“Bima Ngaji”, Maknai Asal dan Tujuan Hidup Manusia

0
6369

Dalam upaya pelestarian seni dan budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk, berjudul “Bima Ngaji”. Cerita “Bima Ngaji” mengisahkan tentang perjalanan Bima dalam proses berguru kepada Begawan Drona untuk memperoleh ilmu Sangkan Paraning Dumadi atau Ilmmu Kesempurnaan Hidup.

Kesungguhan hati Bima dalam berguru kepada Drona dimanfaatkan oleh Duryudana untuk dapat dibinasakan. Ketika Bima diminta mencari kayu gung susuhing angin (kayu besar sarang angin) ke Gunung Candramuka di tengah Hutan Tikbrasara, Bima menyanggupi.

Di Hutan Tikbrasara, Bima bertemu dengan Raksasa Rukmuka dan Rukmakala, dan terjadilah peperangan. Kedua raksasa mati kemudian berubah wujud menjadi Betara Indra dan Betara Bayu. Bima diberi aji kedigdayaan dan diberi tahu tentang makna perintah Drona yang sesungguhnya. Ia kemudian kembali menghadap Drona. Drona meminta sekali lagi kepada Bima agar mencari banyu pawitradi mahening suci (air kesucian hidup), ke dalam Samudera Minangkalbu, dan Bima pun menyanggupi. Meskipun keempat saudaranya tidak setuju, ia tetap teguh pada tekadnya.

Ketika Bima terjun ke dalam lautan, tiba-tiba diserang Naga Nemburnawa. Seluruh tubuhnya dililit hingga tidak mampu bergerak. Akhirnya, sang naga mati tertusuk kuku pancanaka, namun seketika itu pula Bima terkapar. Di saat itulah, ia menerima wejangan Dewa Ruci (guru sejati Bima) tentang asal dan tujuan hidup.

Ketika Dewa Ruci lenyap, Bima telah sampai di daratan, berkumpul dengan keempat saudaranya. Bima mengakui bahwa berkat perintah Drona, ia bisa mendapat pengetahuan hidup.

Kisah ini mempunyai makna bahwa murid harus taat dan patuh kepada guru. Nasehat dan perintah guru pasti akan membawa kebaikan dan tidak akan mencelakakan murid. Untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan, seorang murid haruslah belajar dengan penuh keyakinan dan ketekunan.