Mengasah Karakter dari Seni Teater

0
484

Kepulauan Seribu – Kepribadian yang memiliki karakter kuat dibutuhkan di era sekarang ini. Termasuk para guru yang sangat berperan dalam penguatan pendidikan karakter murid, dan dirinya sendiri, untuk memperkuat proses belajar-mengajar di kelas. Apalagi guru kerap dipandang sebagai panutan murid-muridnya.  

Senin pagi (7/8/23) yang berlokasi di Ruang Hijau Literasi, Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, sudah berkumpul sebelas guru yang berasal dari empat sekolah di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang. Mereka diajak berkenalan dengan dunia seni teater, sekaligus menggali kejadian-kejadian unik dengan para murid saat di sekolah.

Beberapa guru kemudian menarik memori saat bersama murid dan langkah menghadapinya. Misalnya ketika harus menghadapi anak-anak yang datang terlambat ataupun tertidur saat jam pelajaran. Suatu ketika, salah satu guru bercerita, ada murid yang tidur di kelas dan hanya meninggalkan catatan di selembar kertas “Jangan diganggu bos sedang tidur”, tulis murid.

“Saya minta anak-anak untuk keluar kelas diam-diam. Benar saja, beberapa jam ketika ia bangun ruangan sudah kosong. Besoknya dengan muka merah padam ia datang ke saya. Saya hanya berpesan ke murid tersebut jika membuat catatan jangan lupa untuk tambahkan kalimat ‘Mohon bangunkan ketika pelajaran sudah selesai’. Ini seperti pertunjukan teater bagi saya,” kelakar salah satu guru.

Bersama tiga narasumber seni teater, yakni Sari Suci Widyaningsih, Bayu Winanda, dan RA Yopi Hendrawanuto, para guru ini dibekali materi tentang keaktoran dan managemen pertunjukan. Kegiatan ini merupakan bagian dari program ruang aktivasi Olahrasa yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan. Adapun pembekalan ini diselenggarakan selama lima hari, mulai 7 Agustus hingga 11 Agustus 2023.

Pembekalan dilakukan sebanyak tiga sesi dalam satu hari. Sesi pertama ialah materi manajemen pertujukan yang diajarkan oleh Sari dengan peserta para guru. Sesi kedua dan ketiga yakni materi keaktoran bersama peserta dari siswa-siswi SMA 69 Jakarta Kepulauan Seribu dengan Bayu dan Yopi sebagai mentornya.

Irawita, tim konten Olahrasa mengatakan, seni teater memiliki manfaat dan peran yang penting dalam proses belajar mengajar. Melalui teater, seseorang, bahkan guru-guru, dapat membuka wawasan dan menerima perubahan-perubahan yang ada di sekeliling dirinya. Inilah yang dapat membuat kepercayaan diri terbangun.

“Mereka bisa lebih percaya diri dan tidak lagi takut ataupun malu untuk menyatakan pendapat dan bertanya. Alangkah baiknya ini bisa diterapkan dari level sekolah yang terendah, yaitu PAUD/Tk. Ini adalah cara membangun karakter seseorang lewat seni peran,” ujarnya di Kepulauan Seribu, Selasa (8/8/23).

Pendekatan Kebudayaan

Pengenalan seni teater ke lingkungan sekolah dilakukan melalui pendekatan kebudayaan. Pendekatan ini menjadi salah satu metode yang cocok sebagai salah satu alternatif mengatasi persoalan sosial dengan cara yang cukup halus dan mudah diterima oleh masyarakat. Cara inilah yang dipilih dalam menghadirkan bidang seni teater di Pulau Pramuka yang diikuti oleh para guru dan siswa.

Mahariah, tim penggerak Pulau Pramuka yang menjadi penyambung lidah dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan, melihat adanya kebutuhan seni teater di sekolah-sekolah. Karena itulah, dirinya kemudian meminta sekolah untuk mengutus guru yang dirasa terbuka terhadap perubahan dan mudah berdaptasi. Ini untuk memudahkan mereka saat mengikuti pelatihan teater dan manajemen pertunjukan.

Bagi Mahariah, seni teater sendiri dapat membentuk kepribadian guru yang lebih halus untuk memahami karakter siswa. Belum lagi konsep Merdeka Belajar yang digagas oleh pemerintah pusat menuntut para pendidik bereksplorasi dan lebih terbuka melihat berbagai kemungkinan.

“Bagaimana cara mendekati murid bukan lagi dengan cara yang konvensional, tapi (bersama siswa) bisa menjadi teman bermain dan belajar. Di teater sangat memungkinkan ini terjadi,” ucapnya.

Pembekalan selama empat hari berturut-turut ini diharapkan mampu membangun kepercayaan diri seluruh peserta, baik guru ataupun siswa-siswa yang terlibat. Tak hanya itu, adanya teater lokal binaan masyarakat juga diharapkan mampu terpantik dengan adanya kegiatan ini. Hal ini tak lain agar masyarakat Kepulauan Seribu makin mengenal dan bangga akan objek-objek kebudayaan yang ada di pulau ini, dan tak terhalangi batas geografis lantaran Kepulauan Seribu berada di sekitar 45 kilometer Utara Jakarta.

Rencananya, aktivitas di Pulau Pramuka ini akan berhilir dalam sebuah pertujukan Hajatan Pulang Babang yang dilaksanakan pada Oktober 2023, sebagai rangkaian dari Pekan Kebudayaan Nasional. Adapun kegiatan-kegiatan aktivasi Olahrasa yang dilakukan di Pulau Pramuka (kriya, tari, melukis, pameran, pemutaran film) akan dipresentasikan di acara tersebut, termasuk seni teater.

“Anak-anak dipersiapkan untuk mempersembahkan teater dan guru-gurunya bisa membantu mereka manajemen produksi,” tukas Irawita.

Foto: Pandu Wijaya Saputra