Jakarta – Hari terakhir Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 dimeriahkan dengan suguhan pawai budaya yang menghadirkan 3400 peserta dari 34 provinsi. Masing-masing provinsi membawakan kekhasan dan keunikan tari-tarian hingga atraksi pertunjukkan yang merepresentasikan keragaman budaya.
Pawai budaya ini bergerak dari arah Gelora Bung Karno hingga ke Bundaran Tugu Pemuda Membangun di area Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day (CFD). Pawai budaya kali ini bertemakan Pusaran Daya Nusantara Indonesia: Warna Indonesia, Daya Nusantara! dengan menampilkan tarian kolosal Mahakarya Nuswantara yang dikoreograferi oleh Denny Malik, serta penata musik Ronald Steven.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, secara simbolis membuka aksi pawai budaya yang ditandai dengan pemukulan rapai pasee, alat musik tradisional khas Aceh. Penyemataan simbolis ini juga turut dihadiri Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid beserta para pejabat eselon II Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Membuka sesi awal pawai budaya, dimulai dengan aksi marching band Gita Bahana Nusantara dan perwakilan DKI Jakarta yang menampilkan konsep Batavia Tempo Dulu. Kemudian dilanjutkan arak-arakan pawai dari provinsi lainnya, diantaranya Bali, Papua, Aceh, Jawa Barat dan daerah-daerah lainnya. Tak luput, pawai budaya juga dimeriahkan dengan atraksi silat yang terletak di panggung jalan raya.
Hilmar Farid menekankan bahwa Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 ialah partisipatif masyarakat. “Salah satu konsep penting di dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2018, konsep yang terus berulang adalah partisipatif aktif masyarakat,” ujarnya.
Pawai budaya pun disambut antusias oleh para penonton. Nadia misalnya, pengunjung CFD mengungkapkan, aksi pawai budaya ini belakangan jarang disuguhkan di kota-kota besar.
“Keren aksinya, lengkap dari Barat sampai Timur Indonesia. Jarang sekali melihat pawai budaya semegah ini,” aku Nadia.
(Foto: Feri Latief)