You are currently viewing Konservasi Material Organik Ter-Arang Pada Ekskavasi Situs Bencana Vulkanik Tambora

Konservasi Material Organik Ter-Arang Pada Ekskavasi Situs Bencana Vulkanik Tambora

Artefak hasil penggalian pada Situs Tambora yang berasal dari bahan organik yang telah menjadi arang sangat mudah mengalami kerusakan selama proses ekskavasi. Diperlukan metode konservasi material yang dapat menjawab permasalahan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan situs, dan mengetahui kondisi material yang terekspos oleh lingkungan, serta kecepatan kerusakannya, dan untuk mengetahui cara transportasi temuan dari situs sebelum tindakan konservasi. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui hasil konsolidasi material menggunakan bahan Paraloid B-72 dengan beberapa jenis pelarut dan cara aplikasi, serta bahan konsolidan PEG 400.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi material yang terekspos cepat mengalami kerusakan. Pada awalnya terjadi penurunan kadar air dalam material. Seiring dengan penurunan kadar air ini, material menjadi semakin rapuh dan mudah rusak. Pada hari pertama telah terjadi keretakan pada material dan semakin rapuh sehingga pada hari ke-2 material patah. Hari ke-3 jumlah bagian yang patah semakin banyak, dan pada hari ke-4 sampel yang patah sudah sulit ditangani (sulit dipindah dan diukur tanpa mengalami kerusakan). Cara transportasi artefak dari situs untuk dikonservasi dengan membungkus sampel dengan plastik wrap, dan menempatkan dalam kotak plastik yang lembab merupakan cara yang cukup baik.

Material yang dikonsolidasi dengan Paraloid menunjukkan peningkatan kekerasan dan tidak rapuh setelah dikeringkan. Jumlah pengolesan dapat meningkatkan efektivitas konsolidasi dan penurunan kadar air. Namun metode ini perlu dikembangkan lagi untuk mendapatkan metode yang sesuai dan hasil yang optimal, karena masih ada indikasi keretakan. Konsolidasi dengan PEG menghasilkan material yang cukup keras dan stabil. Metode ini cukup baik, namun cara aplikasinya harus dilakukan dengan cara perendaman sehingga agak sulit diterapkan di lapangan. Metode ini perlu dikembangkan agar dapat lebih aplikatif di lapangan.

Untuk artikel selengkapnya silahkan mengunduh disini