Perubahan iklim secara global mempengaruhi krisis pangan di seluruh dunia serta melemahkan pangan lokal di Indonesia khususnya pangan Flores Timur. Keberadaan isu-isu tersebut membuat para pemuda di Kabupaten Flores Timur melakukan suatu Gerakan yang dapat membangun sebuah tradisi dan model yang tepat terkait pemanfaatan pangan hingga memastikan ketersediaan pangan dan benih yang cukup bagi masyarakat di Flores Timur.
Melalui kegiatan sekolah lapang kearifan lokal yang diselenggarakan di Kabupaten Flores Timur oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan para pandu budaya mengenalkan kembali pangan lokal serta berbagai macam kebudayaan yang berada di Kabupaten Flores Timur. Hasil dari rangkaian panjang kegiatan sekolah lapang kearifan lokal ini adalah terlaksananya Festival Genang Era.
Festival yang beralangsung mulai dari tanggal 15 s.d. 17 November 2023 di Leworook, Desa Leraboleng, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur ini menegaskan semangat para pemuda untuk menggali, mengangkat, dan memperkenalkan kembali keragaman pangan lokalnya.
Berbagai budaya serta tradisi seperti ritual adat, pameran, workshop pengolahan pangan lokal, perlombaan, napak tilas, permainan rakyat, hingga berbagai pentas seni menjadi suguhan bagi masyarakat ataupun tamu undangan yang hadir dalam festival tersebut.
Di puncak acara, para Pandu Budaya menggelar dialog budaya antar masyarakat adat, pemangku kepentingan, dan pemerintah yang terlibat dengan mengangkat isu-isu terkait Ritus dan Pangan di Kabupaten Flores Timur. Jhoe selaku ketua dari pandu budaya Kabupaten Flores Timur berharap kedepanya seluruh kampung adat yang ada di Kabupaten Flores Timur menjadi kampung yang berdaulat atas pangan. Jhoe juga berkata bahwa Festival ini merupakan langkah awal dalam memperkuat kebudayaan desa dan pengetahuan masyarakat tentang ragam pangan lokal di Kabupaten Flores Timur.
Pelaksanaan Festival Genang Era adalah momentum awal dalam usaha menginternalisasikan kembali nilai, pengetahuan, dan praktik budaya berpangan lokal dalam kehidupan sehari-hari. Mengubah pola konsumsi masyarakat serta mendorong arah pembangunan yang berorientasi pada pelestarian dan pemanfaataan budaya pangan. Selain itu, festival ini bertujuan menyelamatkan pengetahuan tentang pangan lokal serta mendorong usaha kuliner berbahan pangan lokal di Kabupaten Flores Timur.
“Ini merupakan Festival pertama di leworook, dan juga pertama kalinya terselenggara di desa Leraboleng. Karna ini merupakan festival pertama maka kami titipkan kepada staff Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk festival ini bisa dilaksanakan secara rutin setiap tahunya, ” ungkap Kepala Desa Leraboleng pada saat pembukaan Festival Genang Era.
“Genang Era” dalam bahasa Lamaholot adalah “mewariskan benih”. Sebagai kata kerja, festival ini menegaskan semangat para pemuda untuk menggali, mengangkat, dan memperkenalkan kembali keragaman pangan lokalnya. Benih pangan lokal telah teruji melewati tantangan alam. Karena itu hal seperti ini mesti dijaga dan terus diwariskan.
“Diluar sana sedang hangat membicarakan tentang krisis pangan, tapi kami tidak melihat itu disini. Hal seperti ini yang harus kita jaga dan lestarikan. Karena jika pangan ini habis, budaya kita habis, identitas kita habis, masyarakat adat sudah tidak ada lagi, dan itu akan menjadikan kita sama dengan yang lain.” Ungkap Ratna Yunnarsih selaku Pamong Budaya Alhi Muda dalam sambutanya. Beliau juga berpesan untuk kedepanya kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan terus dilestariakan sampai kapanpun dengan ada atau tidaknya pemerintah pusat.
Festival ini dalam pembangunan kebudayaan merupakan sebuah tradisi yang perlu diwariskan dan juga dimaknai secara mendalam. Leluhur dan masyarakat sejatinya melalui festival ini telah membangun sebuah tradisi dan model yang tepat terkait pemanfaatan pangan hingga memastikan ketersediaan pangan dan benih yang cukup bagi masyarakat di flores timur.
“Gerakan ini selain untuk menyikapi tingginya harga beras yang masih sangat tinggi saat ini, juga menjadi kesempatan kita untuk mengoptimalkan potensi pangan lokal yang ada disekitar kita, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani kita sendiri,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Flores Timur selaku perwakilan dari Pj Bupati Kabupaten Flores Timur dalam sambutanya. “Saya berharap kita semua dapat mengambil peran yang adil dalam pelaksanaan dan keberhasilan Gerakan ini dan kedepanya kegiatan ini dapat terus berlanjut untuk terus menemu, mengenali, melindungi, memanfaatkan, dan mengembangkan OPK khususnya di kabupaten flores timur, ” lanjutnya.
Festival yang berlangsung selama tiga hari ini melibatkan hampir semua masyarakat di Leworook. Kegiatan ini sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Flores Timur, dimana pemeritah disini menerapkan program “nonasarisetia” yang artinya no nasi satu hari, kita sehat, Bahagia, dan aman.