Gelgel pada saat itu. I Gusti Ngurah Basangtamiang akhirnya tiba di Desa Brambang untuk memegang tampuk pemerintahan dan mendirikan sebuah istana. Atas perintah Dalem agar istana yang dibangun terletak di dataran yang tinggi, agar berdirinya istana di Brambang akan dapat dilihat dari Blambangan (Banyuwangi), yang merupakan jajahan Kerajaan Gelgel. Pada saat pemerintahan I Gusti Ngurah Basangtamiang di Kerajaan Brambang, seluruh rakyat dan para patihnya sangat setia, taat, dan patuh kepada beliau.
Beberapa tahun beliau lamanya memerintah di Brambang, akhirnya dikisahkan beliau mempunyai putra yang bernama I Gusti Brambang Murti. Beliau adalah seorang putra yang sangat taat dan patuh kepada orang tua, namu tidak berapa lama setelah beliau dewasa, I Gusti Ngurah Basangtamiang wafat. I Gusti Brambang Murti menggantikan kedudukan ayahnya menjadi raja di Kerajaan Brambang. Beliau senang melakukan semadi, sehingga dianugrahi kesaktian yang sangat dibanggakannya. Pada saat beliau melakukan semadi pula beliau mempersunting seorang istri yang bernama I Gusti Ayu Dari. Selama I Gusti Brambang Murti memerintah di Kerajaan Brambang, keadaan kerajaan tentram, aman dan tanpa adanya perselisihan. Hal ini membuat Kerajaan Brambang menjadi mashur dan seluruh rakyatnya hidup tenteram. Suasana tenteram Kerajaan Brambang menjadi terganggu dengan adanya serangan yang tiba-tiba dari Kerajaan Blambangan. Rakyat bergolak melakukan perlawanan dalam peperangan yang sangat dahsyat, yang akhirnya dimenangkan oleh Kerajaan Brambang yang pada akhirnya membuat Kerajaan Blambangan tetap tunduk kepada Kerajaan Brambang.
Dikisahkan I Gusti Brambang Murti memiliki seorang putra yang bernama I Gusti Gede Giri dan seorang putri yang bernama I Gusti Ayu Asti. Pemegang kekuasaan berikutnya di Kerajaan Brambang adalah I Gusti Gede Giri. Tidak lama setelah beliau memegang kekuasaan, Kerajaan Brambang diserang oleh Kerajaan Buleleng yang saat itu diperintah oleh I Gusti Panji Sakti. Selanjutnya Kerajaan Brambang takluk di bawah kekuasaan Kerajaan Buleleng dan status I Gusti Gede Giri diturunkan menjadi manca agung, bukan lagi sebagai raja. I Gusti Gede Giri dikaruniai 2 orang putra, yaitu : I Gusti Ngurah Tapa dan I Gusti Ngurah Made Yasa.
Dalam Babad Sang Aji Basangtamiang disebutkan bahwa Kerajaan Brambang merupakan bagian dari Kerajaan Mengwi (Mangunpura). Pada saat itu di Mengwi bertahta seorang raja yang bernama Ida Anak Agung Ngurah Gde Agung. Berita kekalahan Kerajaan Brambang atas Kerajaan Buleleng telah sampai di Kerajaan Mengwi. Ida Anak Agung Ngurah Gde Agung mengutis I Gusti Celul Tereh mengadakan penyelidikan ke Buleleng dan meminta ketegasan kepada Raja Buleleng agar Kerajaaan Brambang dan Blambangan dikembalikan kepada Kerajaan Mengwi. Namun dengan tegas Keinginan Kerajaan Mengwi ditolak oleh Kerajaan Buleleng. Karena kedua pihak mempertahankan prinsip masing-masing maka Kerajaan Mengwi memutuskan untuk melakukan penyerangan ke Kerajaan Buleleng. Dalam peperangan kedua belah pihak kehilangan balatentara yang sama banyaknya. Akhirnya karena sama-sama kewalahan diputuskan untuk menempuh jalan damai, dengan syarat Kerajaan Brambang dan Blambangan dikembalikan di bawah kekuasaan Kerajaan Mengwi dan menyerahan adik dari Ki Gusti Panji Sakti yang bernama Ki Gusti Ayu Panji untuk dipersunting sebagai istri.
Sekitar tahun 1621 caka (1699 masehi) Kerajaan Brambang diperintah oleh I Gusti Putu Tapa, merencanakan akan melaksanakan upacara maligya bagi para leluhur yang telah wafat. Untuk menyampaikan maksud tersebut I Gusti Putu Tapa mengutus adiknya I Gusti Made Yasa ke Mengwi dan memohon agar Raja Mengwi bersedia menghadiri acara tersebut. Setelah meyampaikan maksud tersebut kepada Raja Mengwi, I Gusti Made Yasa dan rombongan dari Kerajaan Brambang segera mohon diri untuk kembali ke Jembrana. Sebelum tiba di Istana Brambang, beliau dicegat oleh hamba beliau dan mengatakan bahwa kerajaan beserta istana telah hancur dan musnah akibat bencana yang melanda. I Gusti Made Yasa beserta rombongan kembali ke Mengwi untuk meyampaikan apa yang terjadi di Kerajaan Brambang. Dengan adanya pristiwa tersebut Raja Menwi membuat kebijakan untuk tetap mempertahankan jalinan kekeluargaan diantara Kerajaan Brambangan dan Mengwi. Beliau mengawinkan I Gusti Made Yasa dengan I Gusti Ayu Resik, serta menganugrahkan sebilah keris yang bernama I Kebo Dongol dan sebuah tombak yang bernama I Dukuh Sakti serta dianugrahkan 100 orang rakyat untuk membangun kembali Kerajaan Brambang. I Gusti Made Yasa beserta rakyatnya membangun kembali istana di tempat yang baru. Lokasi ini banyak ditumbuhi pepohonan, baik besar maupun kecil. Diantara pepohonan itu banyak terdapat pohon andul. Dalam kitab sastra Jawa Kuna “Kalangwan” karya P.J. Zoetmulder, yang dimaksud dengan pohon andul adalah pohon rijasa. Oleh sebab itu istana yang dibangun di lokasi tersebut disebut dengan Puri Andul, karena dikelilingi oleh pohon andul.
Perkawinan I Gusti Made Yasa dengan I Gusti Ayu Resik dikaruniai seorang putra bernama I Gusti Gde Andul. Atas persetujuan Raja Mengwi, setelah dewasa beliau memerintah di Jembrana. I Gusti Made Yasa akhirnya meninggal karena usianya yang telah lanjut. Pemerintahan I Gusti Gde Andul melanjutkan sistem pemerintahan ayahnya, dan beliau sangat taat dan masih mengadakan hubungan yang baik dengan Kerajaan Mengwi.
Data Arkeologi
Data arkeologi adalah data tentang nilai penting bangunan cagar budaya terhadap sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan serta kebudayaan dan memiliki tingkat keaslian yang meliputi bahan, bentuk, tata letak dan tehnik pengerjaan, selain itu data arkeologi juga meliputi data-data kontesktual yang berhubungan dengan benda-benda cagar budaya yang memiliki keterkaitan dengan suatu situs cagar budaya. Berkenaan dengan hal tersebut, data arkeologi yang terdapat di Puri Adul Negara adalah struktur cagar budaya yang berupa gapura kuna. Gapura kuna Puri Andul Negara merupakan pintu masuk menuju ke Merajan Agung Puri Andul, terbuat dari bahan perpaduan antara batu padas dan bata. Gapura kuna ini telah mendapatkan upaya pelestarian berupa pemugaran oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali pada tahun 2010. Pelaksanaan pemugaran dilakukan mengingat kondisi gapura kuna Puri Andul pada saat itu telah mengalami kerusakan dan pelapukan yang cukup parah. Visualisasi bentuk gapura kuna Puri Andul dilihat dari sisi vertikal terbagi menjadi struktur kaki, badan dan atap, sedangkan dilihat dari sisi horizontal terbagi menjadi pengawak gede dan caping (kiri dan kanan).
Data Teknis
Data teknis dapat didefinisikan sebagai data tentang kondisi teknis dan tingkat kerusakan bangunan atau struktur cagar budaya serta lingkungannya, untuk menetapkan layak dan tidaknya bangunan atau struktur cagar budaya mendapatkan upaya pelestarian atas dasar pertimbangan teknis. Lebih jelasnya mengenai data teknis gapura kuna Puri Andul akan diuraikan sebagai berikut :
- Struktur Kaki
Struktur kaki pengawak gede berukuran 3,27 cm x 1,42 cm dengan tinggi 0,77 cm dari permukaan tanah (halaman), menggunakan batu padas yang terdiri enam lapis. Ukuran ketebalan rata-rata batu padas struktur kaki berukuran 0,13 cm. Struktur kaki gapura kuna Puri Andul adalah struktur yang dibuat polos tanpa ada ornamen hiasan dan saat ini kondisi struktur kaki ini masih dalam kondisi yang baik dan stabil.
- Struktur Lantai dan Lorong
Struktur lantai gapura kuna Puri Andul terbuat dari bahan batu padas yang dipasang dengan arah memanjang. Lantai ini adalah tempat pijakan dan untuk menempatkan struktur kusen dan pintu. Sedangkan struktur lorong merupakan bagian dari pengawak gede yang terbuat dari bahan bata. Pada bidang lorong ini ditempatkan struktur kusen dan daun pintu. Kondisi terkini dari struktur lantai dan lorong saat ini masih dalam kondisi yang baik, dan gejala kerusakan dan pelapukan yang nampak hanyalah berupa tumbuhnya jasad organik yang berupa moss. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya pengaruh air, yang membuat bagian struktur lantai dan lorong sedikit lembab.
- Sruktur Badan
Struktur badan, baik itu struktur pengawak gede maupun caping kiri dan kanan secara keseluruhan terbuat dari bahan bata. Bata penyusun struktur badan ini berukuran panjang 35 cm, lebar 20 cm dan tebal 6 cm. Struktur pengawak gede memiliki ukuran tinggi 415 cm, lebar 90 cm dan tebal 97 cm, merupakan struktur yang dibuat polos tanpa ada ornamen hiasan. Sedangkan pada struktur caping berukuran tinggi 250 cm, lebar 136 cm dan tebal 107 cm. Caping kiri maupun kanan memiliki ornamen hias berupa subeng dengan motif perbingkaian bunga dan daun. Ornamen hias ini terletak pada bagian atas, berbentuk bujur sangkar berukuran 47 cm x 45 cm. Bidang yang menjadi tempat dudukan subeng berukuran panjang 1,35 cm, lebar 0,96 cm dan tinggi 0,84 cm, dengan salah satu ujungnya (ujung utara dan selatan) diberi hiasan melengkung berbentuk huruf “S” terbalik. Keseluruhan struktur badan gapura kuna Puri Andul saat ini masih dalam kondisi yang stabil, kalaupun ada gejala kerusakan dan pelapukan hanyalah berupa sementasi akibat dari pemakaian semen pada saat pelaksanaan pemugarannya dulu.
- Struktur Atap
Struktur atap gapura kuna Puri Andul berbentuk limas (segi lima) dengan keseluruhan bahannya terbuat dari bata. Struktur atap ini memiliki ukuran tinggi 100 cm, lebar 363 cm dan tebal 127 cm. Dibuat polos tanpa ornamen hias dan saat ini kondisinya masih baik serta stabil. Kalaupun ada gejala kerusakan dan pelapukan yang nampak hanyalah berupa tumbuhnya jasad organik berupa moss dan algae. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh pengaruh air hujan dan yang sampai kepermukaan bidang struktur atap, mengingat gapura kuna ini terbuat dari bahan bata yang memiliki sifat yang phorus (berlubang dan menyimpan air). Sehingga membuat kelembabannya cukup tinggi dan merangsang tumbuhnya jasad-jasad organik seperti yang disebutkan di atas.
- Pintu dan Kusen
Pintu dan kusen gapura kuna Puri Andul terbuat dari bahan kayu nangka, dengan ornamen kupakan khas Bali. Daun pintu memiliki ukuran tinggi 240 cm, tebal 5 cm dan lebar 95 cm. Kusen memiliki ukuran tinggi 317 cm, tebal 10 cm dan lebar 127 cm. Kondisi terkini dari struktur pintu dan kusen ini masih bagus dan stabil tanpa ada gejala kerusakan dan pelapukan yang berarti. Gejala yang nampak hanya berupa adanya sedikit pemudaran warna yang disebabkan oleh pengaruh sinar matahari yang langsung mengenai permukaan struktur pintu dan kusen.
Data Keterawatan
Gejala kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada gapura kuna Puri Andul Negara disebabkan oleh faktor internal dan external, antara lain disebabkan oleh debu dan angin yang nantinya akan menambah kerusakan dan pelapukan lebih lanjut. Selain kerusakan dan pelapukan yang disebabkan oleh faktor di atas, gapura kuna ini juga terdapat pertumbuhan jasad-jasad oganik serta pengaruh penggunaan semen pada pemugarannya dulu yang juga merupakan faktor penyebab kerusakan dan pelapukan pada struktur cagar budaya ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gapura kuna Puri Andul Negara ini telah mengalami empat jenis gejala keusakan dan pelapukan, yaitu : kerusakan mekanis, pelapukan fisis, pelapukan chemis dan pelapukan biologis.
- Kondisi Fisik
- Kerusakan Struktural
Suatu kondisi yang tidak utuh, tidak sempurna yang terjadi pada unsur-unsur struktural suatu bangunan atau struktur cagar budaya. Unsur-unsur yang berkaitan dengan aspek struktural suatu bangunan atau struktur seperti : stabilitas tanah dasar/pondasi sistem sambungan yang digunakan, jenis atap yang digunakan, kuat tekan, kuat geser dan lain-lain. Pengertian kerusakan struktural bangunan atau struktur cagar budaya ini berlaku untuk semua jenis bangunan atau struktur, baik bangunan atau struktur cagar budaya yang berbahan batu, kayu maupun bata. Data kerusakan struktural sangat berguna untuk menentukan metode dan penyelesaian yang berkaitan dengan perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi dengan memperhatikan faktor penyebab dan proses terjadinya kerusakan tersebut.
- Kerusakan Arsitektural
Suatu kondisi yang tidak utuh, tidak sempurna yang terjadi pada unsur-unsur arsitektural suatu bangunan atau struktur cagar budaya. Unsur-unsur yang berkaitan dengan aspek arsitektural suatu bangunan atau struktur adalah meliputi unsur-unsur dekoratif, relief, umpak dan lain-lain. Data-data kerusakan arsitektural ditinjau dari kelengkapan unsur atau komponen bangunan atau struktur yang masih asli, yang telah diganti/diubah, dan bagian dari bangunan atau struktur yang hilang berdasarkan pendekatan keaslian bentuk arsitekturnya. Data identifikasi kerusakan arsitektural digunakan untuk menentukan langkah-langkah pemulihan aspek arsitektur suatu bangunan atau struktur cagar budaya berdasar pada prinsip-prinsip dan kaidah pemugaran.
- Faktor Penyebab Kerusakan dan Pelapukan
Berdasarkan sifat-sifatnya, faktor yang memicu proses degradasi bahan pada cagar budaya dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor perencanaan (teknologi pembuatan) dan faktor menurunnya rasio kwalitas bahan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor lingkungan seperti iklim, air, biologis (mikroorganisme), bencana alam dan vandalisme (manusia).
Dari segi bentuknya, bentuk degradasi yang terjadi pada bangunan atau struktur cagar budaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kerusakan dan pelapukan. Kerusakan dan pelapukan mempunyai pengertian yang hampir sama, tetapi secara teknis istilah tersebut dapat dibedakan. Dimana yang dimaksud dengan kerusakan adalah perubahan yang terjadi pada bangunan atau struktur cagar budaya yang tidak disertai dengan perubahan sifat-sifat fisik dan kimiawi, sedangkan pelapukan adalah perubahan yang terjadi pada bangunan atau struktur cagar budaya yang disertai dengan adanya perubahan sifat-sifat fisik dan kimiawinya. Hasil pengamatan/observasi yang dilakukan maka teridentifikasi proses kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada gapura kuna Puri Andul Negara adalah sebagai berikut :
- Kerusakan Mekanis
Merupakan kerusakan yang dapat dilihat secara visual berupa retak, pecah dan patah. Kerusakan ini juga terkait dengan kondisi lingkungan bangunan atau struktur cagar budaya terutama fluktuasi suhu udara, disamping tidak terlepas dari gaya statis maupun gaya dinamis yang diterima oleh sebuah bangunan. Yang dimaksud dengan gaya statis adalah adanya tekanan beban dari atas terhadap lapisan batu di bawahnya, sedangkan yang dimaksud dengan gaya dinamis adalah suatu gaya yang dipengaruhi oleh faktor luar (eksternal), seperti getaran gempa bumi (faktor alam). Kerusakan mekanis secara keseluruhan pada kori agung mencapai prosentase kurang lebih 2 % dari keseluruhan permukaan bidangnya. Visualisasi dari gejala kerusakan mekanis pada gapura kuna Puri Andul ini adalah berupa retak dan pecah mikro.
- Pelapukan Fisis
Merupakan pelapukan yang disebabkan oleh iklim dimana bangunan atau struktur cagar budaya itu berada, baik secara mikro maupun secara makro. Unsur iklim, suhu dan kelembaban merupakan faktor utamanya, besarnya amplitudo suhu dan kelembaban baik itu siang maupun malam hari akan sangat memicu terjadinya pelapukan secara fisis. Pelapukan secara fisis yang terjadi pada gapura kuna Puri Andul Negara antara lain berupa aus pada beberapa bagian permukaan bidangnya. Semua gejala pelapukan fisis yang nampak pada gapura kuna ini kemungkinan disebabkan oleh faktor adanya kapilarisasi air tanah dan pengaruh air hujan. Pelapukan fisis yang terjadi pada gapura kuna Puri Andul Negara secara keseluruhan mencapai prosentase kurang lebih 1% dari keseluruhan permukaan bidangnya. Visualisasi dari gejala pelapukan fisis pada gapura kuna Puri Andul Negara adalah berupa penggaraman, pelapukan dan pengelupasan permukaan komponennya.
- Pelapukan Chemis
Pelapukan yang terjadi pada bangunan dan struktur cagar budaya sebagai akibat dari proses atau reaksi kimiawi. Dalam proses ini faktor yang berperan adalah air, penguapan dan suhu. Air hujan dapat melapukan benda melalui proses oksidasi, karbonatisasi, sulfatasi dan hidrolisa. Gejala-gejala yang nampak pada pelapukan ini adalah berupa penggaraman. Selain karena pengaruh air, gejala pelapukan chemis yang terjadi pada gapura kuna Puri Andul Negara juga disebabkan oleh pemakain semen pada pelaksanaan pemugarannya, sehingga nampak adanya sementasi pada beberapa permukaan bidang komponen gapura kuna ini. Prosentase gejala pelapukan chemis yang terjadi pada gapura kuna Puri Andul Negara ini kira-kira mencapai 2% dari keseluruhan permukaan bidangnya.
- Pelapukan Biologis
Pelapukan pada material bangunan dan struktur cagar budaya yang disebabkan oleh adanya kegiatan mikroorganisme, seperti pertumbuhan jasad-jasad organik berupa lichen, moss, algae dan pertumbuhan perdu. Gejala yang nampak pada pelapukan ini adalah berupa diskomposisi struktur material, pelarutan unsur dan mineral, adanya noda pada permukaan material dan sebagainya. Prosentase pelapukan biologis yang nampak pada gapura kuna Puri Andul Negara mencapai sekitar 8% dari keseluruhan permukaannya.
- Faktor Penyebab Kerusakan dan Pelapukan
- Faktor Internal
Faktor internal meliputi faktor perencanaan (teknologi pembuatan), faktor menurunnya rasio kwalitas bahan serta letak atau posisi bangunan atau struktur. Bangunan atau struktur yang dibuat dengan perencanaan atau teknologi yang baik akan memiliki daya tahan yang baik serta dapat mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh faktor mekanis dan fisik. Bangunan atau struktur yang dibuat dengan bahan yang kwalitasnya jelek akan cepat mengalami kerusakan sedangkan bangunan atau struktur yang dibuat dengan bahan yang bagus akan bertahan lebih lama dari berbagai macam kerusakan dan pelapukan serta tanah tempat suatu bangunan atau struktur cagar budaya berdiri juga mempengaruhi kelestarian material bangunan atau struktur. Tanah yang memiliki sifat rentan terhadap faktor air, daya tahannya akan mudah menurun sehingga menyebabkan kondisi bangunan atau struktur tidak stabil.
- Faktor External
Faktor eksternal adalah faktor lingkungan yang meliputi faktor fisis (suhu, kelembaban, hujan), faktor biologis, faktor kimiawi, bencana alam serta faktor manusia (vandalisme). Pengaruh suhu dan kelembaban yang yang tinggi dan berubah-ubah akan mengakibatkan suatu bangunan atau struktur cagar budaya kondisinya tidak stabil, yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan dan pelapukan. Air hujan juga akan menyebabkan kelembaban pada bangunan cagar budaya akan meningkat yang pada akhirnya akan merangsang tumbuhnya jasad–jasad organik pada permukaan material cagar budaya yang pada akhirnya juga akan menimbulkan kerusakan dan pelapukan. Faktor eksternal penyebab kerusakan dan pelapukan pada bangunan atau struktur cagar budaya sangat sulit untuk dihindari, apalagi terhadap bangunan atau struktur cagar budaya yang terdapat di alam terbuka.
Evaluasi Pemugaran Gapura Kuna Puri Nadul Negara
Kegiatan evaluasi pasca pemugaran merupakan suatu kegiatan untuk merekam atau mengumpulkan data kerusakan yang terjadi pada suatu bangunan atau struktur cagar budaya yang sudah mendapatkan usaha pelestarian berupa pemugaran pada waktu yang lalu. Kegiatan evaluasi pasca pemugaran ini dipandang sangat perlu dilaksanakan mengingat akan pentingnya pemantauan akan kondisi terkini dari bangunan atau struktur cagar budaya yang sudah mendapatkan perlakuan pelestarian melalui kegiatan pemugaran.
Mengingat akan pentingnya kegiatan evaluasi pasca pemugaran, maka dilaksanakanlah kegiatan ini terhadap struktur cagar budaya yang berupa gapura kuna yang terdapat di Puri Andul Negara, yang sudah pernah mendapatkan usaha pelestarian melalui kegiatan pemugaran beberapa tahun yang lalu. Merupakan rentang yang sudah cukup lama untuk melaksanakan pengamatan terhadap kondisi terkini dari gapura kuna ini dari selesainya pelaksanaan pemugarannya beberapa tahun yang lalu, baik itu terhadap kondisi fisik bangunan, kondisi keterawatan dan lingkungannya.
Selama pelaksanaan kegiatan evaluasi pasca pemugaran terhadap gapura kuna Puri Andul ini, secara umum kondisi struktur cagar budaya ini masih sangat baik. Rentang waktu dari selesai dipugar sampai dengan sekarang, kondisi fisik gapura kuna Puri Andul Negara ini masih terlihat stabil. Dan kalaupun ada gejala-gejala kerusakan dan pelapukan jumlah dan prosentasenya tidak terlalu besar. Dilihat dari data pemugaran yang berupa gambar-gambar rencana pemugaran serta data dokumentasi berupa foto dapat diketahui bahwa proses pelaksanaan pemugaran pada saat itu telah menerapkan sistem pemugaran yang baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip pemugaran bangunan atau struktur cagar budaya.
Penerapan pemugaran dengan memperhatikan syarat-syarat teknis tersebut di atas juga dibarengi dengan pelaksanaan prinsip-prinsip konservasi, baik itu konservasi struktur bangunan maupun konservasi bahan/komponen bangunan yang merupakan unsur asli gapura kuna Puri Andul. Konservasi struktur adalah dengan pemasangan lapisan kedap air jenis thermosetting pada bagian plat dan antara batu isian dengan dengan batu yang merupakan kompnen asli (batu kulit), hal ini bertujuan untuk mengantisipasi kerusakan dan pelapukan yang disebabkan oleh adanya kapilarisasi air tanah. Lebih jelasnya mengenai penanganan gejala kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada gapura kuna Puri Andul akan diuraikan pada uraian rencana penanganan di bawah ini.
Rencana Penanganan Gejala Kerusakan dan Pelapukan
- Penanganan Tradisional
Penanganan secara tradisional dilakukan dengan mempergunakan peralatan seperti solet, sapu lidi, sikat ijuk, kapi serta peralatan lainnya. Tindakan ini efektif bila kerusakan secara biologis seperti moss, algae dan lichen telah mengering dan mati.
- Penanganan Modern
Perawatan modern adalah perawatan yang dilakukan dengan mempergunakan bahan kimia. Adapun jenis penanganan perawatan modern yang dilakukan adalah : pembersihan, perbaikan, konsolidasi, pengawetan dan pemberian lapisan pelindung (coating).
Berikut ini akan diuraikan tentang bagaimana kegiatan penanganan secara modern dilaksanakan :
- Pembersihan
- Pembersihan Mekanis Kering
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membersihkan akumulasi debu, kotoran-kotoran dan endapan-endapan tanah dalam bentuk inkratasi bekas-bekas rumah serangga. Dalam pelaksanaannya pembersihan mekanis kering dilaksanakan dengan hati-hati dan cermat untuk menghindari adanya pertambahan kerusakan mekanis.
- Pembersihan Mekanis Basah
Kegiatan pembersihan mekanis basah disini dengan mempergunakan bahan kimia jenis AC 322 dengan tujuan untuk membunuh jasad-jasad renik yang sangat membandel dan masih aktif.
- Pembersihan Chemis
Pembersihan chemis dilakukan untuk membersihkan noda-noda yang sulit dibersihkan secara tradisional, seperti moss, algae, lichen, dan garam-garam yang sudah mengendap. Bahan yang dipergunakan pada kegiatan ini adalah pelarut organik sejenis alkohol, aceton dan larutan air. Sebelum mempergunakan bahan-bahan tersebut perlu dilaksanakan pengujian terlebih dahulu untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan dampak yang terjadi terhadap obyek yang akan dikonservasi.
- Perbaikan
Adapun beberapa cara untuk menangani jenis kerusakan yang terdapat pada gapura kuna Puri Andul Negara adalah sebagai berikut :
- Penyambungan
Kegiatan ini dilakukan pada bata dan batu padas yang pecah maupun yang patah. Adapun bahan yang dipergunakan adalah DF 614 dengan perbandingan 1 : 4
- Kamuflase
Sasaran dari kegiatan ini adalah pada bagian bata dan batu padas yang telah disambung, dengan tujuan untuk menyangga dan memperkuat bekas sambungan tadi. Bahan yang dipergunakan adalah bubuk bata dan batu padas.
- Konsolidasi
Untuk memperkuat struktur bata dan batu padas yang telah lapuk maka sangat perlu dilakukan konsolidasi. Adapun bahan yang dipergunakan adalah paraloid B-72 dengan bahan pelarut Ethyl Acetate dengan konsentrasi 3 %.
- Pengawetan
Untuk pengawetan bata dan batu padas dipergunakan bahan Nyvar X-1 dengan konsentrasi 5 %. Pengawetan dilakukan pada semua permukaan bata dan batu padas.
- Pelapisan (Coating)
Tindakan pemberian lapisan pelindung, sasarannya adalah diseluruh permukaan komponen gapura kuna Puri Andul Negara, karena lokasi struktur cagar budaya ini berada di tempat yang tidak terlindung.
- Kedap Air
Pemasangan kedap air disini sangat diperlukan dengan tujuan untuk menghindari akan terjadinya kapilarisasi air yang masuk ke dalam gapura kuna Puri Andul Negara, baik itu air tanah maupun air hujan.
Rencana Penanganan Lingkungan
Hasil dari pelaksanaan pemugaran gapura kuna Puri Andul Negara yang dilaksanakan beberapa tahun yang lalu adalah harapan untuk dapat mewujudkan kembali keberadaan struktur cagar budaya tersebut ke dalam bentuk aslinya, berdasarkan data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Pelaksanaan pemugaran gapura kuna ini didasarkan atas prinsip dan prosedur pemugaran cagar budaya, dengan memperhatikan keaslian bentuk, bahan, tata letak serta teknik pengerjaan. Disamping itu hal yang tidak kalah pentingnya selama pelaksanaan pemugaran gapura kuna Puri Andul Negara adalah dengan menugaskan tenaga-tenaga yang sudah berpengalaman dan memiliki kompetensi terhadap pemugaran cagar budaya. Dengan memperhatikan hal tersebut di atas pemulihan struktur dan arsitektur gapura kuna Puri Andul Negara dapat diwujudkan.
Dalam upaya pelestarian terhadap struktur cagar budaya gapura kuna Puri Andul setelah dilakukannya pemugaran, perlu diimbangi dengan upaya atau usaha untuk penataan lingkungan, agar keberadaan struktur cagar budaya tersebut tampak serasi atau menyatu dengan lingkungan di sekitarnya. Secara umum kerusakan lingkungan yang dapat mempengaruhi keberadaan bangunan atau struktur cagar budaya disebabkan oleh faktor alam dan manusia. Salah satu faktor alam yang dapat mempengaruhi keberadaan bangunan cagar budaya adalah pengaruh air, baik itu yang berupa air tanah maupun air hujan yang tidak dapat dikendalikan, sedangkan faktor manusia yang dapat mempengaruhi keberadaan bangunan atau struktur cagar budaya adalah pemanfaatan lahan di sekitar bangunan atau struktur cagar budaya yang tidak terkendali. Berkenaan dengan hal tersebut maka usaha penataan lingkungan yang dilaksanakan setelah melihat kondisi gapura kuna Puri Andil saat ini adalah :
- Pembuatan Saluran Drainase
Pembuatan saluran drainase gapura kuna Puri Andul negara dimaksudkan sebagai usaha pengendalian genangan air hujan pada saat musim penghujan, selain itu pembuatan saluran drainase ini juga untuk meminimalisasi kapilarisasi air tanah. Alternatif pembuatan saluran drainase ini adalah dengan membuat saluran ke tempat yang posisinya lebih rendah daripada posisi gapura kuna Puri Andul Negara. Selain itu perlu dibuatkan parit kecil yang mengelilingi gapura kuna Puri Andul untuk meminimalisasi genangan air yang sampai ke bagian pondasi saat musim penghujan.
- Pertamanan
Pertamanan adalah kegiatan mengolah dan menata lahan dengan menanami berbagai tanaman dan memperhatikan segi keindahan (estetika), serta banyak terkait dengan penataan ruang menggunakan berbagai elemen, terutama tanaman. Dari pengertian tersebut apabila pertamanan diaplikasikan pada situs cagar budaya harus memperhatikan hal-hal yang sebagai berikut : memberikan keasrian/estetika situs cagar budaya dan lingkungannya, tidak mendominasi situs atau cagar budaya dan tidak mengancam kelestarian situs/cagar budaya. Berdasarkan hal tersebut, kiranya setelah pelaksanaan pemugaran gapura kuna Puri Andul Negara perlu dilaksanakan pertamanan sehingga akan menambah kesan indah dan asri.
- Pembuatan Papan Nama Situs
Sampai saat ini Puri Andul Negara sebagai situs cagar budaya belum memiliki papan nama yang menunjukkan bahwa puri ini adalah situs cagar budaya. Sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui keberadaan Puri Andul sebagai situs cagar budaya. Berkenaan dengan hal tersebut perlu kiranya dibuatkan papan nama yang menunjukkan Puri Andul ini adalah situs cagar budaya, sehingga masyarakat mengetahuinya dan lebih bisa menghargai keberadaannya sebagai suatu warisan yang mengandung nilai-nilai luhur budaya nenek moyang.
Simpulan
Setelah dilaksanakannya kegiatan evaluasi pasca pemugaran gapura kuna Puri Andul Negara, yang diantaranya dengan melaksanakan pengamatan terhadap obyek yang menjadi sasaran kegiatan, pendokumentasian dalam bentuk foto serta gambar dapat disimpulkan bahwa secara umum kondisi gapura kuna ini masih dalam keadaan baik dan stabil. Hal ini dikarenakan pada saat pelaksanaan pemugarannya dulu telah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip pemugaran bangunan atau struktur cagar budaya. Selain itu dari segi pemeliharaan yang dilaksanakan oleh semeton Puri Andul Negara sudah sangat baik, dengan melaksanakan kegiatan pembersihan yang dilaksanakan secara terus-menerus (konsisten). Jadi secara keseluruhan kondisi gapura kuna Puri Andul Negara masih baik dan stabil setelah selesainya pemugaran beberapa tahun yang lalu, walaupun ada beberapa bagian gapura kuna ini yang mengalami gejala kerusakan dan pelapukan. Namun hal itu hanya merupakan gejala kerusakan dan pelapukan yang prosentasenya sangat kecil dan dapat dilakukan perbaikan dengan sistem konsoloidasi dan kamuflase (konservasi).