Galeri Nasional Indonesia Sajikan Karya-karya Spektakuler Para Perupa Kontemporer Indonesia

0
1515
Galeri Nasional Indonesia usung karya-karya spektakuler para perupa tersohor Indonesia
Galeri Nasional Indonesia sajikan karya-karya spektakuler para perupa kontemporer Indonesia

Galeri Nasional Indonesia akan segera menggelar Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO V, pada 4-30 Mei 2016. Pameran ini diselenggarakan pertama kali pada tahun 2008 dalam rangka menyambut peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional. Berlanjut digelar MANIFESTO kedua “Percakapan Masa” (2010), MANIFESTO #3 “ORDE dan KONFLIK” (2012), dan MANIFESTO No.4 “Keseharian” (2014). Meski tidak dinyatakan secara resmi, pameran ini kemudian menjadi sebuah tradisi pameran dua tahunan yang umumnya dikenal dengan sebutan ‘biennale’. Namun berbeda dengan pameran biennale seni rupa baik yang bersifat nasional maupun internasional, Pameran MANIFESTO terus dijaga ciri khas dan keunikannya sebagai pencerminan perkembangan seni rupa Indonesia yang sebenar-benarnya.

Pada 2016 ini, MANIFESTO kembali disajikan untuk yang kelima kali dengan mengangkat tema “ARUS”. Dalam tulisan salah satu kurator pameran ini, Rizki A. Zaelani, MANIFESTO V menyoal tentang arus seni rupa di aras moralitas, saat ekspresi seni dihayati sebagai ungkapan bahasa moral (etik) yang mengungkapkan secara mendesak dan signifikan kecenderungan potensi nurani manusia. “Kita tak lagi bicara tentang seseorang atau sekelompok orang secara tertentu karena di era transparansi realitas digital dan virtual saat ini segala hal yang sosial adalah juga yang bersifat personal, dan juga sebaliknya. Kini, tak lagi mudah menemukan sejatinya nilai seseorang diantara kelimun. Masa kini adalah keadaan dimana arus ekspresi kecenderungan nurani mendapat tantangan hebat dari arus dorongan kecenderungan naluri. Seni sejatinya mengenal dan memahami keadaan ini,” ungkap Rizki. “Manifestasi arus seni rupa yang dimaksud kini adalah dukungan dan sikap pembelaan terhadap nilai penting dan mulia ihwal kebenaran ―dan bukannya tentang ‘kebenaran’ yang mengandung kepentingan―, meresap di berbagai bentuk pengalaman interaksi hidup dan sikap penghargaan pada lingkungan hidup. Meski tak jadi mudah dan sederhana, Manifesto Arus Seni Rupa kini hendak menunjukkan sikap dan pendirian di balik ekspresi karya-karya seni demi memperjuangkan makna hidup yang lebih berarti dan berfaedah bagi keutamaan nilai kemanusiaan,” sambungnya.

Sikap dan pendirian tersebut dimanifestasikan ke dalam sekitar 35 karya lebih berupa lukisan, patung, object,  fotografi,  seni rupa instalasi, seni rupa video, serta mural, yang sebagian besar adalah karya-karya terbaru. Karya-karya tersebut tidak hanya dipajang di dalam ruang pamer Gedung A dan B, tapi juga merespon area outdoor Galeri Nasional Indonesia. Skala area dan karya-karya spektakuler tersebut tentu menawarkan banyak kesempatan dan ketertarikan tersendiri yang mampu menyedot pengunjung dari berbagai kalangan untuk mengapresiasi. Terlebih peserta pameran ini merupakan perupa yang aktif berkarya dan telah lama berkiprah di kancah seni rupa Indonesia bahkan mancanegara, sehingga sudah tidak diragukan lagi kredibilitasnya. Sebanyak 35 perupa yang meramaikan pameran ini adalah Agus Suwage, Anusapati, Arahmaiani, Asmudjo J. Irianto, Diyanto, Eddie Hara, Entang Wiharso, F. Sigit Santoso, Gigih Wiyono, Hafiz Rancajale, Hanafi, Haris Purnomo, Heri Dono, Isa Perkasa, Ivan Hariyanto, Ivan Sagita, Jatiwangi Art Factory (JAF), Jong Merdeka, Koeboe Sarawan, Krisna Murti, Made Djirna, Made Wianta, Mella Jaarsma, Moelyono, Nasirun, Nindityo Adipurnomo, Nyoman Erawan, Oscar Motuloh, Putu Sutawijaya, Ronald Manulang, Teguh Ostenrik, Tisna Sanjaya, Titarubi, Ugo Untoro, dan Yani Maryani Sastranegara.

Para perupa tersebut dituturkan Asikin Hasan—yang juga kurator pameran ini—  adalah sebagian besar generasi yang tumbuh di  antara era 80-an dan 90-an, serta sebagian kecil generasi 2000-an yang karya-karyanya kurang lebih memiliki semangat dan keyakinan sama yaitu: seni yang berpihak, bahkan kerap membawa pesan moral, sosial, dan kebaikan bagi masyarakat. “Keyakinan itulah yang dianggap sebagai ‘Arus’ yang terus bergerak dari dulu hingga sekarang pada mereka. Tentu saja, masing-masing seniman menyatakan arus-arus keyakinan mereka pada potensi peran seni yang dianggap mampu mendorong perubahan baik secara personal, sosial, maupun kultural,” jelas Asikin.

Melalui pameran ini, Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus ‘Andre’ Sukmana hendak menunjukkan segi perkembangan seni rupa yang berhadapan langsung dengan perkembangan seni rupa internasional melalui kiprah dan pengalaman para seniman yang berjaya pada periode 80–90–an hingga kini yang telah membawa perkembangan Indonesia dalam forum internasional. “Semoga kegiatan pameran ini mampu mengukir dan menandai kembali eksistensi dan pencapaian artistik serta reputasinya. Selain itu, tentu pameran ini juga memberikan manfaat dalam meningkatkan daya apresiasi seni pada masyarakat luas,” ucap Tubagus ‘Andre’.

Selain pameran, perhelatan ini juga akan diramaikan dengan serangkaian program publik. Diantaranya adalah Seminar “Arus Seni Rupa di Aras Moralitas” yang menghadirkan para Budayawan dan Pengamat Seni Rupa, diantaranya Bambang Sugiharto, Nirwan Dewanto, dan ST. Sunardi. Seminar ini akan diselenggarakan pada Jum’at, 20 Mei 2016, pukul 09.30 WIB ­­­– selesai, di Ruang Seminar Galeri Nasional Indonesia. Ada juga Artist Talk & Gallery Tour yang menghadirkan tiga perupa pameran ini yaitu Ronald Manulang (14/5/2016), Tisna Sanjaya (21/5/2016), dan Yani Maryani Sastranegara (28/5/2016).  Artist Talk & Gallery Tour akan dimulai pukul 14.00 hingga 16.00 WIB, di Gedung A dan B, serta area outdoor Galeri Nasional Indonesia. Baik pameran maupun program publik terbuka untuk umum dan bebas biaya.

*dsy/GNI