Beranda blog Halaman 12

Gita Bahana Nusantara 2023 Menembus Batas

0
Penampilan Gita Bahana Nusantara di Halaman Museum Fatahillah, Kawasan Kota Tua, Jakarta.

Penampilan Gita Bahana Nusantara di Kota Tua sekaligus menjadi persiapan jelang tampil pada Hut RI ke 78 di Istana Negara pada 17 Agustus 2023 mendatang.

Jakarta, 12 Agustus 2023 – Tahun ini untuk pertama kalinya, Gita Bahana Nusantara 2023 menggelar Konser Kemerdekaan. Mengangkat tema Menembus Batas, konser ini digelar dalam rangka merayakan hari jadinya Gita Bahana Nusantara yang ke-20 tahun. Selain sebagai perayaan hari jadi GBN, konser ini juga dilaksanakan untuk menyambut HUT RI yang ke-78. 

“Selain sebagai bentuk perayaan hari jadi GBN dan menyambut HUT RI ke-78, konser GBN di ruang publik ini juga menjadi bukti bahwa GBN tidak hanya tampil di acara formal, tapi juga tampil di ruang publik yang dekat dengan masyarakat.” ujar Direktur Dit. Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti.

Gita Bahana Nusantara akan membawakan total 10 lagu di Konser Kemerdekaan, di antaranya Rayuan Pulau Kelapa, Satria Indonesia, Hari Merdeka, Butet dan Pemuda. Gita Bahana Nusantara juga berkolaborasi dengan penyanyi muda berbakat, Novia Bachmid, menyanyikan lagu Simfoni Raya, Zamrud Khatulistiwa dan Cinta indonesia.

GBN juga berkolaborasi dengan M. Deni Maulana yang akan membacakan puisi berjudul “Aku Indonesia” karya Ir. Sukarno. 

Konser Kemerdekaan dilaksanakan di Plaza Fatahillah, Kota Tua, Jakarta. Mulai pukul 19.30 hingga 22.00 WIB, Konser Kemerdekaan akan tayang di Indonesiana TV (Indihome ch.200 (HD) dan ch.916 (SD).

Gita Bahana Nusantara 2023, Wahana Musikal Tumbuhkan Nasionalisme

0
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti membuka pemusatan Gita Bahana Nusantara 2023 secara simbolis.

Siaran Pers

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Nomor: 372/sipres/A6/VIII/2023

Jakarta, 08 Agustus 2023 — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan, tahun ini tengah mempersiapkan 199 anak muda dari 33 provinsi se-Indonesia untuk tampil pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia (RI) di Istana Merdeka, pada 17 Agustus mendatang. Mereka terdiri dari 68 orang tim orkestra dan 131 orang tim paduan suara yang dikenal sebagai Gita Bahana Nusantara (GBN) 2023.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti, menyampaikan bahwa Tim GBN akan menjalani pemusatan pelatihan sejak tanggal 3 sampai dengan 19 Agustus. Saat ini, kata Irini, tim GBN sedang menjalani pemusatan pelatihan di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat.

“Latihan berlangsung secara berkelompok untuk anggota bersuara sopran, alto, tenor, dan bas. Latihan berkelompok juga dilakukan anggota orkestra di bagian combo etnis, tiup, dan string. Kelompok-kelompok tersebut kemudian bertemu dalam latihan gabungan,” imbuh Irini dalam keterangannya di Jakarta, pada Selasa (8/8).

Irini menjelaskan, tahun ini menjadi penanda 20 tahun kehadiran dan peran serta GBN dalam acara-acara kenegaraan. “Tahun ini untuk pertama kalinya GBN tampil di hadapan masyarakat luas pada acara Konser Kemerdekaan Gita Bahana Nusantara 2023 dengan tema “Menembus Batas” yang akan dilaksanakan di  Museum Fatahillah Komplek Kota Tua Jakarta pada 12 Agustus 2023,” ungkapnya.  

Irini menambahkan,  pada upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 2023 di Istana Merdeka Jakarta, akan ada kolaborasi apik antara GBN dengan Ziva Magnolya dan Adikara. Sedangkan di Konser Kemerdekaan, GBN akan menyuguhkan kolaborasi dengan Novia Bachmid dan pembacaan puisi oleh Deni Maulana, Juara FLS2N. 

Di Istana, GBN akan membawakan sembilan lagu, yaitu Rayuan Pulau Kelapa, Negeriku, Satria Indonesia, Nusantara II, Zamrud Khatulistiwa, Pemuda, Hari Merdeka, dan medley lagu-lagu Nusantara, berikut dengan aransemen yang memasukkan unsur-unsur etnik Nusantara pada instrumennya, seperti suling, sape, kendang, tehyan, hingga talempong.

Puncaknya, GBN menyajikan penampilan khusus bersama Putri Ariani yang membawakan lagu Melati Suci. Bertindak sebagai konduktor GBN kali ini adalah Eunice Tong, konduktor perempuan lulusan Westminster Choir College, yang pernah tampil bersama New York Philharmonic dan Philadelphia Orchestra.

GBN merupakan tim orkestra dan paduan suara, pemuda-pemudi berusia 16-23 tahun dari seluruh provinsi di Indonesia yang berkreasi, menyalurkan bakat dan potensi di bidang musik. Mereka adalah anak-anak muda, pemusik dan vokalis muda terbaik dari seluruh provinsi di Indonesia, yang memiliki kemampuan akademis, teknik musikalitas di atas rata-rata serta kemampuan membaca notasi. Setelah terpilih melalui audisi ketat, mereka akan hadir di momen penting kenegaraan, yaitu peringatan HUT Kemerdekaan RI.

Sesuai maknanya, GBN terdiri dari kata yang berakar dari budaya Indonesia. Gita berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti nyanyian atau lagu. Bahana adalah gema, bunyi, suara riuh rendah, sedangkan Nusantara merapakan sebuatan wilayah kepulauan Indonesia. GBN mengartikan nyanyian yang membahana dari seluruh wilayah Indoensia.

GBN bukan hanya sekumpulan anak muda bermain musik, tapi kebanggaan para musisi yang berkarakter dan disiplin menjalankan tugas negara. Ia menjadi wahana untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan cinta tanah air kepada kaum muda, mengkuatkan karakter, memberikan pengetahuan dan pemahaman keragaman seni budaya Indonesia, sekaligus memberikan inspirasi dan semangat bagi putra-putri terbaik ini untuk menjadi agen-agen perubahan dalam pemajuan kebudayaan di daerah.

Dalam konteks dan tujuan kehadirannya, GBN menjadi wujud “Indonesia mini” dalam sebuah orkestrasi musik. Musik hanyalah media, sementara spirit yang mendasarinya adalah nasionalisme dan kebanggan serta rasa cinta tanah air ini akan membangun dan menumbuhkan sesuatu yang baik demi bangsa dan negara. 

Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat

Sekretariat Jenderal 

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 

Pendukungan Ritual Adat Hude Nuke Penganut Kepercayaan Lera Wulan Tana Ekan

0

Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek melaksanakan pendukungan ritual adat di Desa Painapang, Kecamatan Lewolema, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pada Selasa, 8 Agustus 2023. Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat bersama Penjabat Bupati Flores Timur hadir pada kegiatan tersebut.

Menurut Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Syamsul Hadi, kegiatan ini mendapatkan pendukungan agar Penghayat Lera Wulan Tana Ekan yang berada di desa Painapang ini selalu melestarikan budayanya. Selain itu, Bupati Flores Timur Drs. Doris Alexander Rihi, M.Si mengatakan harapannya bahwa upaya pelestarian budaya harus selalu dilakukan agar anak muda sekarang dapat melihat proses ritual adat sehingga menjadi penerus selanjutnya.

Ritual Adat Hode Nuke yang berarti “Menerima hewan Kurban” yang dilakukan oleh Masyarakat Adat Lamatou yang menganut kepercayaan Lera Wulan Tana Ekan. Ritual yang dilaksanakan setiap tahun ini bertujuan untuk mengucap rasa syukur terhadap ibu bumi yang memberikan kehidupan yang berkah selama ini dengan menyembelih beberapa hewan kurban seperti kambing, anak ayam, dan beberapa hewan lainnya.

Jelang Festival Kemandirian Pangan di Lembata, Pandu Budaya Kurasi Sejumlah Objek Pemajuan Kebudayaan

0

Setelah berhasil mengidentifikasi 109 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) dari berbagai kategori di 12 kampung adat pada Juni lalu, kini para Pandu Budaya turut berpartisipasi dalam kegiatan kurasi OPK yang digelar Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Kemendikbudristek RI sebagai lanjutan dari program sekolah lapang kearifan lokal di Pulau Lembata.

Bertempat di Aula SMK Ile Lewotolok Lewoleba Kecamatan Lewoleba, Kabupaten Lembata, para Pandu Budaya mempresentasikan berbagai OPK dari masing-masing desa yang telah mereka identifikasi sebelumnya. Apolonaris Mayan selaku Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Kebudayaan Kabupaten Lembata dalam sambutannya mengatakan bahwa hasil Kurasi Objek Pemajuan Kebudayaan ini nantinya akan menjadi materi muatan dalam penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD).

Apolonari melanjutkan, menurutnya kegiatan yang dilaksanakan dari tanggal 26 hingga 28 Juli 2023 ini telah memantik semangat Pemerintah Daerah Lembata yang sedang mengalami kesulitan.

“Sungguh hal yang sangat luar biasa. Setelah kita temu kenali, kita masuk dalam sesi kurasi, lalu kita mengenal lebih jauh lagi apa yang sudah kita temukan ini sehingga nantinya dapat menjadi sebuah produk daerah dan lebih khusus lagi menjadi kekayaan-kekayaan daerah ini,” ungkap Apolonaris.

Untuk mendalami pemilihan data OPK yang akan diajukan, kegiatan ini turut menghadirkan narasumber-narasumber baik lokal hingga Jakarta. Hasil dari kegiatan ini nantinya akan ditampilkan dalam bentuk festival kebudayaan yang akan mengusung tema “Kedaulatan Pangan Masyarakat Adat,” Agustus mendatang.

“Tolong dipikirkan dengan matang, diskusikan dengan para narasumber lokal yang ada, banyak hal yang dapat diangkat untuk memeriahkan festival ini. Bisa dalam bentuk pameran, dialog budaya, perlombaan dan banyak hal lainya,” ujar Yani Haryanto selaku Pamong Budaya Ahli Madya, yang turut hadir sebagai narasumber pada saat diskusi sedang berjalan.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini diharapkan dapat terus berproses dan berlanjut, tidak hanya berhenti setelah rangkaian kegiatan SLKL ini selesai, melainkan dapat menjadi sesuatu yang dapat memberikan dampak bagi kesejahteraan dan ekonomi masyarakat setempat.

Kemdikbudristek Sosialisasikan Regulasi Batas Ruang Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan

0

Mojokerto – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menyelenggarakan sosialisasi Peraturan Menteri Pendiidkan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No 140/M/2023 tentang Sistem Zonasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Trowulan.  Acara yang diselenggarakan di Griya Tama Maja Kantor Bupati Mojokerto ini dibuka langsung oleh Bupati Jombang, Ikfina Fahmawati.  Acara dihadiri oleh instansi pemangku kepentingan dalam pelestarian kawasan Trowulan, di antaranya pemerintah daerah provinsi Jawa Timur, Wakil Bupati Jombang, Pemerintah Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang, Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi Jawa Timur, Organisasi Perangkat Daerah di tujuh kecamatan di Kabupaten Jombang dan Mojokerto, komunitas pelestari budaya, dan perwakilan tokoh masyarakat di sekitar KCBN Trowulan

Direktur Pelindungan Kebudayaan, Judi Wahjudin dalam sambutannya menyampaikan bahwa sistem zonasi Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan memuat empat zona.  Penetapan batas atau zonasi ini bertujuan memberi ruang untuk kebutuhan pelestarian kawasan agar tetap terjaga keasliannya dan mencegahnya dari kerusakan.  Di samping itu, untuk melindungi kawasan ini beserta nilai pentingnya agar dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat, paparnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ikfina Fahmawati menyampaikan perlunya untuk melaksanakan sistem zonasi seperti yang tertuang dalam kepmendikbudristek tersebut. “Pada prinsipnya tidak serta merta muncul kepmendikbudristek ini, tetapi sudah melalui proses dan melibatkan banyak pihak sehingga kemudian tentunya kepmendikbudristek tentang zonasi Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan ini harus kita taati bersama dan kita menyesuaikan dengan kondisi zonasi di wilayah kita masing-masing,” ujar Judi.

Keputusan Mendikbudristek No 140/M/2023 secara rinci membagi empat zonasi di Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan, yaitu Zona Inti: area yang difungsikan untuk melindungi secara langsung cagar budaya agar tidak mengalami penurunan kualitas nilai pentingnya maupun kondisi fisiknya; Zona Penyangga: area yang difungsikan untuk pelindungan Zona Inti dengan membatasi dan mengendalikan kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi cagar budaya.  Zona Pengembangan: area yang memiliki potensi pengembangan atau pembangunan secara terbatas untuk kepentingan rekreasi, daerah konservasi lingkungan alam, lanskap budaya, kehidupan budaya tradisional, keagamaan dan kepariwisataan; Zona Penunjang: zona yang diperuntukkan bagi kebutuhan prasarana penunjang dalam pengembangan kawasan dengan mempertimbangkan kepentingan bagi masyarakat luas seseuai dengan RTRW Kabupaten Mojokerto dan Jombang.

Perumusan Peran Strategis Pelindungan Cagar Budaya dan Objek Pemajuan Kebudayaan

0

Jakarta — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Pelindungan Kebudayaan menyelenggarakan kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Pelindungan Kebudayaan Tahun 2023. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, sejak Senin, 24 Juli 2023 hingga Kamis, 27 Juli 2023 di Jakarta.

Kegiatan ini diikuti juga oleh pemerintah daerah yang membidangi kebudayaan, pemilik cagar budaya, komunitas budaya, dan asosiasi profesi.  Tujuan acara ini adalah untuk menyusun peran strategis Direktorat Pelindungan Kebudayaan dalam pelindungan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan serta untuk mencapai sinergi program pelindungan kebudayaan antara Direktorat Pelindungan Kebudayaan dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Dalam sambutannya, Direktur Pelindungan Kebudayaan, Judi Wahjudin menyampaikan bahwa porsi tugas Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) lebih besar pada bidang pelindungan dan advokasi. Lebih lanjut, Yudi berbicara mengenai ekosistem kebudayaan dan menegaskan bahwa pelindungan cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan tidak hanya menjadi ranah Direktorat Jenderal Kebudayaan saja, melainkan menjadi tanggung jawab bersama seluruh pemangku kepentingan.

”Pelindungan warisan budaya ini menjadi tanggung jawab bersama. Mengacu pada Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, sudah disebutkan secara jelas pembagian tugas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Mudah-mudahan koordinasi dan sinkronisasi ini dapat menjadi pijakan kita semua untuk bersama-sama melindungi cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan,” lanjut Judi.

Dalam kesempatan ini Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid menekankan mengenai pentingnya penguasaan materi dan kesamaan pengetahuan di antara para pemangku kepentingan untuk bisa bersama-sama melaksanakan pelindungan warisan budaya sesuai dengan kewenangannya.

“Tangan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan saja tidak akan cukup untuk memastikan keterlindungan semua warisan budaya. Karena kesadaran bahwa kita harus bekerja sama dengan pihak lain itulah maka salah satu tugas penting kita adalah sosialisasi untuk mencapai kesamaan pengetahuan, sedangkan syarat untuk melakukan sosialisasi adalah penguasaan materi,” papar Hilmar.

Salah satu peserta kegiatan, Eris Yunianto, Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah juga memberikan tanggapan mengenai arti penting pelaksanaan rapat koordinasi dan sinkronisasi ini yang pada akhirnya bermuara pada kepentingan masyarakat luas.

“Semua pemangku kepentingan dalam pelindungan kebudayaan yang ada di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota perlu untuk bersama-sama menjalin suatu harmoni agar pelindungan objek pemajuan kebudayaan maupun cagar budaya dapat menjadi satu kesatuan yang saling memperkuat dalam upaya kita untuk mendorong berbagai macam objek dan destinasi ini menjadi bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Kegiatan ini telah menghasilkan rumusan peran strategis Direktorat Pelindungan Kebudayaan dalam pelindungan obyek pemajuan kebudayaan. Beberapa di antara peran direktorat yang telah dirumuskan tersebut antara lain agar direktorat dan Balai Pelestarian Kebudayaan di seluruh wilayah Indonesia perlu menggandeng pemerintah daerah tingkat I dan II untuk mengambil peran aktif di dalam proses pendataan, penetapan, dan pemutakhiran obyek pemajuan kebudayaan. Direktorat juga harus mengambil peran sebagai pusat informasi objek pemajuan kebudayaan yang sahih dan terpercaya dengan tetap mengedepankan prinsip gotong royong dan konsolidasi pendataan kebudayaan yang tersebar di berbagai kalangan. Terakhir, direktorat juga harus mendorong peran aktif masyarakat di dalam upaya penyelamatan obyek pemajuan kebudayaan dengan bentuk-bentuk peran yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal.

Bawa Misi Kebudayaan, Indonesia Hadiri Festival Budaya Melanesia di Vanuatu

0
Delegasi kebudayaan Indonesia menghadiri Festival Budaya Melanesia di Vanuatu.

Jakarta – Kolaborasi antar lembaga Pemerintah Indonesia termasuk dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI akan menghadirkan penampilan para artis dan seniman asal Papua dan Nusa Tenggara Timur pada 7th Melanesian Arts and Culture Festival (MACFEST) 2023 atau Festival Budaya Melanesia ke-VII di Port Villa, Vanuatu. MACFEST 2023 dari tanggal 25 s.d. 30 Juli 2023.

“Serangkaian pertunjukan yang akan dilakukan oleh para seniman ini membawa misi persahabatan dan isu lingkungan” jelas Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid.

Hilmar menambahkan, kehadiran Indonesia pada MACFEST membawa pesan semangat kebersamaan dan komitmen kerja sama serta untuk merekatkan interaksi antar masyarakat Melanesia di Indonesia dengan masyarakat di negara-negara Pasifik, terutama sub kawasan Melanesia. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk terus memperkuat kerja sama dengan negara-negara Pasifik melalui visi Pacific Elevation. Selain itu juga akan semakin meningkatkan citra positif Indonesia sebagai negara majemuk yang mengedepankan nilai-nilai persatuan. 

Dalam pertemuan bilateral dengan Menlu RI di Bali, 7 Desember 2022, pada kegiatan Indonesia-Pacific Forum for Development, Direktur Jenderal Melanesian Spearhead Group (MSG) menyampaikan undangan kepada Indonesia sebagai anggota asosiasi MSG untuk berpartisipasi pada MACFEST. Hal yang sama juga diangkat oleh Wakil Perdana Menteri Vanuatu saat melakukan kunjungan kerja ke Jakarta pada Juni lalu. 

Tim Misi Kebudayaan Indonesia dari Papua akan membawakan lagu Papua Dalam Cinta ciptaan Pay yang dipopulerkan oleh grup asal Papua, Soa Soa dan juga lagu baru yang diciptakan oleh Stephen Wally berjudul Building a Bridge of Love. Dari Nusa Tenggara Timur, Grup musik kampung Leisplang dari Maumere akan membawakan musik tradisional dengan tarian dan nyanyian dengan salah satu judul Gong Waning tentang gotong royong dan isu lingkungan. Pangung Budaya di Port Vila juga akan dimeriahkan oleh penampilan group tari asal Papua, Kasbi Dance.

Jakarta, 21 Juli 2023

Direktorat Jenderal Kebudayaan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Kelola Limbah Jadi Pokok Aksi Olahrasa di Sempur dan Galur 

0
Kreasi kain perca dari limbah bekas rumah tangga.

Menyambut antusias para warga pada penyelenggaraan sebelumnya, kegiatan Olahrasa kembali diselenggarakan di dua daerah, yakni Kelurahan Sempur, Kota Bogor pada 21 Juli 2023 dan juga Kelurahan Galur, Jakarta Pusat, 22 dan 23 Juli 2023. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Olahrasa yang diselenggarakan sepanjang tahun dan mengambil lokasi di Jabodetabek.

Pelaksanaan Olahrasa merupakan inisiatif warga yang difasilitasi oleh pemerintah daerah/kota dan pusat. Kegiatan ini melibatkan segenap pemangku kepentingan kebudayaan termasuk seluruh Organisasi Perangkat Daerah, Perguruan Tinggi, sekola-sekolah, komunitas, sanggar serta entitas kebudayaan yang ada di daerah masing-masing. Di samping itu, kegiatan ini berupaya mengaktifkan dan memanfaatkan ruang-ruang publik yang ada di daerah dan meningkatkan kapasitas kegiatan-kegiatan yang telah ada.

Olahrasa sebagai suatu upaya memberikan ruang kepada potensi lokal untuk dapat memberikan inovasi dan solusi atas permasalahan yang terjadi di masyarakat dalam rangka menciptakan ketahanan budaya dan menumbuhkembangkan kebanggaan atas kebudayaan bangsa, menitikberatkan pemilihan objeknya berdasarkan kebutuhan para warga yang kemudian diangkat oleh tim konten.

Menapaki isu-isu lingkungan yang berada di Kelurahan Sempur dan Kelurahan Galur, tim konten mengangkat pengelolaan barang bekas sebagai objek pelaksanaan Olahrasa. Hal tersebut didasari dengan melimpahnya limbah-limbah rumah tangga di kedua daerah tersebut.

Mengubah Limbah Menjadi Buket Kekinian di Sempur

Kegiatan Olahrasa Sempur menghadirkan Suci Maghfirah sebagai narasumber “Merangkai Buket Bunga Kekinian.” Dalam kesempatan itu Suci selaku pendiri dan pemilik Chocotalks Bogor menyampaikan bahwa bisnis merangkai buket kekinian tengah berkembang di masyarakat khususnya generasi muda. Oleh karena itu Suci berharap agar para peserta dapat mengikuti kegiatan ini dengan fokus dan sebaik mungkin. 

Suci dan tim perlahan memberikan contoh membuat buket bunga kekinian yang sebagian besar bahannya dibuat dari limbah rumah tangga. Setelahnya Suci dan tim membimbing para peserta, mulai dari menggunting perca, melilit bahan, hingga mengelem bahan dan menjadikannya sebuah buket kekinian yang terdiri dari makanan ringan dan uang kertas alih-alih rangkaian bunga. 

Menaikan Nilai Benda Melalui Kain Perca 

Salah satu limbah eks produksi rumah tangga yang umum dijumpai di Kawasan Galur adalah kain perca. Pada kegiatan Olahrasa di Kelurahan Galur materi yang disampaikan antara lain mengolah kain perca menjadi benda-benda estetis yang bernilai ekonomis, dan juga mendesain ulang pakaian lama menjadi sesuatu yang baru.

Para peserta mempelajari mulai dari menggunting bahan, menjahit, hingga menempel bahan dan hasil akhirnya membentuk aneka aksesoris beraneka ragam. Selain itu di kelas lainnya para peserta mencoba mendaur ulang beraneka pakaian maupun aksesoris lama yang mereka bawa masing-masing. 

Para narasumber dan peserta kemudian berdiskusi sambil mereka-reka kiranya apa yang dapat ditambahkan/dikreasikan pada pakaian dan aksesoris tersebut hingga kembali menambahkan nilainya untuk kemudian digunakan kembali atau bahkan menghasilkan pendapatan bagi para peserta.

Selain dua kegiatan di atas, juga turut diselenggarakan pelatihan kreator media sosial yang menghadirkan Anto Motulz sebagai narasumber. Pada sesi ini para peserta diarahkan untuk membuat konten yang mengangkat potensi daerah Galur, yang kiranya nanti dapat menarik minat orang-orang untuk mengunjungi kawasan tersebut. 

Lokakarya Pengembangan Jenama Kota Berbasis Khazanah Lokal

0

Bali – Upaya pemajuan budaya adalah sebuah investasi yang akan memberikan manfaat tak terhitung di kemudian hari, khususnya bagi sektor ekonomi kreatif. Salah satu wujud investasi budaya yang penting diterapkan adalah penjenamaan (branding) kota/ daerah yang berbasis khazanah budaya lokalnya. Dengan lokalitasnya, penjenamaan tersebut dapat menjadi sebuah kekuatan khususnya pada dimensi sosial-ekonomi.

Dengan semangat tersebut,  Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 mengusung gerakan Kalcer untuk Jemana Berdaya. Gerakan Kalcer untuk Jenama Berdaya ini menjadi upaya untuk memberikan pemahaman bahwa kekayaan khazanah budaya bisa menjadi fondasi ekonomi kreatif serta bisa menjadi dasar dalam merumuskan penjenamaan kota (city branding) dan cipta ruang (place making).

Salah satu kegiatan dalam gerakan tersebut adalah Lokakarya Budaya, Penjenamaan Kota dan Cipta Ruang yang telah dilaksanakan di Bali (19-22/7). Lokakarya yang  diselenggarakan bekerja sama  dengan Indonesia Creative Cities Network (ICCN) sebagai mitra kolaborator ini diikuti oleh berbagai elemen masyarakat mulai dari pemerintah daerah, komunitas, media dan praktisi dari berbagai daerah di Indonesia.

Para peserta mendapat materi dari para praktisi yang berpengalaman seperti Handoko Hendroyono (pengelola M-Block Space sekaligus salah satu kurator PKN 2023), I Gusti Agung Gunarthawa (Pendiri Samsara Living Museum), I Gede Robi Supriyanto (Musisi sekaligus aktivis sosial), Ibe Karyanto (Pendiri Sanggar Anak Akar), Yudhi Setiawan (Penggagas Pasar Papringan Temanggung), serta Febriayan Bagus (Lokanima).

Pada kesempatan ini, para peserta juga mengunjungi berbagai tempat seperti Samsara Living Museum, Perkebunan Salak Desa Sibetan, Museum Pustaka Lontar, 101 Brewery dan Superlative Gallery. Kunjungan ini bertujuan agar mereka melihat, merasakan dan berinteraksi secara langsung dengan pihak-pihak yang terlibat dalam penciptaan dan pengelolaan jenama serta cipta ruang yang dikunjungi.

Pengalaman selama kegiatan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi peserta untuk mengembangkan dan menciptakan jenama-jenama yang semakin berdaya dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat serta menciptakan “identitas dan wajah baru” bagi kota/daerah masing-masing.

Sebelumnya, lokakarya Budaya, Penjenamaan Kota dan Cipta Ruang juga telah diselenggarakan di PosBlock, Jakarta. Kegiatan serupa juga akan diadakan kembali pada tanggal 27 – 29 Juli di Bandung.

Sumber : pkn.id

Festival Budaya Spiritual Gaungkan Kebinekaan Dalam Berbudaya dan Bermasyarakat

0

Solo, Jawa Tengah – Festival Budaya Spiritual yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat gaungkan kesamaan pandangan dalam perwujudan budaya spiritual. Adapun pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan ini ialah hidup berdampingan dengan damai dalam bermasyarakat dan peningkatan pelayanan serta pemenuhan hak-hak sipil khususnya bagi para penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME.

Dalam pembukaan Festival Budaya Spiritual di Balaikota Surakarta, Wakil Gubernur Jawa Timur, Gus Yasin Maimoen mengajak seluruh warga Jawa Tengah untuk menghormati budaya-budaya yang diamanatkan oleh para leluhur dan tidak meninggalkan sejarah.

“Kita sebagai pemuda patut menuakan dan menghormati budaya yang diamanatkan oleh leluhur kita. Sebagai orang Jawa juga tentu harus menjadi orang yang berbudaya, dan tidak lupa menjadi bangsa yang lupa sejarah karena mereka mengajarkan banyak hal,” ujarnya saat memberikan sambutan (17/7/23).

Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat (KMA) sendiri mencatat, saat ini terdapat 177 organisasi penghayat kepercayaan yang terdapat di seluruh Indonesia. Pemenuhan-pemenuhan hak sipil tentunya terus dimaksimalkan sesuai regulasi yang berlaku. Tak hanya itu, Direktorat KMA juga terus melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada para penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME agar terus bersinergi dengan pemerintah pusat.

Dalam kesempatan berbeda, Direktur KMA, Sjamsul Hadi menekankan upaya percepatan layanan pendidikan bagi para penghayat kepercyaan dengan menyiapkan pedoman teknis dan mengawal ketersediaan kurikulum yang sesuai.


“Kami juga bekerja sama dengan Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, serta Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan untuk pembuatan buku teks kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pembinaan guru dan tenaga pendidik kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,” jelas Sjamsul saat Sarasehan Budaya “Pemenuhan Hak Konsitusional Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhuan YME” di Loji Gandung, Surakarta (18/7/23).

Festival Budaya Spiritual mengemas praktik baik tradisi perayaan Bulan Suro dan dimeriahkan ratusan peserta perwakilan penghayat kepercayaan. Diawali dengan Napak Tilas Spiritual, Umbul Donga, Sarasehan Kebudayaan, Kirab Suro, Ruwatan Sukerto dan Pagelaran Wayang Kulit. Kesemuannya dimeriahkan dengan ekspresi budaya, kesenian tradisional dan tradisi tumpeng, serta pameran budaya oleh penghayat dan produk UMKM lokal.

Ambil Momentum Baik Satu Suro.

Festival Budaya Spirtual yang diselenggarakan mulai 17 Juli hingga 19 Juli 2023 dihelat bersamaan dengan Satu Suro atau Satu Muharam. Ratusan peserta penghayat kepercayaan mengikuti Kirab Pusaka yang digelar Keraton Surakarta untuk memperingati Satu Muharam. Peserta mengelilingi Pura Mangkunegaran lengkap mengenakan busana beskap bagi laki-laki dan kebaya hitam bagi perempuan.

Kirab Pusaka dimulai dengan membawa pusaka dalem mengelilingi tembok Pura Mangkunegaran. Peserta upacara kemudian mengelilingi Pura Mangkunegaran dan menaati Laku Tapa Bisu, yakni berjalan sambil bertapa membisu dan tidak diperkenankan berbicara selama mengelilingi pura. Hal ini memiliki filosifi keheningan dan sebagai tanda untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME sekaligus merenungi ucapan dan tindakan yang sudah dilalui.

Upacara tersebut tak hanya diikuti oleh warga Solo, namun juga para abdi dalem dan sejumlah tamu undangan yaitu Gubernur Jawa Tengah, Walikota Solo, Menteri Sekretariat Negara Indonesia, serta perwakilan undangan Kemendikbudristek.

Bulan Suro atau bulan pertama dalam penanggalan Jawa dianggap suci dan dijunjung dalam tradisi Jawa. Bulan ini dianggap sebagai waktu yang tepat untuk melakukan refleksi spiritual, bertukar pikiran, dan memperoleh pemahaman mendalam tentang kehidupan.