Dongeng kini sudah kehilangan peminatnya. Kegiatan yang merupakan bagian dari seni bertutur ini sudah jarang kita temui di panggung pertunjukan. Padahal, ada makna spiritual dalam setiap dongeng. Para orang tua sibuk dengan pekerjaannya atau menonton sinetron di televisi, sehingga tidak punya waktu untuk mendongeng saat anak-anak mereka mau tidur
Dengan menurunnya peminat dongeng salah satu pendongeng yang mencintai dunia dongeng memutuskan untuk keliling Indonesia untuk membuat dongeng lebih menarik untuk anak-anak, sekaligus mengajarkan cara mendongeng yang mengasyikan.
Pendongeng itu bernama Azis Supiyanto atau lebih dikenal dengan Kak Aziz “Franklin”. Tambahan nama “Franklin” didapat karena ia sering membawa boneka kodok hijau saat ia pentas. Azis mengaku bahwa kecintaan dirinya pada dongeng ‘dititiskan’ oleh sang nenek saat dia masih anak-anak. Setiap malam, berbagai kisah dongeng mengantarkannya tertidur lelap dipangkuan sang nenek.
Kemampuannya mendongeng mulai ‘diuji’ saat Azis bersekolah tingkat menengah atas di SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Negeri Blitar. Saa itu sekolahnya ada perlombaan mendongeng dan ia mendapatkan juara 2. Keberhasilannya meraih juara menjadi bekal bapak dua anak ini mengembangkan kemampuannya ke berbagai daerah di Jawa Timur bahkan seluruh Indonesia.
Saat mendongeng kak azis tidak hanya sekedar bercerita tapi ia menggabungkan berbagai keahlian seperti dalang, bermain musik tradisional dan pesulap. Dengan keahliannya tersebut ia membuat dongeng kembali disukai oleh anak-anak.
Namun ia merasa kurang puas bila belum bisa menularkan keterampilan mendongengnya itu kepada para orang tua, karena menurutnya mendongeng mampu memancing dan merangsang kreativitas anak. Oleh karena itu Azis berharap aktivitas mendongeng harus tetap dilestarikan.