Daerah Aliran Sungai Pakerisan dan Petanu Sebagai Tempat Kegiatan Keagaaman (Bag.1)

0
2480

Beberapa sumber tertulis menyebut secara langsung atau tidak langsung nama Sungai Pakerisan dan Petanu. Sumber tersebut antara lain; prasasti Manukaya (Goris, 1954 : 75-76). Prasasti tersebut menyebutkan bahwa Raja Chandrabhaya Singa Warmadewa telah memperbaiki tirtha di air empul, yang rusak karena banjir setiap tahunnya. Dalam prasasti itu juga disebutkan dua buah kolam (telaga) yang terdapat di situs tersebut.

Dalam naskah Usana Bali (8/5-6) disebutkan bahwa Dewa Indra telah menciptakan sebuah sungai yang bernama Yeh Empul untuk menghidupkan kembali para dewa yang mati karena minum air beracun yang dibuat oleh Patih Kala Wong.

Berdasarkan kedua sumber tersebut Tirtha Mpul dan Yeh Empul tampaknya merupakan tempat yang penting di Bali. Kedua sebutan itu memgingatkan kita pada situs Tirtha Empul yang terletak di desa Tampaksiring, Gianyar. Tirtha Empul merupakan hulu SUngai Pakerisan, yang dalam Usana Bali mungkin diidentifikasikan dengan Yeh Empul.

Sebutan Pakerisan dijumpai dalam dua buah prasasti yaitu prasasti Batuan dan Tengkulak A. Dalam prasasti Batuan terdapat ungkapan sebagai berikut: IVa.2….apan ikang karaman ibaturan manghanaken pasange ing pa-(3) krisan…… (Goris 1954 : 98). Artinya kira-kira sebagai berikut : oleh karena penduduk desa Baturan mengadakan/melaksanakan pesange (upacara pada bulan 9?) di Pakerisan.

Dalam prasasti Tengkulak A yang berangka tahun 945 AD terdapat ungkapan sebagai berikut : sanghyang katyagan ing pakrisan manga(4)ran ringamarawati …. (Ginarsa, 1961 : 4). Artinya Sanghyang Katyagan yang terletak di Pakrisan bernama Amarawati.

Berdasarkan kedua prasasti tersebut di atas dapat diketahui bahwa Pakrisan telah dikenal setidak-tidaknya sejak seperempat pertama abad ke-11 masehi. Disamping itu, bangunan suci dan upacara juga telah dilakukan oleh penduduk pada masa itu.

Berikutnya>>>