Komando Daerah Militer IX Udayana Batalyon Zeni Tempur 18

0
2887

Merupakan  warisan dari jaman  penjajahan Belanda yang saat ini digunakan sebagai markas Batalion Pangdam IX / Udayana. Saat ini masih berdiri 5 buah bangunan kolonial khas belanda. Pondasi utama, Lantai, Dinding dan Tiang masih dipertahankan, hanya atapnya saja yang telah diganti beberapa kali. Lokasi ini tepat berada di pinggir Jalan Raya Ksatrian dan berhadapan dengan Masjid Agung Kota Gianyar. Bangunannya masih difungsikan hingga saat ini, akan tetapi karena kebutuhan mess anggota TNI AD yang kurang memadai kemungkinan besar markas ini akan di alih fungsikan dan diganti dengan bangunan yang lebih besar yang mencukupi kebutuhan ruang para anggota TNI AD.

Peninjauan warisan budaya yang dilakukan di markas Batalion Pangdam IX / Udayana melibatkan tiga Unit Pelaksana Teknis yang menangani kebudayaan, yaitu Balai Arkeologi Denpasar, BPCB Gianyar, dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar berhasil mengungkap bahwa situs ini mempunyai warisan budaya yang mengandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan aktivitas manusia pada masa lalu.

Bangunan pertama yaitu Kantor Mayon Markas Batalion (2/14-04/BNG/18) merupakan bangunan yang menghadap ke arah barat, digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu, ruang pertemuan, ruang rapat, ruang pelaporan, serta ruang pimpinan, bangunan ini berbentuk memanjang ke arah utara-selatan, dinding sebagian besar dicat, atap genteng, pondasi dasarnya tidak berubah tetap seperti semula. Bentuk jendela masih sama dan menguatkan karakteristik sebuah bangunan peninggalan Kolonial. Seta terdapat besi penyangga di beberapa sudut dinding bangunan

Bangunan kedua yaitu Kantor Persit Kartika Candra Kirana (2/14-04/BNG/19) merupakan bangunan yang menghadap ke arah utara, bangunan yang sebenarnya terdiri dari dua bangunan, akan tetapi di sambung dengan menambahkan bangunan dari kayu di bagian tengahnya.

Bangunan ketiga yaitu Gudang Alat (2/14-04/BNG/20) digunakan sebagai tempat penyimpanan beberapa alat-alat militer, sama halnya dengan bangunan lainnya bangunan ini memiliki lantai, dinding, serta jendela yang mencerminkan karakteristik peninggalan dari bangsa kolonial, hanya atapnya saja yang telah diganti. Beberapa kamarnya pernah digunakan sebagai kamar tidur.

Bangunan keempat yaitu Ruang Staf merupakan bangunan yang digunakan sebagai perkantoran yang menghadap ke arah selatan. Bangunan ini juga merupakan dua bangunan dijadikan kesatuan dengan menambahkan bangunan dengan dinding dari kayu serta atap dari genteng. Di bagian depan masih terlihat besi-besi pengait.

Bangunan Kelima merupakan aula yang terletak di belakang gudang. Bangunan ini memakai satu pintu geser yang terbuat dari besi berbentuk persegi empat, pada bagian dasar bangunan terdapat lubang-lubang berbentuk persegi empat, bagian dinding juga terdaat penyangga besi yang telah rusak dan berkarat, bagian atap berbentuk limasan dengan banyak jendela yang memakai jaring-jaring besi. Bangunan ini merupakan bangunan dengan ukuran yang paling besar dan tinggi jika dibandingkan dengan bangunan lainnya.

Selain bangunan juga terdapat dua buah meriam yang terletak di pintu masuk di sebelah barat, bagian permukaan telah dicat dengan warna hitam, berbentuk bulat lonjong dengan bagian bawah lebih besar dari bagian ujungnya., serta dengan pegangan di bagian tengahnya.