Cagar Budaya/Objek Diduga Cagar Budaya di Situs Kampung Adat Pongkor

0
2312

“Pemerintah berkewajiban melakukan pencarian benda, bangunan, struktur, dan/atau lokasi yang diduga sebagai Cagar Budaya” demikian tercantum dalam Pasal 26 ayat 1 Undang-Undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Kalimat ini merupakan salah satu dasar dari kegiatan Pendokumentasian Cagar Budaya dan Obyek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB) yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali. Kegiatan pendokumentasian ini diharapkan bisa menambah data jumlah warisan budaya kebendaan yang tersebar di seluruh wilayah kerja BPCB Bali, sehingga pada akhirnya dapat terpetakan dengan baik sebelum dilakukan upaya pelestariannya. Kegiatan pendokumentasian adalah kegiatan paling awal dari upaya Pelestarian Cagar Budaya atau Obyek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB).

Pendugaan terhadap sebuah warisan kebendaan sebagai Cagar Budaya tentu saja harus berdasarkan pada pengertian Cagar Budaya yang tercantum dalam Undang-undang No 11 Tahun 2010 yang mana Cagar Budaya dipahami sebagai warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan kawasan Cagar Budaya di darat/atau di air perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Dan berdasarkan pengertian ini maka pada Pasal 5 disebutkan kriteria Cagar Budaya yang terdiri dari :

  1. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
  2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
  3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan dan;
  4. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

dan pada pasal 11 juga disebutkan: Benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang atas dasar penelitian memiliki arti khusus bagi masyarakat atau bangsa Indonesia, tetapi tidak memenuhi kriteria Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 10 dapat diusulkan sebagai Cagar Budaya.

Cakupan wilayah kerja BPCB Bali yang meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur menjadi permasalahan tersediri dalam menentukan prioritas kegiatan dalam satu tahun anggaran. Salah satu kriteria penentuan lokus kegiatan pendokumentasian adalah jumlah ODCB yang telah terinventarisasi sampai saat ini (2018). Berdasarkan data tersebut, Provinsi Nusa Tenggra Timur memiliki data yang paling rendah, dan terdapat beberapa kabupaten yang menempati data terendah. Salah satu Kabupaten yang memiliki data ODCB yang paling sedikit adalah Kabupaten Manggarai. Sebaran data inventarisasi yang terdapat di Kabupaten Manggarai dalam database BPCB Bali hanya tercatat sejumlah 4 Situs dengan  0 Benda 7 Struktur dan 9 Bangunan dibandingkan dengan jumlah keseluruhan sebaran yang terdapat di wilayah Nusa Tenggara Timur mencapai 156 Situs maka persentasenya hanya mencapai 2,5 % saja. Sedangkan pada wilayah Nusa Tenggara Barat rata-rata situs yang sudah terinventarisasi per kabupaten adalah 17,6 Situs, dan akan sangat jauh perbandinganya dengan kabupaten di Provinsi Bali yang mencapai 76,5 Situs per kabupatenya.

Secara umum Kabupaten Manggarai terletak di Pulau Flores di bagian ujung baratnya, tepatnya di sebelah timur dari Kabupaten Manggarai Barat. ODCB yang terdapat di Kabupaten Manggarai sebagian besar merupakan rumah adat beserta tradisi megalitiknya, selain itu tinggalan lain yang seharusnya banyak adalah tinggalan kolonial yang berasal dari masa pendudukan Portugis di Pulau Flores. Kondisi wilayah yang memiliki kontur berbukit dan kebisaan penempatan rumah adat pada wilayah yang cukup sulit dicapai memberikan tantangan tersendiri.

Selain sebagai usaha awal dalam upaya pelestarian, kegiatan inventarisasi dan pendokumentasian Cagar Budaya ini dilakukan untuk memberikan upaya pelindungan hukum awal bagi keterdapatan Obyek yang Diduga Cagar Budaya, sehingga saat dilakukan proses penetapan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah kondisi dan keterdapatan ODCB tersebut masih dalam kondisi terawat dan memperoleh pelindungan.

 

Cagar Budaya/ODCB di Situs Kampung Adat Pongkor

  • Compang (tata batu)

  • No Inventaris : 4/16-08/STR/20
  • Bahan/material : Andesit
  • Warna : Abu-abu
  • Ketinggian : 562 Meter
  • Kordinat : 51 L; 212533,24 E; 9035744,32 S
  • Luas lahan :  88,5 m2
  • Ukuran :
    • Panjang : 14,12 Meter
    • Lebar : 6,7 Meter
    • Tinggi :1 Meter
  • Kondisi :  Utuh
  • Periode/masa :  Prasejarah (tradisi megalitik)
  • Deskripsi : Compang ini merupakan susunan batu alam yang ditata menyerupai  bentuk persegi empat. Pada bagian atas compang terdapat tiga buah makam dengan  orientasi utara-selatan yang merupakan makam dari tokoh adat terdahulu di kampung Pongkor. Bagian utara makam terdapat gelang dan cincin perunggu yang diletakkan di atas batu alam, sebagai simbol dari leluhur di kampung Pongkor yang difungsikan sebagai media pemujaan. Compang yang bercorak megalitik ini difungsikan oleh masyarakat terdahulu dan berlanjut hingga sekarang sebagai pusat perkampungan sehingga terletak ditengah-tengah kampung, sebagai media penghormatan terhadap leluhur dengan adanya media pemujaan dan tempat meletakkan sesaji, serta sebagai tempat penguburan.

 

  • Batu Pongkor

  • No Inventaris : 4/16-08/STR/21
  • Bahan/material : Andesit
  • Warna : Abu-abu
  • Luas lahan :  1,22 m2
  • Ukuran :
    • Panjang : 120 cm
    • Lebar : 102 cm
    • Tinggi : 71 cm
  • Kondisi :  Utuh, ditumbuhi lichen
  • Periode/masa :  Prasejarah (tradisi megalitik)
  • Deskripsi : merupakan batu alam atau disebut batu pongkor oleh masyarakat setempat karena dianggap sebagai simbol dari kampung pongkor. Batu ini berbentuk tidak beraturan yang terletak di sudut sisi selatan kampung. Permukaan batu dalam kondisi ditumbuhi lichen, serta terdapat pertumbuhan jasad renik. Batu pongkor ini difungsikan oleh masyarakat setempat sebagai media pemujaan terhadap leluhur untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan kampung mereka.

 

  • Makam 1

  • No Inventaris : 4/16-08/STR/22
  • Bahan/material : Beton dan keramik
  • Warna : Putih
  • Luas lahan : 6,05 m2
  • Ukuran :
    • Panjang : 329 cm
    • Lebar : 184 cm
    • Tinggi : 107 cm
  • Kondisi :  Utuh dan terawat
  • Periode/masa   : –
  • Deskripsi : Makam dengan denah dasar berbentuk persegi panjang yang terdiri dari dua bagian, bagian pertama berbentuk persegi panjang, serta bagian kedua yang terletak diatasnya berbentuk gundukan. Makam dengan orientasi utara-selatan memiliki bentuk nisan persegi empat pada sisi utara makam. Keseluruhan permukaan makam ditutup dengan keramik berwarna putih. Pada nisan makam terdapat tulisan ”Karaeng Paulus Kenanu, Datang 1902, Meninggal 5-12-1982”. Makam ini merupakan makam dari salah satu tokoh adat di kampung pongkor terdahulu.

 

  • Makam 2
  • No Inventaris : 4/16-08/STR/23
  • Bahan/material : Beton
  • Warna : Abu-abu
  • Luas lahan :  4,01 m2
  • Ukuran :
    • Panjang : 309 cm
    • Lebar : 130 cm
    • Tinggi : 103 cm
  • Kondisi              :   Utuh dan terawat
  • Periode/masa   : –
  • Deskripsi        : Makam berdenah dasar persegi empat dengan bagian makam yang berbentuk persegi panjang, makam berada pada denah dasar yang sama dengan satu makam lainnya. Pada keseluruhan sisi makam terdapat pinggiran beton. Makam dengan orientasi utara-selatan memiliki bentuk nisan persegi empat yang melingkar pada bagian atasnya, terletak di sisi utara makam. Keseluruhan permukaan makam ditutup dengan beton, serta bagian tengah makam terdapat motif salib. Pada nisan terdapat tulisan ”Kraeng Wanggur Laki Tekek, Gelar : Laki Mangir, Lahir 1837/pongkor, Wafat : 1917”. Makam ini merupakan salah satu makam dari tokoh masyarakat di kampung pongkor terdahulu.

 

  • Makam 3

  • No Inventaris : 4/16-08/STR/24
  • Bahan/material : Beton
  • Warna : Abu-abu
  • Luas lahan :  4,017 m2
  • Ukuran :
    • Panjang : 309 cm
    • Lebar : 130 cm
    • Tinggi : 103 cm
  • Kondisi :   Utuh dan terawat
  • Periode/masa   : –
  • Deskripsi : Makam ini berada pada denah dasar yang sama dengan makam 2 yakni berdenah dasar persegi empat dengan bagian makam yang berbentuk persegi panjang. Pada keseluruhan sisi makam terdapat pinggiran beton, posisi makam dibuat menempel dengan makam 2. Makam dengan orientasi utara-selatan memiliki bentuk nisan persegi empat yang melingkar pada bagian atasnya, terletak di sisi utara makam. Keseluruhan permukaan makam ditutup dengan beton, serta bagian tengah makam terdapat motif salib. Pada nisan terdapat tulisan ”Kraeng Frans Sales Basa, Lahir : 1880/pongkor, Wafat : 29-7-1980”. Makam ini merupakan salah satu makam dari tokoh masyarakat di kampung pongkor terdahulu.

 

  • Meriam 1

  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/21
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran     :
    • Panjang : 137 cm
    • Diameter pangkal : 20 cm
    • Diameter ujung : 13 cm
  • Bahan : Logam
  • Warna  : Coklat kehitaman
  • Kondisi : Utuh
  • Periode/masa : Kolonial
  • Deskripsi : Meriam dengan bentuk menyerupai tabung yang diletakkan diatas struktur compang, terdapat pegangan di samping kiri dan kananya, pada bagian ujung dengan ukuran yang lebih kecil dari pangkalnya. Terdapat tiga motif  hiasan melingkar dari bagian pangkal hingga ujung meriam, serta pada bagian pangkal berisi pemantik meriam. Beberapa permukaan meriam dalam kondisi korosi (karatan).

 

  • Meriam 2
  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/22
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran :
    • Panjang : 135 cm
    • Diameter pangkal : 20 cm
    • Diameter ujung  : 13 cm
  • Bahan : Logam
  • Warna : Coklat kehitaman
  • Kondisi : Utuh
  • Periode/masa : Kolonial
  • Deskripsi : Meriam dengan bentuk menyerupai tabung yang diletakkan diatas struktur compang, terdapat pegangan di samping kiri dan kananya, pada bagian ujung dengan ukuran yang lebih kecil dari pangkalnya. Terdapat empat motif  hiasan melingkar dari bagian pangkal hingga ujung meriam, serta pada bagian pangkal berisi pemantik meriam. Beberapa permukaan meriam dalam kondisi korosi (karatan).

 

  • Meriam 3

  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/23
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran :
    • Panjang : 131 cm
    • Diameter pangkal : 20 cm
    • Diameter ujung : 13 cm
  • Bahan : Logam
  • Warna : Coklat kehitaman
  • Kondisi : Utuh
  • Periode/masa : Kolonial
  • Deskripsi : Meriam dengan bentuk menyerupai tabung yang diletakkan diatas struktur compang, terdapat pegangan di samping kiri dan kananya, pada bagian ujung dengan ukuran yang lebih kecil dari pangkalnya. Terdapat empat  motif hiasan melingkar dari bagian pangkal hingga ujung meriam, serta pada bagian pangkal berisi pemantik meriam. Beberapa permukaan meriam dalam kondisi korosi (karatan).

 

  • Meriam 4

  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/24
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran :
    • Panjang : 131 cm
    • Diameter pangkal : 19 cm
    • Diameter ujung : 13 cm
  • Bahan : Logam
  • Warna : Coklat kehitaman
  • Kondisi : Utuh
  • Periode/masa : Kolonial
  • Deskripsi : Meriam dengan bentuk menyerupai tabung yang diletakkan diatas struktur compang, terdapat pegangan di samping kiri dan kananya, pada bagian ujung dengan ukuran yang lebih kecil dari pangkalnya. Terdapat empat motif  hiasan melingkar dari bagian pangkal hingga ujung meriam, serta pada bagian pangkal berisi pemantik meriam. Beberapa permukaan meriam dalam kondisi korosi (karatan).

 

  • Meriam 5

  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/25
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran :
    • Panjang : 98 cm
    • Diameter pangkal : 17 cm
    • Diameter ujung : 11 cm
  • Bahan : Logam
  • Warna : Coklat kehitaman
  • Kondisi : Utuh
  • Periode/masa : Kolonial
  • Deskripsi : Meriam dengan bentuk menyerupai tabung yang diletakkan diatas struktur compang, terdapat pegangan di samping kiri dan kananya, pada bagian ujung dengan ukuran yang lebih kecil dari pangkalnya. Terdapat lima motif  hiasan melingkar dari bagian pangkal hingga ujung meriam, serta terdapat lambang/tulisan pada bagian pangkal yang tidak dapat diidentifikasi karena telah aus. Pada bagian pangkal berisi pemantik meriam. Beberapa permukaan meriam dalam kondisi korosi (karatan).

 

  • Meriam 6

  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/26
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran :
    • Panjang : 87 cm
    • Diameter pangkal : 18 cm
    • Diameter ujung : 11 cm
  • Bahan : Logam
  • Warna : Coklat kehitaman
  • Kondisi : Utuh
  • Periode/masa : Kolonial
  • Deskripsi  : Meriam dengan bentuk menyerupai tabung yang diletakkan diatas struktur compang, terdapat pegangan di samping kiri dan kananya, pada bagian ujung dengan ukuran yang lebih kecil dari pangkalnya. Terdapat lima motif  hiasan melingkar dari bagian pangkal hingga ujung meriam. Pada bagian pangkal berisi pemantik meriam, serta terdapat lambang mahkota belanda dan tulisan ”P” ”1-1-7”. Beberapa permukaan meriam dalam kondisi korosi (karatan).

 

  • Meriam 7

  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/27
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran :
    • Panjang : 87 cm
    • Diameter pangkal : 19 cm
    • Diameter ujung : 11 cm
  • Bahan : Logam
  • Warna : Coklat kehitaman
  • Kondisi  : Utuh
  • Periode/masa : Kolonial
  • Deskripsi  : Meriam dengan bentuk menyerupai tabung yang diletakkan diatas struktur compang, terdapat pegangan di samping kiri dan kananya, pada bagian ujung dengan ukuran yang lebih kecil dari pangkalnya. Terdapat lima motif  hiasan melingkar dari bagian pangkal hingga ujung meriam. Pada bagian pangkal berisi pemantik meriam, serta terdapat lambang mahkota belanda dan tulisan ”P” ”1-1-8”. Beberapa permukaan meriam dalam kondisi korosi (karatan).

 

  • Meriam 8

  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/28
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran :
    • Panjang : 82 cm
    • Diameter pangkal : 18 cm
    • Diameter ujung : 11,5 cm
  • Bahan : Logam
  • Warna : Coklat kehitaman
  • Kondisi : Utuh
  • Periode/masa : Kolonial
  • Deskripsi : Meriam dengan bentuk menyerupai tabung yang diletakkan diatas struktur compang, terdapat pegangan di samping kiri dan kananya, pada bagian ujung dengan ukuran yang lebih kecil dari pangkalnya. Terdapat empat motif  hiasan melingkar dari bagian pangkal hingga ujung meriam. Pada bagian pangkal berisi pemantik meriam, serta terdapat lambang mahkota belanda dan tulisan ”P” ”1-0-01”. Beberapa permukaan meriam dalam kondisi korosi (karatan).

 

  • Meriam 9

  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/29
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran :
    • Panjang : 84 cm
    • Diameter pangkal : 18 cm
    • Diameter ujung : 13 cm
  • Bahan : Logam
  • Warna : Coklat kehitaman
  • Kondisi : Utuh
  • Periode/masa : Kolonial
  • Deskripsi : Meriam dengan bentuk menyerupai tabung yang diletakkan diatas struktur compang, terdapat pegangan di samping kiri dan kananya, pada bagian ujung dengan ukuran yang lebih kecil dari pangkalnya. Terdapat lima motif  hiasan melingkar dari bagian pangkal hingga ujung meriam, serta pada bagian pangkal berisi pemantik meriam. Beberapa permukaan meriam dalam kondisi korosi (karatan).

 

  • Gelang Perunggu 1

  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/30
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran :
    • Tebal : 3 cm
    • Diameter : 12 cm
  • Bahan : Perunggu
  • Warna : Hitam kehijauan
  • Kondisi : Utuh
  • Periode/masa : Prasejarah
  • Deskripsi : Gelang perunggu dengan bentuk bulat yang terputus pada bagian ujungnya, dibuat polos tanpa adanya motif hias. Permukaan gelang berwarna kehijauan dikarenakan udara dan faktor lingkungan. Gelang ini difungsikan oleh masyarakat di kampung pongkor sebagai simbol penghormatan serta media pemujaan terhadap leluhur untuk memohon keselamatan (perlindungan) sehingga diletakkan diatas compang.

 

  • Gelang Perunggu 2

  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/31
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran :
  • Tebal : 3 cm
  • Diameter : 11 cm
  • Bahan : Perunggu
  • Warna : Hitam kehijauan
  • Kondisi : Utuh
  • Periode/masa : Prasejarah
  • Deskripsi : Gelang perunggu dengan bentuk bulat yang terputus pada bagian ujungnya, dibuat polos tanpa adanya motif hias. Permukaan gelang berwarna kehijauan dikarenakan udara dan faktor lingkungan. Gelang ini difungsikan oleh masyarakat di kampung pongkor sebagai simbol penghormatan dan media pemujaan terhadap leluhur untuk memohon keselamatan (perlindungan), serta diletakkan pada bagian bawah dari susunan batu di sisi selatan compang.

 

  • Cincin Perunggu

  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/32
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran :
  • Tebal : 0,5 cm
  • Diameter : 4 cm
  • Bahan : Perunggu
  • Warna : Hitam kehijauan
  • Kondisi : Utuh
  • Periode/masa : Prasejarah
  • Deskripsi : Cincin perunggu dengan bentuk bulat, dibuat polos tanpa adanya motif hias. Permukaan cincin berwarna kehijauan dikarenakan udara dan faktor lingkungan. Cincin ini difungsikan oleh masyarakat di kampung pongkor sebagai simbol penghormatan serta media pemujaan terhadap leluhur untuk memohon keselamatan (perlindungan) sehingga diletakkan diatas compang.

 

  • Batu Kepongkor

  • Nomor Inventarisasi : 1/16-08/BND/33
  • Tempat  penyimpanan : Kampung Adat Pongkor
  • Ukuran :
    • Panjang : 132 cm
    • Lebar : 108 cm
    • Tebal : 15 cm
  • Bahan : Batu Andesit
  • Warna : Abu-abu
  • Kondisi : Utuh
  • Periode/masa : –
  • Deskripsi : Batu alam dengan bentuk tidak beraturan, menyerupai persegi empat, serta dibuat polos tanpa ada motif hias. Diletakkan di depan bangunan rumah adat (niang pongkor) sebagai penghormatan terhadap orang yang ada di dalam rumah.