Menggali Ratusan Objek Pemajuan Kebudayaan di Desa Hoelea

0
452

Sedikitnya 109 Objek Pemajuan Kebudayaan (OJK) dari berbagai kategori objek pemajuan kebudayaan berhasil diidentifikasi saat kegiatan Pembekalan Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL) yang digelar Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa & Masyarakat Adat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Bertempat di Desa Hoelea II Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata, sebanyak 21 anak dari 12 desa yang tersebar di Lembata terlibat dalam kegiatan kali ini. Pj Bupati Kab. Lembata diwakili Apolonaris Mayan selaku Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Kebudayaan Kabupaten Lembata. Dalam sambutannya Apolonaris menyampaikan melalui pembekalan teknis yang dilakukan selama tiga hari ini kita mampu menggali dan mengidentifikasi potensi-potensi kebudayaan yang ada di desa sekaligus merumuskan strategi dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan potensi-potensi kebudayaan tersebut.

Dalam pelaksanaannya para pandu budaya menyeleksi OPK dari tiap kampung adat sebagai prioritas untuk dilakukan penelitian mendalam dan pendokumentasian selama tahun 2023. Sebanyak 21 OPK terpilih dan masuk beberapa kategori OPK diantaranya, 1 OPK Kategori Olahraga Tradisional, disusul 4 ritus, 4 teknologi tradisional, 3 tradisi lisan, 6 Pengetahuan Tradisional, 2 OPK kategori seni dan 1 OPK kategori Permainan Tradisional Tradisional.

Sebelum mengidentifikasi beberapa OPK, para pandu dibekali sejumlah pengetahuan terkait kebudayaan Lembata baik kebudayaan masyarakat adat Lamaholot dan masyarakat adat Edang oleh narasumber lokal agar menjadi Pandu Budaya di Lembata yang bisa menggerakkan pemajuan kebudayaan sesuai dengan undang-undang.

“Program Sekolah Lapang Kearifan Lokal ini bisa menjadi muatan yang positif untuk dapat terus dikembangkan demi kepentingan pemajuan kebudayaan di daerah kami” ujar Eman Ubuq selaku praktisi budaya lokal Kabupaten Lembata dalam wawancara singkat yang dilakukan.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini bertujuan untuk mengenalkan dan memperkuat budaya lokal, bukan hanya sebagai penguatan karakter bagi pemuda adat tetapi juga bagaimana Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) ini menjadi sesuatu yang dapat memberikan dampak bagi kesejahteraan dan ekonomi masyarakat adat sendiri.

Setelah pendampingan ini, para Pandu Budaya ini juga akan terlibat dalam banyak aktivitas yang berkaitan dengan pemajuan kebudayaan dan menjadi inisiator atau penggerak ekspresi kebudayaan.

“Proses sekolah lapang kearifan lokal di lembata ini sangat luar biasa, kampung ini memiliki potensi-potensi dan nilai-nilai budaya yang sangat luar biasa. Para pandu di sini sangat bersemangat. Mereka sangat kompeten sekali, ini terlihat dari bagaimana pengenalan akan budaya mereka masing-masing. Hal ini terbukti dari kegiatan dengan waktu yang singkat saja, banyak keragaman obyek pemajuan kebudayaan yang teridentifikasi.” ungkap Yani Haryanto, Pamong Budaya Ahli Muda Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat di akhir acara pendampingan Sekolah Lapang Kearifan Lokal hari ke-2.

Sekolah Lapang Kearifan Lokal memfasilitasi generasi muda untuk bertemu dengan generasi terdahulu agar saling berbincang dan berdiskusi tentang pemajuan kebudayaan.

Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Kebudayaan Kabupaten Lembata, Apolonaris Mayan, dalam sesi wawancara singkat mengatakan bahwa pembekalan ini menjadi media belajar bagi generasi muda adat kepada tokoh-tokoh adat dalam pelestarian budaya lokal.

“Kami pemerintah daerah sangat mengapresiasi berlangsungnya kegiatan ini. Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan motivasi, spirit, dan semangat bagi generasi muda untuk mengeksplore, menggali seluruh potensi budaya yang ada disini untuk kemudian bisa dikemas dan menjadi warisan budaya untuk menambah khazanah budaya yang ada di kabupaten Lembata,” ujarnya. Beliau berharap setelah pembekalan ini masyarakat dapat berperan aktif dalam pelestarian budaya agar tidak hilang atau punah, karena sangat penting untuk generasi ke depan.