Arca Pendeta Koleksi Museum Arkeologi Gedong Arca

0
1838

No. Urut: 199

No. Registrasi: 1/14-4/BND-M.Ar/199

Nama Artefak: Arca Pendeta

Bahan: Padas

Ukuran: Panjang 29 cm, Tinggi 60 cm, Lebar 29 cm

Fungsi: Sebagai Media Pemujaan

Periode: Bali Kuna (IX-XIII Masehi)

Status Kepemilikan: Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, Koleksi Museum Gedung Arca

Deskripsi: Arca Pendeta dengan sikap berdiri (samabhaga), rabut dipusung, terdapat sinar kedewataan (prabha) dibelakang kepala, bagian muka aus, berjenggot sampai di dada, telinga panjang memakai anting, memakai tali khasta/upawita polos, tangan kanan membawa kendi (kamandalu), tangan kiri memegang genitri (aksamala) kondisi aus. Memakai kain dari pinggang sampai diatas mata kaki dengan motif garir-garis, lengkap dengan Katibandha, uncal, dan urudama.
Dari atribut dan laksana yang dibawa ada kemungkinan Arca Pendeta ini merupakan Arca perwujudan dari Maha Rsi Agastya. Maha Rsi Agastya adalah seorang Rsi dari India Selatan yang menganut ajaran Siwa. Karena ketaatan, kebesaran dan kesucian beliau maka disebut juga Batara Guru sebagai perwujudan Siwa di dunia mengajarkan Dharma.

Kendi (kamandalu) adalah tempat penyimpanan air suci (air penghidupan) Dalam ikonografi Hindu ada beberapa arca yang memegang laksana kamandalu seperti Dewa Brahma, Dewa Siwa Mahadewa, Siwa Mahaguru, Rsi Agastya (Linus, 1982 : 6-10).
Kamandalu dapat dihubungkan dengan pemutaran lautan susu dalam kaitannya pencapaian
amerta. Sweta kamandalu di bawa oleh Dhawantri yang berisi air penghidupan (amerta).
Makna filosofis kamandalu adalah kesucian dan kehidupan kekal abadi. Sedangkan Genitri/Japamala/Tasbih (aksamala) melambangkan konsentrasi dan meditasi. Bagi orang yang mampu berkonsentrasi dan bermeditasi akan memperoleh ilmu pengetahuan tiada batas dan akhir, serta peningkatan kesadaran, biasanya digunakan untuk malaksanakan japa disertai dengan doa/mantra-mantra yang dilantunkan berulang-ulang sejumlah butir aksamala.