Evaluasi Hasil Konservasi Cagar Budaya Di Istana Dalam Loka

0
3147

Pokja Pemeliharaan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali


Lingkungan Istana Tua Dalam Loka

Secara astronomis, Istana Dalam Loka terletak pada koordinat UTM x : 0547038, y : 9059888 dan secara geografis Istana Dalam Loka berada pada dataran rendah dengan topografi daerah sekitarnya yang datar dengan ketinggian 24 meter dari permukaan laut.

Secara administrative, Istana Dalam Loka terletak di kelurahan Seketeng, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Besar. Istana Dalam Loka berdiri di tengah-tengah kota Sumbawa Besar yang sedang berkembang pesat dengan lahan seluas 8239 m². Berbatasan dengan Masjid Jami di sebelah barat dan di permukiman penduduk di sebelah timur, serta berbatasan dengan jalan raya dan permukiman di sebelah utara dan di sebelah selatan.

Penataan lingkungan Istana Dalam Loka ini sudah banyak mengalami perubahan, tidak jauh dari bangunan Istana telah dibangun rumah penduduk. Dengan melihat kenyataan bahwa bangunan Istana Dalam Loka berada ditengah-tengah pemukiman penduduk, kondisi lingkungan disekitarnya perlu diperhatikan. Oleh karena sistem drainase yang kurang baik di sekitar bangunan Istana, mak selama musim hujan bangunan Istana Dalam Loka akan tergenang air.

Keadaan lingkungan makro di wlayah Sumbawa Besar mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan mikro di sekitar bangunan Istana. Secara umum permeabilitas tanah relatif rendah didukung pula oleh sistem drainase di sekitar bangunan Istana Dalam Loka yang kurang baik memungkinkan tanah di sekitar bangunan Istana selalu dalam keadaan lembab. Kondisi lingkungan seperti itu merupakan faktor yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman keras dan rumput-rumputan yang hidup subur di halaman Istana Dalam Loka.

 

Latar Sejarah

Pulau Sumbawa mengawali masa sejarahnya pada abad ke-14 Masehi ketika terjadi hubungan politik dengan kerajaan Majapahit yang saat itu berada di bawah kepemimpinan raja Hayam Wuruk dan maha patihnya yang terkenal Gadjah Mada

(1350-1390). Pada saat itu di Sumbawa lebih dikenal dengan adanya kerajaan Dewa Awan Kuning, yang memiliki vassal yaitu kerajaan Jarewah, Taliwang, dan Seran. Raja terakhir dari kerajaan Dewa Awan Kuning adalah Dewa Maja Parua, yang berubah keyakinan dari Hinduisme menjadi Muslim. Perubahan agama ini terjadi karena adanya hubungan dengan kerajaan Islam pertama di Jawa, yaitu kerajaan Demak (1478-1597).

Pada tahun 1632 kerajaan ini takluk kepada kerajaan Gowa dari Sulawesi Selatan. Hubungan dengan kerajaan Gowa kemudian diperkuat dengan perkawinan silang yang beberapa kali terjadi.

24 Desember 1650 : Raja Sumbawa yang bernama Mas Dini menikah dengan puteri raja Tallo

29 Juni 1684 : Raja Sumbawa bernama Mas Bantam, pendiri kerajaan Sumbawa dari dinasti Dewa Dalam Bawa bergelar Sultan Harunnurrasyid I (1674-1702) menikah dengan puteri Raja Gowa

30 November 1072 : Putera kedua Sultan Harunnurrasyid I, Mas Madina, yang kemudian menjadi raja ke-2 dengan gelar Sultan Jalaluddin Muhammad Syah I (1702-1723),menikah dengan puteri raja Gowa yang lain. Perkawinan silang ini dapat dikatakan sebagai perkawinan politik antara kerajaan Gowa dengan kerajaan Sumbawa.

Istana Dalam Loka dibangun pada masa Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III, yang merupakan Sultan ke-16 dari dinasti Dewa Dalam Bawa (1883-1931). Sultan ini mendapat peneguhannya sebagai penguasa Sumbawa berdasarkan akte Pemerintah Hindia Belanda tanggal 18 Oktober 1885 yang berarti menandakan pula dimulainya kolonialisasi Belanda di daerah tersebut. Sebelum istana ini dibangun, kerajaan Sumbawa telah beberapa kali berganti istana, antara lain Istana Gunung Setia, Istana Bala Balong dan Istana Bala Sawo.

Istana Bala Sawo telah musnah terbakar dan diganti dengan bangunan Bala Rea yang terletak di dalam kompleks Istana Dalam Loka yang pembangunannya dipimpin oleh Imam Haji Hasyim. Bangunan ini berbentuk panggung kembar yang berdiri di atas 99 tiang jati yang mengandung makna 99 sifat Tuhan atau Asma’ul Husna. Bangunan Bala Rea, disebut juga Istana Tua Sumbawa, dahulu merupakan tempat tinggal dan tempat pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin III. Bangunan Bala Rea menghadap ke selatan yaitu kea rah bukit Sampar, tempat makam para leluhur.

Seluruh kompleks ”Dalam Loka” dikelilingi oleh tembok setinggi 2,5 meter, walaupun batas kompleks Istana Dalam Loka sekarang ini sudah tidak jelas lagi. Tembok-tembok pagar istana asli sudah tidak ada. Pada sekelilingnya sudah terdapat jalan-jalan aspal, dan pada lahan yang tersisa sudah berdiri bangunan rumah tinggal. Bangunan yang masih ada sampai sekarang ini hanyalah Istana Dalam Loka yang kondisinya sudah rapuh.

 

Bangunan Istana Tua Dalam Loka

Jenis dan Fungsi Bangunan

Di Areal situs Istana Dalam Loka terdapat beberapa bangunan yang terdiri dari angunan induk Istana yang disebut “Bala Rea”. Menurut informasi selain bangunan induk terdapat lagi beberapa bangunan pelengkap, namun ada saat ini bangunan tersebut tidak ditemukan di situs Dalam Loka.

Beberapa bangunan yang di maksud adalah :

  1. Bale Jam (Rumah Jam)

Bangunan ini khusus difungsikan untuk menempatkan jam kerajaan.

  1. Kandang Kuda

Menurut informasi bangunan ini dulu terletak di pojok selatan dan berfungsi khusus sebagai tempat merawat kuda kerajaan.

  1. Masjid

Masjid kerajaan bernama Masjid Nurul Huda terletak di bagian utara bangunan induk Bala Rea dan dilengkapi dengan alun-alun kerajaan. Sekarang sudah dibangun Masjid Sumbawa Besar  terletak di sebelah Istana.

  1. Gerbang

Gerbang terdapat di bagian timur dan bagian selatan yang berhubungan langsung dengan kampung Karang Nunggal, merupakan tempat tinggal para pekerja kerajaan (penumbuk padi dan penjaga lumbung padi kerajaan).

Dari keseluruhan bangunan yang di Istana Dalam Loka, bangunan induk Bala Rea merupakan satu-satunya bangunan yang tersisa dan sudah mengalami beberapa kali pemugaran. Pada saat pemugaran berlangsung beberapa bahan diganti dan detail penyelesaiannya mengalami perubahan, namun bentuk secara keseluruhan, sistem struktur serta bahan-bahan yang dipergunakan masih tetap sama dan disesuaikan dengan aslinya.

Fungsi dan Tata Ruang

Seperti telah diraiak bahwa, di depan bangunan yang masih ada di Istana Dalam Loka adalah bangunan induk yang disebut “Bala Rea”. Bangunan ini dahulu berfungsi sebagai tempat kediaman raja beserta keluarga dan juga sebagai pusat kerajaan. Bentuk bangunan induk merupakan prototype rumah Banjar dengan beberapa ciri khas sentuhan Sumbawa. Bangunan induk terdiri dari dua buah bangunan kembar yang disatukan. Hal ini terlihat jelas pada pemisahan lantai dan atap kedua bangunan. Bentuk rumah panggung Istana Dalam Loka didukung 99 buah tiang yang dianggap mencerminkan makna sifat-sifat Tuhan (Asma”ul Husna). Tiang bangunan berbentuk silindris dengan diameter yang bervariasi 30 – 40 cm. Didirikan diatas tanah dengan umpak batu kali. Jarak tiang juga bervariasi antara 5,00 – 5,30 m ke arah utara selatan dan 2,50 – 2,90 m ke arah timur barat. Dengan demikian ukuran bangunan pada bagian dasar adalah 18,10 x 31,0 m?  Secara vertikal, bangunan  terdiri dari dua lantai yaitu lantai I menyatu untuk ke dua bangunan dan lantai II terpisah antara bangunan barat dan bangunan timur. Atap bangunan berbentuk pelana dan memakai tumpang (tingkat) dengan atap sirap kayu. . Seluruh komponen bangunan termasuk tiang, dinding dan rangka atap dibuat dari kayu jati.

Dalam pengaturan tat ruang bangunan induk terdapat pengelompokan sesuai dengan fungsinya yaitu publik, semi publik dan keluarga (privat). Adapun ruang-ruang yang dimaksud adalah :

  1. Serambi

Serambi berfungsi sebagai ruang publik terdapat dibagian depan berupa ruang terbuka yang disangga dan dibatasi tiang di sebelah kiri dan kanan masing-masing terdiri dari 5 buah tiang sebagai simbol 5 rukun Islam. Tiap-tiap tiang memakai konsol untuk menyanggga atap dan tiap-tiap konsol memakai hiasan buah nanas tergantung. Semua tiang dihubungkan dengan balok kayu pengamana di sebelah kiri dan kanan serambi. Lantai serambi miring tanpa anak tangga, dengan kemiringan 13°. Untuk menghindari agar lantai tersebut tidak licin, maka diberi pasangan kayu-kayu melintang dengan jarak teratur pada bidang miring tersebut. Atap serambi berbentuk pelana dan dari samping terdapat tiga tingkat sedangkan dari depan hanya dua tingkat. Hal ini disebabkan oleh atap paling bawah di bagian depan tidak  dihubungkan dengan atap lainnya, mungkin hal ini dimaksudkan untuk memberi kesan agar ruang dan pandangan lebih. Di bagian puncak atap terdapat hiasan yang berbentuk bouraq laki-laki dan wanita dari bahan kayu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kemiringan atap bagian depan dan bagian belakang serambi yang berbeda. Perbedaan ini disebebkan oleh adanya perbedaan tinggi tiang kuda-kuda bagian belakang, 2,65 m dan bagian depan 3,68 m. Di antara serambi dan bangunan induk terdapat satu ruang peralihan di depan pintu utama, disebelah kiri dan kanan ruang ini terdapat tempat duduk seperti ruang tunggu (tangke).

  1. Lunyuk Agung

Ruang Lunyuk Agung berfungsi sebagai tempat musyawarah, resepsi dan berbagai kegiatan penting kerajaan.Letaknya dibagian depan bangunan induk bersebelahan dengan serambi depan. Ruang ini cukup luas dengan ukuran 18,10 m x 18,30 m untuk menampung kegiatan upacara kerajaan. Dari serambi depan menuju Lunyuk Agung dibatasi dinding kayu dan melalui pintu depan yang berukuran lebar.

  1. Lunyuk Mas

Ruangan ini berfungsi sebagai ruangan khusus untuk permaisuri, para istri menteri dan staf penting kerajaan lainnya pada saat berlangsungnya upacara. Letaknya  bersebelahan dengan lunyuk Agung dan dibatasi dinding kayu. Beberapa buah ornamen asli masih terpasang pada dinding. Tiang di ruangan ini juga berbentuk  silindris, dan plafon dengan seng yang didatangkan langsung dari Singapura yang dicat warna hijau muda. Balok blandar diatas tiang diukir dengan motif khas Sumbawa.

  1. Ruang Dalam Sebelah Barat

Ruang ini memanjang dari selatan ke utara tanpa dinding penyekat kayu. Fungsi ruangan berturut-turut  paling selatan adalah  ruang sholat. Di sebelah utara ruang sholat terdapat ruang peraduan raja (repan) yang hanya disekat dengan kelambu. Di sebelahnya terdapat ruang khusus permaisuri menerima tamu, juga berfungsi sebagai ruang tidur dayang. Ruangan paling utara adalah ruang tidur untuk Tuan Putri dan dayang.

  1. Ruang Dalam Sebelah Timur

Ruangan ini terdiri dari empat kamar yang disekat dengan dinding kayu dan fungsinya khusus untuk putra putri kerajaan yang sudah berkeluarga. Ruangan paling utara adalah untuk inang pengasuh.

  1. Ruang Perhidangan

Terletak di sebelah utara Lunyuk Mas di anatara Ruang Dalam Barat dan Ruang Dalam Timur. Ruang ini berfungsi khusus untuk ruang hidangan atau perjamuan. Pada malam hari ruangan ini juga difungsikan sebagai tempat tidur dayang.

  1. Ruang Barat Lantai II

Ruangan ini dapat dicapai dari ruanga tengah (Lunyuk Mas) melalui tangga kayu yang bagian atasnya dapat dibuka dan ditutup. Lantai II dibuat dari lantai papan kayu, dinding papan kayu dan plafon seng di cat warna hijau muda. Ruangan ini cukup lebar dan terbuka tanpa penyekat dan di sepanjang dinding terdapat lantai yang mempunyai perbedaan ketinggian (1,10 m). Tempat ini dipersiapkan khusussebagai tempat menenun dan tempat menonton atraksi melalui jedela yang berjajar di sepanjang dinding barat (12 buah). Di bawah lantai tempat menenun (para) dimanfaatkan sebagai tempat barang-barang (gudang).

  1. Ruang Timur Lantai II

Ruang Timur di lantai II bentuknya simetris dengan rauang barat. Fungsinya pun sama yaitu sebagai tempat menenun dan melihat pemandangan indah disekitar istana. Lantai II Ruang Timur ini sebagian tidak ditutup papan, kelihatan hanya balok-balok kayu dan usuk yang ditata seperti pergola. Bagian ini tepat berada diatas ruang perhidangan.

  1. Dapur

Dapur terletak dibagian belakang dan memakai tangga kayu khusus ke timur. Lantai dapur sedikit lebih rendah dari lantai bangunan induk, juga dibuat dari papan kayu.Dinding penyekat dibuat dari papan kayu dan memakai dua buah pintu. Satu pintu keluar langsung ke halaman istana melaui tangga dan satu pintu berhubungan dengan ruang perhidangan.

Menurut informasi selain ruang tersebut diatas terdapat beberapa pelengkap yang menempel pada bagian induk. Ruang – ruang tersebut adalah :

  1. Bale Bule

Ruangan ini terletak di depan ruang tamu permaisuri berbentuk rumah dua susun. Lantai pertama sebagai tempat Putra Mahkota bermain (dakon dan lain-lain) sedangkan lantai dua untuk tempat Tuan-Tuan Putri menyaksikan pertunjukan di lapangan istana.

  1. Kamar Mandi

Kamar Mandi terletak diluar induk yang memanjang dari kamar peraduan Raja hingga ke kamar Tuan Putri. Bala Bule dan Kamar Mandi sekarang tidak ditemukan lagi pada bangunan Istana Dalam Loka.

  1. Hiasan

Bangunan Istana Dalam Loka tidak terlalu banyak memakai ornamen. Sebagian besar kayu yang dipakai adalah bahan bangunan bentuknya polos tanpa profil dan bahkan tanpa ornamen. Penyelesaiannya juga tanpa cat hanya dihaluskan pada permukaannya. Kolom bangunan induk yang jumlah 99 buah, bentuk dan ukurannya tidak seragam disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kayu yang tersedia. Demikian juga kolom di lantai satu dan dua bentuknya terkesan alami. Beberapa kolom yang ada di ruang Lunyuk Agung beberapa diantaranya  sengaja dipotong dan ujungnya dihiasi ornamen yang sederhana dan difungsikan sebagai lampu.Pada sisi timur dan barat terdapat kayu penyangga balok bawah  dinding memakai ornamen daun-daunan. Balok blandar diatas kolom di lantai dua memakai ornamen demikian juga di beberapa ornamen panil. Hiasan yang lain. Hiasan yang lain adalah hiasan buah nanas sesuai dengan tempat pemasangannya. Tipe I dipasang pada konsul atap I bangunan induk, tipe II dipasang  pada konsol atap II dan tipe III dipasang pada konsul atap serambi. Ornamen yang lain adalah pada lisplank dengan jenis ornamen dedaunan dengan bentuk yang sederhana. Pada bagian puncak atap terdapat hiasan yang bermakna simbolis yang disebut hiasan hiasan kuda. Kemungkinan ini merupakan ciri khas hiasan rumah adat Sumbawa.

Struktur Bangunan

Bangunan Istana Dalam Loka berbentuk panggung yang berdiri di atas umpak-umpak batu yang berada di atas permukaan tanah. Tanah tempat berdirinya bangunan ini termasuk tanah yang stabil dan kuat, sehingga memungkinkan bangunan yang berlantai dua ini berdiri hanya di atas umpak-umpak batu.

Secara arsitektur bangunan ini merupakan kayu dengan menggunakan struktur rangka, berupa rangkaian tiang dan balok yang tersusun dalam  satu kesatuan yang utuh. Sedangkan konstruksi bangunan utama menggunakan teknik lubang dan pen (purus) dan diperkuat dengan pasak kayu.

Komponen bangunan ini terdiri dari pondasi, tiang, balok (gelagar), lantai, dinding, pendukung atap. Uraian selengkapnya dari unsur-unsur bangunan tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Pondasi

Pondasi bangunan berupa umpk-umpak batu alami yang berbentuk lonjong, dengan tinggi ± 40 cm dan lebar ± 60 cm. Umpak tersebut sebagian besar telah diganti dengan pondasi dangkal dari batu kali dengan campuran semen, pasir dan kapur. Umpak-umpak batu asli banyak yang tidak dikembalikan ke posisi semula (diatas permukaan tanah), sehingga pada struktur bagian bawah yang tampak di atas permukaan tanah hanya tiang-tiang  bangunan saja.  Kondisi tanah di bawah lantai satu tidak rata, dengan permukaan tanah sebagian besar menutup pondasi. Pada sekeliling tanah bawah bangunan terdapat saluran air hujan berupa tanah dengan lobang galian tidak diperkuat dengan besi.

2.Tiang

  • Tiang Utama/primer

Bangunan ini memiliki tiang utama sebanyak 99 buah. Tiang ini menggunakan bahan kayu jati dengan ukuran diameter ± 30 cm, dan tinggi bangunan utama ±7,8 m, sampai pada balok lantai 2. Tiang-tiang ini berfungsi untuk menahan lantai, dinding dan atap bangunan. Bagian bawah tiang tidak diperkuat dengan pengait sehingga hubungan dengan umpak-umpak batu terlepas dan hanya diletakkan saja. Sedangkan pada bagian atas tiang tersebut, hanya di topang oleh balok lantai 2 saja. Semua permukaan tiang-tiang utama tidak halus atau agak kasar dan polos tanpa hiasan.

  •   b.Tiang Sekunder

Tiang sekunder berada di atas struktur lantai 2, yang berfungsi sebagai penahan lantai panggung, dinding, flafon dan atap. Ukuran tiang 8 cm x 15 cm dan 15 cm x 15 cm. Tiang-tiang ini terbuat dari bahan kayu jati, bagian bawah dan atas menggunakan teknik lubang dan pen. Kondisi permukaan tiang sama dengan tiang-tiang utama, tidak halus atau agak kasar dan polos tanpa hiasan.

  1. Balok (Gelagar)

Balok utama pada struktur lantai 1 berupa balok pengikat arah melintang dengan ukuran 9 cm x 22 cm. Balok induk lantai berada di atas balok pengikat sebagai penumpu balok anak dan papan lantai, balok lantai tersebut berukuran 5 cm x 7 cm. Balok induk di bagian tengah (baris 2), menusuk kolom utama dan diberi pasak kayu pada bagian bawahnya, sedangkan balok induk tepi pasak kayu pada bagian bawahnya, sedangkan balok induk tepi (baris 1 dan 3) bagian bawah diberi ganjalan kayu diatas balok pengikat.

Balok yang panjang pada struktur lantai ini sambungannya menggunakan teknik bibir lurus dan perkuat dengan pasak besi. Balok struktur lantai atas berupa balok pengikat arah melintang dengan ukuran 40 cm x 50 cn dan berfungsi sebagai pengikat tiang-tiang sekunder. Di atas balok induk terdapat balok anaksebagai penahan papan-papan lantai 2. Pada balok pengikat tersebut beberapa bagiannya diberi hiasan berupa ukiran.

  1. Lantai

Lantai bangunan menggunakan papan kayu jati dengan ukuran 3 cm x 30 cm. Papan lantai disusun secara rapat diatas balok anak dan diperkuat dengan paku. Permukaan lantai ini diketam, tetapi tidak terlalu halus.

  1. Dinding

Kerangka dinding terbuat dari kayu jati dengan ukuran 6 cm x 11 cm. Kerangkadinding ini berfungsi sebagai pengikat papan-papan dinding, dinding , kusen pintu, dan jendela. Kerangka dinding tersebut dihubungkan pada tiang-tiang utama dan sekunder. Papan dinding ini memiliki ketebalan 2 cm dan lebar 30 cm. Papan dinding disusun secara vertikal dan dipasang dengan menggunakan sponing atau lidah dan alur. Pada dinding ruang bagian terdapat ukiran bagian bawahnya. Menggunakan dua jenis pintu, terdiri dari pintu dengan engsel kayu dan pintu sorong. Pintu berengsel dan memiliki dua daun pintu. Bagian tepi atasnya diberi lebihan sebesar batangan yang berfungsi sebagai, sedangkan pintu sorong samping digunakan pada pembatas ruang lantai.

Jendela bangunan terdiri dari 2 macam, yaitu jendela daun tunggal dan ganda. Jendela daun tunggal digunakan pada ruang  lantai 2, sedangkan jendela daun ganda digunakan pada ruang utama. Jendela daun ganda berukuran lebih besar dari jenderal daun tunggal dan diberi pengaman (pagar/railing).

  1. Plafon

Plafon bangunan pada ruang dalam pada saat dilakukan studi teknis pemugaran  tahun 2011 menggunakan seng yang berbentuk garis-gris, sedangkan plafon dari kayu jati digunakan oada bagian sisi luar samping bangunan. Bagian depan dan bagian belakang tidak diberi plafon. Kerangka plafon ruangan lantai i menumpu pada balok induk lantai 2, sedangkan kerangka plafon atas mengikuti balok-balok pendukung atap.

  1. Pendukung Atap

Kerangka pendukung atap menggunakan kuda-kuda yang terdiri dari tiga tiang penyangga kasau. Kuda-kuda tersebut diberi pengikat dengan balok mendatar yang juga berfungsi sebagai gording. Kuda-kuda berukuran 15 cm x 15 cm, sedangkan gording berukuran  8 cm x 15 cm. Di atas gording terdapat usuk dengan ukuran 5 cm x 7 cm dan di atasnya terdapat reng sebagai penumpu sirap. Pada bagian atas lantai 2 dipasang balok miring yang berfungsi sebagai pengikat antara tiang-tiang sekunder dan kuda-kuda. Balok miring ini berfungsi sebagai penguat terhadap tekanan dan hisapan angin (gaya lateral).

 

Data Keterawatan

Bangunan Istana Tua Dalam Loka berbentuk panggung berlantai dua merupakan salah satu cagar budaya yang sangat penting yang berada di Kabupaten Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat. Secara Arsitektur bangunan ini merupakan bangunan kayu dengan menggunakan struktur rangka berupa rangkaian tiang balok yang tersusun dalam satu kesatuan yang utuh, komponen bangunan ini terdiri dari pondasi, tiang, balok, dinding, lantai, pendukung atap, dan atap. Bangunan ini sudah pernah mendapat penanganan pemeliharaan berupa pemugaran yang dilakukan dalam rencana pembangunan jangka menengah 2004-2010.

Kondisi Fisik

Kondisi fisik bangunan Istana Tua “Dalam Loka” Sumba pada beberapa bagia komponen bangunan sudah mengalami keturunan kualitas berupa: retak, miring, lapuk, dimakan rayap, vandalism (corat-coret cat).

Data Keterawatan

Dari hasil observasi di lapangan terhadap bangunan cagar budaya Istana Tua Dalam Loka Sumbawa NTB maka dapat di klasifikasikan menjadi lima jenis kerukan dan pelapukan serta faktor penyebabnya.

  • kerusakan mekanis

kerusakan mekanis adalah suatu proses kerusakan yang disebabkan oleh adanya gaya statis maupun dinamis. Adapun bentuk dari kerusakan ini berupa retak, miring, dan patah. Jenis kerusakan ini terjadi hampir 7%.

 

 

 

 

 

  • kerusakan fisis

Bentuk dari kerusakan fisis berupa aus dan pengelupasan pada permukaan benda cagar budaya, penyebab dari kerusakan ini adalah faktor-faktor fisis seperti, suhu, kelembaban, angin, air hujan, dan penguapan. Jenis kerusakan ini terjadi hampir 100%.

 

 

 

 

 

  • Pelapukan Chemis

Pelapukan chemis terjadi sebagai akibat atau adanya reasik kimia. Dalam proses ini faktor yang berperan adalah air, penguapan, dan suhu. Gejala yang tampak berupa aus dan kropos. Pelapukan chemis yang terjadi sekitar 5%.

 

 

 

 

 

  • Pelapukan Biotis

Pelapukan biotis disebabkan oleh kelembaban yang tinggi sehingga memicu pertumbuhan mickro organisme seperti moss dan algae. Disamping itu juga terjadi aktifitas insekta (rayap). Jenis pelapukan ini terjadi sekitar 5%.

 

 

 

Upaya Pelestarian

Diagnosis

Untuk menanggulangi kerusakan dan pelapukan yang lebih parah maka dilaksanakan kegiatan konservasi agar kelestarian cagar budaya tetap terjaga. Pada prinsipnya rencana konservasi di Istana Tua Dalam Loka akan dilakukan enam tahapan yaitu;

  1. Pembersihan mekanis kering

Pembersihan yang dimaksud adalah untuk membersihakn akumulasi debu, kotoran-kotoran hewan, rumah serangga, serta pertumbuhan mickro organisme yang mongering dan menempel pada benda cagar budaya. Adapun peralatan yang digunakan berupa sapu lidi, sikat ijuk, sikat gigi, dan kuas eterna.

  1. Pembersihan chemis

Pembersihan secara chemis dilakukan untuk membersihkan noda-noda cat, adapun bahan yang digunakan berupa neorever.

  1. Pembersihan tradisional

Pembersihan tradisional dilakukan menggunakan bahan larutan cengkeh, tembakau, pelepah pisang dengan perbandingan 200 gram: 200 gram: 300 gram + 2 buah gambir, komposisi ini untuk 8 liter larutan. Luas permukaan yang akan dibersihkan secara tradisional seluas 283 m², jadi bahan yang diperlukan cengkeh 7 kg, tembakau 7 kg, pelepah pisang 10,5 kg, gambir 2 kotak.

  1. Pengolesan/injeksi insextisida

Pengolesan/injeksi insextisida untuk membunuh insexta dilakukan pengolesan/ injeksi insextisida. Insexta yang ada dipermukaan benda cagar budaya dilakukan pengolesan, sedangkan yang masuk ke dalam BCB (berupa lobang kecil) dilakukan injeksi agar Insextisida bisa lebih efektif. Bahan yang digunakan adalah stead fast dicampur dengan minyak tanah dengan konsentrasi 2%

  1. Perbaikan (Kamuflase)

Kamuflase adalah bagian dari kegiatan perbaikan yang bertujuan untuk menutup retakan-retakan yang menganga pada tiang-tiang disamping itu untuk menghambat retakan-retakan bertambah lebar. Bahan yang digunakan berupa penol microballon dicampur Epoxy-Resin.

  1. Konsolidasi

Konsolidasi bertujuan untuk memperkuat ikatan partikel-partikel bahan cagar budaya yang sudah mengalami penurunan kualitas (lapuk). Bahan yang digunakan untuk konsolidasi berupa butiran Paraloyd B-72 dengan Pelarut Ethyl Acetate dengan konsentrasi 2-3%. Waktu pengolesan Paraloyd B-72 kondisi cagar budaya harus benar-benar kering agar bahan bisa bekerja lebih efektif. Apabila cagar budaya mengalami pelapukan yang cukup parah dilakukan dua kali pengolesan dengan cara menunggu olesan pertama kering. Luas permukaan BCB yang akan di konsolidasi di Istana Tua Dalam Loka seluas 283 m². 1 liter Paraloyd B-72 cukup untuk 2 m² luas permukaan cagar budaya. Jadi bahan yang dibutuhkan : Ethyl Acetate = 140 liter, Paraloyd B-72 = 4,2 kg.

 

Simpulan

  1. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di lapangan, maka dapat dikemukakan bahwa Istana Dalam Loka merupakan bangunan benda cagar budaya yang bersal dari masa sejarah yang perlu mendapat upaya pelestarian agar benda cagar budaya bisa bertahan lebih lama.
  2. Permasalahan utama yang dihadapi adalah terjadinya kerusakan mekanis dalam bentuk retakan-retakan, keausan serta kerusakan biotis yang disebabkan oleh adanya faktor external (suhu, kelembaban, dan lingkungan), faktor internal (usia benda cagar budaya).
  3. Sesuai dengan ketentuan UU RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Istana Dalam Loka dan berbagai komponennya termasuk dalam kategori benda cagar budaya, sehingga keberadaannya perlu dirawat dan dilestarikan karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kebudayaan.