Dari Kepahlawanan Anoman hingga Kelicikan Sengkuni di FDB dan FDM 2016

0
2364

Festival Dalang Bocah (FDB) dan Festival Dalang Muda (FDM) 2016 yang dilangsungkan dari tanghal 17 hingga 20 November menghadirkan puluhan dalang dalang muda berbakat dari seluruh Nusantara. Rupanya dalam setiap dalang menggunakan lakon yang telah ditentukan oleh panitia. Adapun lakon tersebut adalah ; Anoman Duta, Gatutkaca Lair untuk Festival Dalang Bocah. Sedangkan untuk Festival Dalang Muda yakni; Babad Wanamarta dan Gondomono Luweng.

Menurut Ketua Panitia FDB dan FDM 2016, Sumari mengatakan bahwa kesamaan lakon tersebut untuk menguji sanggit (kreativitas) para dalang dalam mengembangkan lakon. Selain itu pemilihan Lakon ini juga memiliki tujuan lain, Anoman Duta dan Gatutkaca Lair yang ditujukan bagi dalang Bocah dikarenakan kedua kisah ini dinilai ringan dan memiliki alur yang ringkas.

Berbeda dengan Babad Wanamarta dan Gondomono Luweng yang diberikan untuk dalang Muda memiliki cerita yang lebih kompleks karena ada unsur politik, namun kesemuanya memiliki unsur aksi yang banyak. Selain itu tantangan

Anoman Duta berkisah mengenai kunjungan Anoman sebagai utusan Sri Rama untuk melihat dan mengabari Sinta mengenai rencana Rama untuk membebaskannya. Sayangnya rencana pengabaran itu tidak berjalan mulus, sehingga Anoman tertangkap dan dihukum oleh Alengka. Walaupun demikian Anoman bisa melepaskan diri bahkan membakar seluruh kerajaan Alengka hingga luluh lantak menjadi arang.

Gatutkaca Lair menceritakan mengenai proses kelahiran Gatotkaca. Semula ketika Gatotkaca lahir ia diberi nama Jabang Tetuka, Ibunya Dewi Arimbi begitu risau karena tidak ada satupun benda maupun senjata yang bisa memutuskan tali ari-ari si Jabang Tetuka bahkan kuku pancanaka yang dimiliki Bima.

Babad Wanamarta menceritakan mengenai pembukaan hutan Wanamarta. Alkisah para Pandawa yang berhasil selamat dari peristiwa Bale Sigalagala diberikan bagian kekuasaan di Hutan Wanamarta, namun hutan tersebut terdapat kerajaan jin dan siluman, hingga para Pandawa kesulitan dalam pembukaan hutan tersebut.

Gandamana Luweng bercerita mengenai ulah Sengkuni yang mencoba balas dendam terhadap kematian ayahnya. Sengkuni berusaha mengadu domba Pandu dengan Prabu Tremboko melalui momen ketika Prabu Tremboko mengirimkan Surat Persahabatan. Sengkuni menyuruh Suman untuk mengubah isi surat tersebut menjadi surat tantangan perang. Menyikapi hal tersebut Pandu tidak gegabah, ia malah mengirimkan surat perdamaian kepada Prabu Tremboko melalui utusannya Patih Gandamana, namun Sengkuni sudah merencanakan plot untuk menjebak Gandamana.

Kisah-kisah tersebut kemudian diterjemahkan ke masing-masing gagrak (gaya) yang dibawakan peserta, seperti Jawa Timuran/Jekdong, Golek Purwa, bahkan Wayang Banjar.

Penulis/Foto: Indra Eka