Beranda blog Halaman 10

Kolaborasi Pemerintah dan Komunitas untuk Museum yang Lestari dan Bahagia

0

Jakarta (18/10/2023) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan Sosialisasi Permendikbudristek Nomor 24 Tahun 2022 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum. Penyelenggaraan sosialisasi ini menjadi salah satu rangkaian dari peringatan Hari Museum Indonesia Tahun 2023 yang mengambil tema Kolaborasi dan Sinergi: Mewujudkan Museum yang Lestari dan Bahagia.

Kegiatan yang diselenggarakan di Aula Museum Bahari, Jakarta Utara ini dibuka oleh Direktur Pelindungan Kebudayaan, Judi Wahjudin. Pemilihan Museum Bahari sebagai lokasi kegiatan ini bukan tanpa alasan. Museum Bahari merupakan salah satu contoh ruang publik yang inklusif yang dinilai aktif berkolaborasi dengan komunitas dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan permuseuman. Dalam sambutannya, Judi menyampaikan rasa syukurnya mengenai tren positif kolaborasi antara pemerintah dan komunitas maupun pegiat kebudayaan saat ini.

“Kita bersyukur karena semakin hari peran serta komunitas, lembaga kebudayaan, dan pelaku semakin tinggi sehingga posisi pemerintah sebagai fasilitator pelan-pelan bisa melepas secara ajek (teratur). Peran pemerintah baik di daerah maupun di pusat sebagai fasilitator yang dalam hal ini menyiapkan advokasi, regulasi, fasilitasi sesuai dengan komunitasnya, dapat berjalan dengan baik,” ujar Judi.

Pelaksanaan sosialisasi diselenggarakan dengan menggunakan metode luring sekaligus daring melalui platform Zoom Meeting (hybrid) dengan mengundang pengelola museum, komunitas/pegiat museum, serta pemerintah daerah yang dalam hal ini dinas yang membidangi kebudayaan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Ada tiga narasumber yang terlibat dalam kegiatan Sosialisasi ini yaitu Judi Wahjudin selaku Direktur Pelindungan Kebudayaan, Yuni Astuti Ibrahim yang merupakan perwakilan Tim Penyusun Rapermendikbudristek No. 24 Tahun 2022, serta Karina Aulia yang merupakan Puteri Indonesia Kepulauan Riau Favorit 2023 sekaligus Director of Indonesia Young Museum Professional Forum.

Permendikbudristek Nomor 24 Tahun 2022 yang merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum ini disusun untuk mengatur lebih lanjut mengenai pendaftaran museum, standardisasi, evaluasi, sumber daya manusia, pengadaan koleksi, tata cara pencatatan koleksi, penghapusan koleksi, penyimpanan koleksi, pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan museum, hingga kompensasi yang diberikan oleh Menteri.

PENGUMUMAN HASIL SELEKSI VIDEO KARYA FESTIVAL PERTUNJUKAN CERITA PANJI KATEGORI ANAK-ANAK DAN REMAJA 2023

0
Pengumuman Hasil Seleksi Video Karya Festival Pertunjukan Cerita Panji Anak-anak dan Remaja 2023

Jakarta – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan telah melaksanakan Seleksi Video Karya Festival Pertunjukan Cerita Panji Anak-anak dan Remaja 2023 terhadap 10 (sepuluh) grup kategori anak-anak dan 36 (tiga puluh enam) grup kategori remaja.

SELAMAT BAGI PARA PESERTA TERPILIH KE BABAK FINAL!

Bagi para peserta terpilih akan dihubungi lebih lanjut oleh panitia.

Babak Final akan dilaksanakan pada tanggal 10-12 Oktober 2023 di Kota Malang, Jawa Timur.

Terima kasih bagi seluruh peserta yang telah berpartisipasi dalam Festival Pertunjukan Cerita Panji Anak-anak dan Remaja 2023.

Teruslah berkarya untuk memajukan dan mengharumkan budaya Indonesia dan Cerita Panji!

Salam Budaya!

Peringati Hari Batik Nasional, Mendikbduristek Resmikan Museum Batik Indonesia

0
Mendikbudristek meresmikan Museum Batik Indonesia.

Jakarta, 2 Oktober 2023 – Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional (HBN) 2023, hari ini (2/10) Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, meresmikan Museum Batik Indonesia. Bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia (YBI), serangkaian kegiatan edukatif untuk mendukung pelestarian batik nusantara diselenggarakan di Museum Batik Indonesia yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

Perayaan HBN 2023 yang mengusung tema “Batik, Bangkit!” ini turut dihadiri oleh Ibu Negara Republik Indonesia, Iriana Joko Widodo dan Ibu Wakil Presiden, Wury Ma’ruf Amin.

Mendikbudristek dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur atas kekayaan warisan leluhur yang dimiliki bangsa Indonesia. “Warisan leluhur seperti benda-benda bersejarah, pengetahuan, adat istiadat, karya seni, serta tradisi yang terus bertahan dari generasi ke generasi turut membentuk peradaban bangsa serta membawa Indonesia ke panggung internasional berkat pengakuan sebagai warisan dunia.”

Pada 2009, batik ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO. Selain karena keunikan teknik menghias kain dan keindahan motifnya, pengakuan batik sebagai warisan dunia adalah karena di setiap helai kain batik terkandung nilai budaya dan makna filosofis yang berkaitan erat dengan siklus kehidupan manusia Indonesia.

“Oleh karena itu, kita punya tanggung jawab untuk memastikan keberlanjutan tradisi batik dan semua warisan leluhur yang kita miliki,” lanjut Menteri Nadiem.

Dalam sambutannya disampaikan bahwa terobosan Merdeka Berbudaya juga membuka peluang seluas-luasnya bagi seniman, pelaku budaya, organisasi dan lembaga kebudayaan, serta seluruh masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam mengembangkan kekayaan budaya.

“Kemendikbudristek berupaya memastikan agar batik dan seluruh warisan peninggalan leluhur tidak hanya dirawat, tapi juga terus dikembangkan. Dengan demikian, warisan budaya kita dapat terus relevan dengan perkembangan zaman serta mampu menjadi solusi atas berbagai tantangan,” kata Mendikbudristek.

Terdapat 125 pembatik berkumpul di Museum Batik Indonesia hari ini. Kehadiran para pembatik untuk bersama-sama membatik beragam motif yang mewakili 33 daerah di Indonesia. Bahkan di antara mereka ada pula pembatik sekelas maestro yang turut berpartisipasi.

Wakil Ketua Yayasan Batik Indonesia, Diana Santosa menegaskan bahwa Hari Batik Nasional 2023 diadakan dengan melibatkan para pembatik dari seluruh Indonesia yang mewakili daerah masing-masing. Tujuannya untuk mengedukasi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda agar mereka dapat lebih memahami batik secara mendalam.

“Memahami bahwa batik bukanlah sebuah ‘tren’, melainkan sebuah warisan budaya yang harus dijaga. Mengedukasi mereka bahwa batik bukan sekedar kain tradisional yang memiliki beragam motif dan warna, tapi merupakan karya adiluhur yang memiliki makna dan filosofis mendalam pada setiap proses pembuatannya,” jelas Dian.

Menutup sambutannya, Mendikbudristek menyampaikan, “Melalui peristiwa bersejarah yang didukung penuh oleh Ibu Negara ini, yang semoga nantinya berhasil memecahkan rekor MURI, besar harapan saya agar ada semakin banyak generasi muda yang semakin tertarik mempelajari dan mendalami kemampuan membatik. Juga lahir para pegiat batik muda dengan inovasi dan kreasi yang berkontribusi pada perkembangan batik di masa selanjutnya.”

Museum Batik Indonesia Sebagai Pusat Pelestarian

Museum Batik Indonesia memegang peran penting dalam menopang ekosistem dunia batik yang lebih berkelanjutan. “Peresmian Museum Batik Indonesia merupakan titik tolak dalam memperkuat upaya menghadirkan sarana penyebaran pengetahuan mengenai batik di Nusantara serta membukakan akses kepada masyarakat luas untuk mengenal batik dengan lebih mendalam,” jelas Mendikbudristek.

Optimisme tersebut sejalan dengan amanat Presiden Joko Widodo yang menegaskan bahwa upaya untuk memperkenalkan, melestarikan, dan mengembangkan batik harus menjadi perhatian dan tanggung jawab bersama sebagai warga negara Indonesia karena batik merupakan wajah dan budaya yang merepresentasikan kehormatan Bangsa Indonesia.

Dinaungi Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) yang dibentuk pada 1 September 2023 lalu, Museum Batik Indonesia memiliki misi untuk terus meningkatkan profesionalisme pengelolaan museum, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, serta meningkatkan pelestarian batik melalui ruang kolaborasi bersama komunitas dan organisasi lainnya yang memiliki visi yang sama.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid menjelaskan, sejalan dengan tugas dan fungsi BLU MCB untuk mengelola permuseuman secara nasional, museum sebagai pusat pelestarian batik dapat menjadi fasilitas publik serta sarana edukasi dan rekreasi yang optimal. “Kami menyambut baik upaya kolaborasi berbagai pihak dengan museum, seperti yang kami laksanakan bersama YBI hari ini. Tujuannya untuk bersama-sama memberikan warisan pengetahuan kepada generasi penerus,” ujarnya.

Museum Batik Indonesia memiliki fungsi untuk mewadahi berbagai kalangan untuk mengenal, memahami, hingga belajar memproduksi. “Batik merupakan salah satu alat diplomasi budaya yang saat ini telah diakui di dunia internasional. Sehingga salah satu tugas museum adalah untuk menjadikan pengetahuan tentang batik, serta pengembangan dan pemanfaatannya tetap berkelanjutan tidak hanya untuk Indonesia, tapi juga dunia,” pungkas Hilmar.

Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id

Sumbu Kosmologis Yogyakarta dan Penanda Bersejarahnya Ditetapkan sebagai Warisan Dunia

0

Sumbu Kosmologis Yogyakarta dan penanda bersejarahnya ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Penetapan ini diumumkan pada pertemuan Komite Warisan Dunia (World Heritage Committee/WHC) UNESCO ke-45, pada 18 September 2023 di Riyadh, Saudi Arabia. 

Sumbu Kosmologis Yogyakarta merupakan sumbu imajiner yang terbentang sepanjang 6 KM dari utara ke selatan. Sumbu filosofis ini meliputi kompleks Keraton, sejumlah bangunan bersejarah, dan monumen yang menjadi simbol pertukaran antara sistem kepercayaan dan nilai.

Atribut yang masuk dalam Penanda Bersejarah tersebut antara lain: Panggung Krapyak, Sumbu Kosmologis Selatan (Jalan Gebayanan), Dinding, Gerbang, dan Kubu Pertahanan (Plengkung Nirbaya, Plengkung Jagabaya, Plengkung Jagasura, Plengkung Tarunasura, Pojok Beteng Kulon, Pojok beteng Lor, dan Pojok Beteng Wetan), Kompleks Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Alun-alun (Selatan dan Utara), Kompleks Tamansari, Kompleks Masjid Gede, Sumbu Kosmologis Utara (Jalan Pangurakan, Jalan Margomulyo, Jalan Malioboro, dan Jalan Margoutomo), Pasar Beringharjo, Kompleks Kepatihan, dan Monumen Tugu Yogyakarta.

Penetapan Sumbu Kosmologis Yogyakarta berdasarkan pada pemenuhan kriteria-kriteria UNESCO, terutama kriteria II yang menunjukkan adanya pertukaran nilai dan gagasan penting antara berbagai sistem kepercayaan seperti animisme, Hindu, Buddha, Islam Sufi, dan pengaruh dari Barat. Di samping itu, juga dianggap memenuhi kriteria III di mana Sumbu Filosofi Yogyakarta memberikan kesaksian yang luar biasa terhadap peradaban Jawa dan tradisi budaya yang hidup setelah abad ke-18.

Pengusulan Sumbu Kosmologis Yogyakarta dan Penanda Bersejarahnya sudah dimulai sejak 2014. Pemprov DIY bersama Direktorat Jenderal Kebudayaan dan para pemangku kepentingan lainnya meneliti, membahas, dan menetapkan nilai penting universal dari Sumbu Kosmologis Yogyakarta, dan penanda bersejarahnya. 

Sumbu Kosmologis Yogyakarta dan Penanda Bersejarahnya menjadi warisan dunia UNESCO ke-6 di Indonesia pada kategori budaya. Sebelumnya, UNESCO telah menetapkan 5 warisan budaya Indonesia, yaitu Kompleks Candi Borobudur (1991), Kompleks Candi Prambanan (1991), Situs Prasejarah Sangiran (1996), Sistem Subak sebagai Manifestasi Filosofi Tri Hita Karana (2012), dan Tambang Batubara Ombilin, Sawahlunto (2019). 

Situasi Terkendali di Museum Nasional Indonesia: Fokus Pengamanan Benda Sejarah, Tidak Ada Korban Jiwa

0
Mendikbudristek, Nadiem Makarim dan Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid, saat meninjau bencana kebakaran yang menimpa Museum Nasional Indonesia.

Siaran Pers
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Nomor: 470sipers/A6/IX/2023

Jakarta, 17 September 2023 – Situasi di Museum Nasional Indonesia (MNI) telah terkendali berkat respons cepat antara tim pemadam kebakaran, kepolisian, dan MNI. Api berhasil dipadamkan pada pukul 22:40.

“Ada 6 ruangan di Gedung A yang terdampak, sedangkan 15 ruangan lainnya di gedung A serta ruangan pamer gedung B dan C sama sekali tidak terdampak. Api tidak menyebar. Sebagian koleksi yang terdampak adalah replika, seperti di bagian prasejarah. Sisanya dipastikan dalam keadaan aman. Kami secara intensif terus melakukan pengukuran dampak dan rencana tindak lanjut,” jelas Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) Ahmad Mahendra.

Koleksi hasil repatriasi dari Belanda dipastikan tidak terdampak karena disimpan di lokasi yang jauh dari pusat kebakaran.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim telah memberikan pernyataan pers dari lokasi kebakaran bahwa tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini dan prioritas utama BLU MCB saat ini adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki ruangan museum yang terdampak serta memastikan keamanan benda sejarah.

“Kami akan berupaya keras untuk memastikan bahwa museum kembali dalam kondisi terbaik secepat mungkin,” jelas Mahendra.

Sebagai langkah pencegahan tambahan, MNI akan sementara ditutup sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.

Informasi lebih lanjut mengenai tiket yang telah dibeli masyarakat, Mahendra menjelaskan bahwa ini situasi force majeur (keadaan kahar). “Karena keadaan kahar ini, tiket yang telah dibeli akan dikembalikan. Informasi lebih lanjut mengenai proses pengembalian dana akan disampaikan segera setelah kami memiliki panduan yang lebih jelas,” terang Mahendra.

“Kami mohon pengertian dari masyarakat atas langkah yang kami ambil. Tujuannya adalah untuk memastikan keselamatan dan keamanan pengunjung,” kata Mahendra

Sesuai instruksi Mendikbudristek malam hari Sabtu (17/9), BLU MCB telah membentuk tim khusus yang bertanggung jawab merawat dan mengamankan benda-benda sejarah dan budaya yang terdampak kebakaran.

“Investigasi terus dilakukan untuk menentukan penyebab pasti kebakaran ini. Kami berkomitmen untuk terus berbagi temuan investigasi dengan publik seiring perkembangannya,” tutup Mahendra.

Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Mendikbudristek Tinjau Kebakaran Museum Nasional

0
Mendikbudristek menerima pertanyaan dari sejumlah wartawan terkait kebakaran di Museum Nasional

Sabtu, 16 September 2023 — Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim gerak cepat meninjau kebakaran yang melanda bangunan Gedung A Museum Nasional Indonesia, pada Sabtu (16/9) malam. 

Museum Nasional Indonesia terbagi menjadi tiga bangunan utama, yakni gedung A, Gedung B dan Gedung C. Kebakaran saat ini diketahui terjadi di bagian belakang Gedung A dan sampai dengan pukul 22.40 api sudah padam. 

“Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa. Saat ini, prioritas utama kami adalah upaya perlindungan maksimal terhadap artefak berharga dan benda-benda sejarah yang ada di dalam museum,” jelas Mendikbudristek.

Tim investigasi internal juga dikerahkan Mendikbudristek untuk menentukan penyebab pasti kebakaran serta agar segera melakukan pendataan terhadap koleksi baik yang terdampak maupun yang sudah diamankan. 

Dirinya mengatakan, “Kemendikbudristek akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk memastikan bahwa penyelidikan berjalan dengan transparan.”

Informasi pembaruan secara berkala kepada media dan masyarakat akan disampaikan seiring dengan perkembangan situasi. 

“Kami memohon doa dan dukungan dari semua pihak agar peristiwa ini dapat segera berangsur membaik,” tutup Menteri Nadiem.

Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat

Sekretariat Jenderal

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Menghidupkan Kembali Pangan Lokal Melalui Jalan Kebudayaan

0

Rangkaian Panjang proses kegiatan sekolah lapang kearifan lokal yang diselenggarakan di Kabupaten Lembata oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan akhirnya telah sampai pada tahap akhir.

Tahapan mulai dari ditemu kenalinya 199 objek pemajuan kebuadayaan, Kurasi, hingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data budaya yang mereka temukenali selama ini selalu berkaitan erat dengan pangan tradisional masyarakat adat. Melalui Kegiatan Gelekat (Gelar kebudayaan Pangan Lokal Masyarakat Adat) Lembata, para pandu budaya menyuarakan keresahan mereka mengenai eksistensi pangan lokal di Lembata.

Festival Gelekat ini berlangsung mulai dari tanggal 29 s.d. 31 Agustus 2023 di taman Swaolsa Titen, Lewoleba, dengan tema : “Makan Apa yang Kita Tanam, Tanam Apa yang Kita Makan”. Kegiatan ini menampilkan pameran pangan lokal dari 12 kampung adat di Lembata, pemutaran film dokumenter, Lomba tutur cerita rakyat, serta dimeriahkan pula dengan tarian, teater, dan monolog dari 12 sanggar seni. Gelekat dalam Bahasa lokal berarti “melayani”, dalam kegiatan ini dihadirkan ibu-ibu dari setiap Masyarakat adat untuk menyajikan kreasi aneka pangan lokal, dan selama kegiatan pangan lokal tersebut disantap bersama.

Sjamsul Hadi S.H.,M.M. selaku Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyrakat Adat, dalam sambutanya menyampaikan bahwa Generasi muda lembata ini merupakan generasi produktif, mereka berhasil mengidentifikasi tiap-tiap pangan lokal yang ada. Mereka bekerja dengan sepenuh hati, meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan para empu. Mohon untuk selanjutnya ruang-ruang ekspresi melalui generasi muda tidak hanya di ekspresi berkesenian saja, penguatan nilai-nilai kearifan lokal,10 objek pemajuan kebudayaan sesuai dengan amanat undang-undang pemajuan kebudayaan juga perlu diperhatikan, sehingga nantinya identitas Lembata melalui pangan lokal menjadi kebupaten yang memiliki kedaulatan pangan yang sangat kuat.

Saat ini akibat pengaruh globalisasi dengan bergesernya pola konsumsi Masyarakat dari pangan lokal ke beras mengakibatkan beberapa pangan lokal hampir punah, tanaman-tanaman tertentu akhirnya hanya di budidayakan oleh keluarga-keluarga tertentu saja dengan alasan tradisi budaya. Kebanyakan generasi muda sekarang tidak mengetahui jenis-jenis dari pangan lokal yang ada.

Pj Bupati Kabupaten Lembata menyampaikan pesan di akhir sambutanya dalam pembukaan gelekat yang sedang berlangsung. Beliau berharap kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini dapat menjadi momentum untuk menghidupkan kembali kecintaan pada pangan lokal dengan cara membudidayakan kembali tanaman lokal sekaligus sebagai ajang promosi penggunaan pangan lokal baik untuk kebutuhan konsumsi maupun usaha ekonomi produktif yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan bagi keluarga maupun kelompok-kelompok usaha lainya.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini kedepanya diharapkan dapat terus berlanjut, dan bisa mendapat respon positif dari pemerintah daerah Lembata. “Kegiatan ini merupakan kegiatan dalam bentuk panen kebudayaan yaitu gelar kebudayaan pangan lokal Masyarakat adat. Masyarakat adat saya kira kedepannya perlu mendapatkan perhatian, karena ragam identitas Masyarakat adat lemaholot dan kedang ini bisa mendorong kepariwisataan di pulau lembata,” ungkap Sjamsul Hadi pada saat ingin menutup Festival Gelekat di hari pertama. “Kami berharap para pandu budaya yang sudah terbentuk di Kabupaten Lembata dapat menjadi motor penggerak budaya dan berpartisipasi aktif dalam setiap gerakan-gerakan pamajuan kebudayaan yang ada di Kabupaten Lembata ini.” tambahnya.

Peresmian Sekolah Adat Marapu Desa Kamanggih, Sumba Timur, NTT

0

Dalam rangka percepatan layanan pendidikan bagi masyarakat adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi cq. Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat (Dit. KMA) bekerjasama dengan Sumba Integrated Development (SID), Yayasan Marungga didukung oleh Voice Global lewat Program Lii Marapu dan Badan Pengurus Marapu (BPM) Kec. Kahaungu Eti menyelenggarakan Peresmian Sekolah Adat Marapu Desa Kamanggih, Kec. Kahaungu Eti, Kab. Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 6 September 2023.

Pendirian Sekolah Adat Marapu Desa Kamanggih dan 4 (empat) sekolah adat lain di wilayah Kab. Sumba Timur merupakan inisiasi dari SID, Yayasan Marungga dengan BPM Kab. Sumba Timur, BPM Kec. Kahaungu Eti dan BPM Desa Kamanggih pada bulan Februari 2023. Pendirian sekolah adat Marapu dilakukan dalam rangka melestarikan adat budaya Marapu serta sebagai salah satu bentuk tanggungjawab masyarakat Marapu terhadap leluhur untuk mentransfer pengetahuan adat dan budaya Sumba khususnya Marapu bagi generasi muda.

Dalam sambutan pembukaan, Sjamsul Hadi, SH, MM selaku Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat menyampaikan bahwa keberadaan sekolah adat merupakan masa depan untuk keberlanjutan pelestarian 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) bagi masyarakat Marapu di Kab. Sumba Timur, sesuai amanat Undang Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dit. KMA bersama Dr. Herry Yogaswara selaku Kepala Organisasi Riset, Arkeologi, Bahasa, dan Sastra dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga sedang mengawal penyusunan SKKNI Fasilitator Pendidikan Masyarakat Adat yang diharapkan dalam tahun ini segera di tetapkan. “Kami mengucapkan terima kasih kepada semua mitra Dit. KMA di Kab. Sumba Timur yang telah memberikan perhatian dan dukungan dalam pembangunan sekolah adat serta menyiapkan tenaga fasilitator pendidikan adat, sebagai wujud praktek baik kerja gotong royong dalam memberikan layanan pendidikan adat. Semoga kehadiran sekolah adat Marapu bisa menjadi percontohan di wilayah Pulau Sumba dan wilayah lainnya di Nusa Tenggara Timur”.

Hal ini selaras dengan pesan yang di sampaikan oleh Ida Bagus Putu Punia selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Sumba Timur yang dalam kesempatan ini mewakili Bupati Sumba Timur. Keberadaan sekolah adat adalah dasar untuk membentuk landasan kembali masyarakat Marapu. Pemerintah Daerah Kab. Sumba Timur sangat mendukung program Kemendikbudristek khususnya percepatan pemajuan kebudayaan, terutama pelestarian 10 OPK masyarakat adat Marapu di Kab. Sumba Timur.

Dalam peresmian tersebut, lima sekolah adat menampilkan hasil pembelajaran sekolah adat berupa tari Haramba, tenun ikat dan tenun songket, anyaman Kalumbut, musik tradisional Sumba Jungga Humba dan Gunggi (Sekolah Adat Marapu Desa Kamanggih), tari Kandingang (Sekolah Adat Marapu Desa Hambapraing), Luluk, workshop tenun ikat (Sekolah Adat Marapu Desa Pambotanjara), workshop dan pameran selendang hasil tenun songket (Sekolah Adat Marapu Desa Watupuda), tarian Patalamba/pukul tambur (Sekolah Adat Marapu Desa Tamburi).

Prosesi peresmian berupa pembukaan layar papan nama Sekolah Adat Marapu Desa Kamanggih oleh Direktur KMA didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Sumba Timur, diiringi oleh Tarian Kandingang dari Sekolah Adat Marapu Desa Kamanggih. Bangunan sekolah adat tersebut merupakan hasil swadaya masyarakat bersama mitra Dit KMA yang nantinya akan menjadi ruang belajar kearifan lokal Marapu bagi peserta didik di desa tersebut.

Sebagai bagian dari rangkaian acara peresmian, diserahkan bantuan sarana dan prasarana pembelajaran dari Sekretariat Jenderal cq. Biro Keuangan dan Barang Milik Negara Kemendikbudristek bagi Sekolah Adat Marapu Desa Kamanggih. Penyerahan dilakukan oleh Direktur KMA kepada pengelola Sekolah Adat Marapu Desa Kamanggih, kemudian dilanjutkan dialog bersama fasilitator (pendidik) dan siswa dari lima sekolah adat dalam rangka mengetahui tantangan, peluang dan harapan mengenai keberlanjutan penyelenggaraan sekolah adat di wilayah Kab. Sumba Timur.

Kegiatan diakhiri dengan prosesi pernikahan adat Marapu dan sosialisasi percepatan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Sumba Timur bagi 42 pasang suami istri penghayat Marapu, bertempat di Kampung Aibahi Desa Kamanggih Kec. Kahaungu Eti, Kab. Sumba Timur.

Siap Jadi Sukarelawan Pekan Kebudayaan Nasional 2023!

0

Pekan Kebudayaan Nasional merupakan platform aksi bersama yang menyediakan ruang bagi keberagaman ekspresi budaya dan mendorong interasi guna memperkuat kebudayaan yang inklusif. Oleh karena itulah, Pekan Kebudayaan Nasional membutuhkan partisipasi publik termasuk generasi muda untuk ambil bagian menjadi sukarelawan dan memajukan kebudayaan secara gotong royong.

Syarat dan Ketentuan:
1. Warga Negara Indonesia berusia 20 – 28 tahun

2. Memiliki pengalaman di bidang event atau organisasi

3. Komunikatif, teliti, informatif, dan cekatan

4. Mampu bekerjasama dengan tim

5. Mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris

6. Berkomitmen untuk meluangkan waktu selama kegiatan berlangsung

    Kriteria khusus:

    1. Memiliki kepekaan dan pengalaman dalam mendampingi penyandang disabilitas
    2. Memiliki pengetahuan tentang seni dan sejarah seni
    3. Memahami permainan papan
    4. Bisa menghidupkan suasana
    5. Percaya diri saat berbicara depan kamera
    6. Berdomisili di Jabodetabek

    Kirimkan Daftar Riwayat Hidup, Foto KTP, pas foto yang menunjukan identitas budayamu (bukan swafoto), serta sertifikat kepanitiaan (jika ada) ke alamat surel (email) sekretariat.pkn@kemdikbud.go.id dengan subjek “Siap PKN 2023”. Pendaftaran dibuka sampai 20 September 2023.

    Menggali Data Budaya Kampung Adat Dukuh

    0

    Dua puluh tujuh pandu budaya yang telah dibekali dengan teknik-teknik penggalian data budaya, memaparkan hasil temuannya pada Senin 22/08/2023, di Rumah Budaya CKLT, Cijambe, Cikelet, Garut, Jawa Barat. Mereka merupakan pandu budaya yang terlibat dalam program Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL) di Kampung Dukuh yang diinisiasi oleh Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

    Selama satu bulan pandu budaya melakukan tahapan temu kenali, yaitu penggalian data Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang terdiri dari: tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus. Para pandu budaya melakukan penggalian data kepada para empu budaya (tetua) yang memiliki wawasan tentang OPK di komunitasnya. Temu kenali merupakan tahapan kedua dalam program SLKL, setelah sebelumnya dilakukan pembekalan.

    Tahapan selanjutnya setelah temu kenali adalah kurasi data, yaitu pemaparan hasil temuan data budaya. Sjamsul Hadi, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat dalam arahannya menyatakan bahwa saat ini tantangan terbesar dalam upaya pelestarian kebudayaan adalah perkembangan teknologi.

    “Teknologi sudah sepatutnya tidak lagi dianggap penghambat, justru bisa dimanfaatkan untuk mendukung upaya pelestarian kebudayaan,”ujar Sjamsul. “Sekolah Lapang Kearifan Lokal hadir untuk menjembatani upaya pelestarian budaya dengan kemajuan teknologi. Data budaya yang terkumpul akan dikompilasi dalam sebuah database budaya sehingga dapat dimanfaatkan untuk mendukung percepatan Pemajuan Kebudayaan,” sambungnya.

    Salah seorang pandu budaya, Samsul Muarif, yang mendapatkan tema permainan rakyat memaparkan tentang permainan ngadu keuyeup, yaitu mengadu hewan sejenis kepiting yang hidup di aliran sungai air tawar. Samsul mengaku dengan adanya program SLKL, membuat dirinya lebih mengenali nilai dan filosofi dari permainan yang sering dimainkannya selepas mengaji itu. Dua sungai kecil yang mengalir di sebelah timur dan barat Kampung Dukuh menjadi tempat anak seumurannya mencari keuyeup untuk diadu. Dahulu dirinya sekedar bermain saja tidak tahu tentang makna dari permainan itu. Narasi tentang permainan menjadi penting dalam pengumpulan data budaya, sehingga data menjadi lengkap dan dapat menjadi rujukan untuk tahapan selanjutnya, yaitu pengembangan dan pemanfaatan.

    SLKL merupakan program yang dirancang untuk berkontribusi dalam langkah-langkah Pemajuan Kebudayaan, khususnya untuk mendukung langkah pelindungan. Iip Sarip Hidayana, Pengelola Rumah Budaya CKLT sekaligus pemerhati budaya di Kampung Dukuh mengatakan bahwa saat ini masih ada gap antara generasi tua dan generasi muda sehingga wawasan tentang budaya berpeluang tidak terwariskan dengan baik kepada generasi selanjutnya.

    “Hari ini generasi muda dapat menyampaikan hasil temuannya di hadapan para empu budaya. SLKL memberikan ruang diskusi antargenerasi untuk menyampaikan wawasan dan gagasan dalam satu belanga yang sama,” papar Iip.

    Ia berharap, data budaya tidak sekedar menjadi arsip saja tetapi dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk memberikan manfaat kepada para pemilik kebudayaan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

    Kontributor: Bimo Haryo Yudhanto