Daerah Aliran Sungai Pakerisan dan Petanu Sebagai Tempat Kegiatan Keagaaman (Bag.2)

0
7997

Fakta yang terdapat pada sumber tertulis berupa prasasti maupun naskah kuna menunjukkan bahwa Yeh Empul mungkin identik dengan Pakrisan yaitu sebuah sungai di daerah kabupaten Gianyar yang kini dikenal dengan nama Pakerisan dan disepanjang aliran airnya terdapat sejumlah peninggalan purbakala. Tirtha di Air Empul yang disebutkan dalam prasasti Manukaya yang berasal dari 882 Saka atau 960 AD kemungkinan sama dengan situs Tirtha Empul yang merupakan hulu dari Sungai Pakerisan.

Pada salah satu candi yang terdapat di komplek candi Gunung Kawi terdapat tulisan dengan huruf Kadiri Kwadrat yang berbunyi : haji lumahing jalu. Kata haji berarti raja, lumah berarti di dharmakan atau dicandikan dan jalu berarti lokatif atau nama tempat. Nyoman Kadjeng (Goris, 1957) menginterprestasikan kata jalu sebagai susuh ayam (tegil dalam bahasa bali) yang disamakan dengan keris. Kata keris inilah menjadi kata Pakerisan. Mungkinkah kata jalu yang tertulis pada candi terbesar di komplek Candi Gunung Kawi mengacu pada nama Pakerisan, hal ini belum jelas.

Berbeda dengan sungai Pakerisan, nama sungai Petanu tidak banyak disebut dalam sumber tertulis. Naskah Usana Bali (8/17) menyebutkan bahwa darah yang mengalir dari tubuh Maya Denawa, Raja Bedahulu kemudian disebut sunga Petanu. Air sungai tersebut sangat kotor tidak boleh diminum, digunakan untuk mandi bahkan juga tidak diperkenankan untuk mengairi sawah.

Dalam kitab Negarakertagama bait 14, Stansa 3 disebutkan Lwa Gajah (Pigeaud, 1960 : 11). Kata Badahulu kemungkinan sama dengan Bedulu, sedangkan Lwa Gajah dihubungkan dengan situs Goa Gajah di desa Bedulu yang terletak dipinggir Sungai Petanu.

Sebutan Air Gajah ditemukan dalam prasasti Batuan yang berangka tahun Saka 944 (AD 1022) (Goris, 1954 : 100). Apakah Air Gajah merupakan nama lain dari sungai Petanu masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan uraian diatas, Sungai Pakerisan lebih sering disebut dalam sumber tertulis dibandingkan dengan Sungai Petanu, kedua sungai tersebut tampaknya mempunyai arti penting dalam keagamaan bagi masyarakat Bali, dan diperkuat dengan banyaknya situs purbakala yang terdapat disekitarnya.