Rangkaian proses kegiatan sekolah lapang kearifan lokal (SLKL) yang diselenggarakan di Kampung Adat Dukuh, Desa Ciroyam, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan telah sampai pada tahap akhir. SLKL merupakan upaya percepatan pemajuan kebudayaan, dengan melibatkan masyarakat adat terutama pemuda untuk menggali Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang dimiliki berupa tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus. Program ini menjadi wadah bagi generasi muda adat untuk menimba ilmu langsung kepada maestro atau empu budaya, yaitu para sesepuh adat sehingga menghasilkan pandu-pandu budaya yang siap untuk menjadi garda depan pelestari kebudayaan.
Setelah melalui tahap temu kenali dan kurasi, tiba saatnya untuk panen budaya melalui kegiatan Ekspresi Kebudayaan Masyarakat Adat (EKMA) yang oleh Pandu Budaya Dukuh dikemas dengan tajuk “Lawung Budaya Masyarakat Adat,” yaitu jambore atau pertemuan antar masyarakat adat. Kampung Adat Dukuh mengundang kampung adat di daerah Jawa Barat, khususnya bagian selatan, yaitu Kampung Adat Naga, Kasepuhan Ciptamulya, Kasepuhan Gelar Alam, Kasepuhan Sinarresmi, dan Kampung Adat Kuta.
Lawung Budaya Masyarakat Adat berlangsung pada tanggal 8 hingga 10 November 2023 di Rumah Budaya CKLT, Cijambe, Cikelet, Garut, Jawa Barat. Kegiatan ini melibatkan sekitar 500 peserta yang terdiri dari dari masyarakat dari enam kampung adat dan masyarakat sekitar Cikelet. Dalam kesempatan ini dipertontonkan kolaborasi budaya dalam bentuk helaran, pameran budaya, atraksi seni, guar budaya, dan ritual.
Diawali dengan helaran (karnaval) pada kamis pagi oleh enam masyakat adat mengenakan atribut pakaian tradisional sambil membawakan kesenian tradisional masing-masing. Barisan terdepan dipimpin oleh kontingen dari Kasepuhan Gelar Alam dengan Kesenian Rengkong, disusul tuan rumah Kampung Adat Dukuh membawakan Tarebang Sejak. Di barisan ketiga para pesilat cilik dari sanggar Aji Sabda Pangrungu Garut Selatan, selanjutnya Kasepuhan Sinarresmi, Kasepuhan Ciptamulya, Kampung Adat Kuta dengan Kesenian Angklung dan Dogdog Lonjor, Kampung Adat Naga juga membawakan Tarebang Sejak dengan ciri khasnya tersendiri. Barisan masyarakat adat diakhiri oleh arakan gunungan aren, helaran dimeriahkan oleh anak-anak sekolah mengenakan pakaian tradisional.
Setelah semua rombongan tiba di Rumah Budaya CKLT, para tamu disuguhi Kesenian Rampak Kendang yang dibawakan oleh Darmasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, mereka adalah siswa dari negara asing yang belajar kebudayaan Indonesia di ISBI Bandung. Dilanjutkan dengan Ritual Moros, pemberian hasil bumi kepada para pejabat sebagai ungkapan rasa syukur. Dilaksanakan pula prosesi Ritual Mitembeyan, yaitu peresmian rumah adat Kampung Dukuh, diikuti dengan penanaman bibit pohon.
Lawung Budaya Masyarakat adat diwarnai berbagai atraksi seni khas Sunda, diantaranya Lais, pertunjukan akrobat diatas seutas tali yang membentang diantara dua bambu setinggi 10 meter. Juga Debus, aksi para jawara yang memiliki ketahanan tubuh ekstrim dan kebal terhadap senjata tajam. Grebeg Aren, merebutkan gula aren yang telah diarak pada helaran, Aren merupakan simbol penting bagi kampung adat dan memiliki makna kultural. Selain itu, enam masyarakat adat juga menampilkan kesenian masing-masing. Area Lawung Budaya Masyarakat Adat dimeriahkan dengan stan-stan pameran masyarakat adat, juga pemutaran film dokumenter tentang kebudayaan.
Pada puncak acara, para pandu budaya menggelar Guar Budaya, yaitu diskusi antar masyarakat adat, pemangku kepentingan, dan pemerintah yang terlibat dengan mengangkat isu-isu terkait pengakuan masyarakat hukum adat, dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Adat. Fadil, selaku ketua dari pandu budaya Kampung Adat Dukuh berharap kedepannya kegiatan seperti ini dapat menjadi agenda tahunan khususnya untuk masyarakat adat di Jawa Barat.
Direktur Jenderal Kebudayaan, yang diwakili Dr. Julianus Limbeng, dalam sambutannya menyampaikan bahwa dengan adanya kegiatan seperti ini dapat dijadikan sebagai ajang untuk memberikan ide-ide dan pandangan kerja kebudayaan kedepan yang bisa di lakukan, sehingga partisipasi dan kontribusi dalam mewujudkan pemajuan kebudayaan dapat dilakukan secara nyata.
“Melalui terselenggaranya acara Lawung Budaya ini, keunikan dan kekayaan atraksi masyarakat adat Jawa Barat memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata budaya,” ungkap Agus Ismail selaku perwakilan dari Bupati Garut dalam sambutannya.
“Semoga kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah kabupaten dan provinsi jawa barat, serta pemerintah desa, sebagai sinergi untuk mewujudkan masyarakat adat yang sejahtera dan bermartabat dapat tercapai,” lanjutnya.
“Lawung Budaya ini digelar sebagai suatu bentuk hajatnya para empu adat, ini adalah sebuah bentuk pengakuan terhadap keberadaan masyarakat adat dalam sistem pemerintah kita. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini diharapkan dapat terus berlanjut dan dapat memperkuat solidaritas serta jejaring antar kelompok adat,” ungkap Ir. H. Pupun Saefudin, selaku perwakilan dari DPMD Provinsi Jawa Barat dalam Pembukaan acara Lawung Budaya.
“Kami berharap ini akan menjadi event tetap, yang akan dimasukan kedalam kalender event nasional. Kami juga berharap kampung adat tidak memelihara secara internal, tetapi mampu memberikan pengembangan kepada sektor-sektor yang lainya.” pungkasnya.
Rangkaian kegiatan Lawung Budaya Masyarakat Adat diharapkan mampu memberikan wawasan, menambah pengalaman, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebudayaan, membantu pemerintah dalam mempromosikan budaya nasional, serta mendukung upaya perlindungan terhadap warisan budaya masyarakat adat, dan pengembangan pariwisata di daerah.