Salah satu tinggalan megalitik yang memiliki nilai penting sangat tinggi di Indonesia adalah Situs Pokekea, Lore, Sulawesi Tengah, yang berupa patung manusia, kalamba, tutuna (tutup kalamba) dan batu dakon. Namun tinggalan megalitik tersebut saat tidak terawat dan telah mengalami kerusakan. Untuk mengetahui kondisi tinggalan megalitik tersebut dan cara konservasinya pada penelitan telah dilakukan studi referensi, survei lapangan, serta analisis laboratorium.
Hasil survei lapangan menunjukan lingkungan di Situs Pokekea berupa lembah padang ilalang yang memiliki iklim mikro yang sangat fluktuatif. Dari 24 artefak yang diobservasi, 18 buah artefak berada dalam posisi berdiri di permukaan atau terbenam sebagian dalam tanah, serta enam artefak lainnya dalam posisi miring atau tidur. Jenis kerusakan dan pelapukan yang dijumpai pada artefak-artefak tinggalan megalitik di Situs Pokekea berupa endapan atau kerak yang berwarna merah, pengelupasan (scaling), retak, pecah, batu yang rapuh dan batu yang ditumbuhi jasad (algae, lichen, dan moss). Hasil analisis petrografi menunjukan bahwa jenis batuan tinggalan megalitik berupa biotite granite, dengan kandungan mineral yang terdiri dari feldspar (plagioklas dan K-feldspar), kuarsa, biotit, dan mineral opak. Hasil analisis fisik menunjukan ada batu jenis biotit granit yang masih bagus, namun ada pula yang telah lapuk. Proses kerusakan dan pelapukan tinggalan megalitik di Situs Pokekea disebabkan oleh sifat batu granit sendiri, keberadaan air, fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang tinggi. Penanganan kerusakan dan pelapukan pada tinggalan megalitik di Situs Pokekea dapat dilakukan dengan metode konservasi yang bersifat preventive dan active conservation. Preventive conservation dapat berupa pemeliharaan rutin, pengendalian suhu dan kelembaban udara di sekitar batu, mengontrol polusi udara dan lain sebagainya. Active conservation berupa merestorasi kerusakan dan pelapukan yang telah terjadi pada tinggalan megalitik di Situs Pokekea.
Artikel selengkapnya silahkan download disini