Kajian Potensi Cagar Budaya Situs Trinil (Tahap IV)

0
1680

Sungai Bengawan Solo merupakan sungai tua yang sudah terbentuk sejak Kala Miosen hingga Plestosen Tengah. Sungai ini sudah sejak lama berperan sebagai pendukung kehidupan manusia, bahkan sejak jaman Plestosen hingga sekarang. Temuan-temuan terpenting dalam sejarah kolonisasi manusia di Nusantara ditemukan di sepanjang DAS Bengawan Solo. Salah satu situs penting yang terletak di DAS Bengawan Solo adalah Situs Trinil, situs tersebut secara administratif berada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kedunggalar dan Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi. Situs Trinil memiliki sejarah penting tentang kisah evolusi manusia,  jauh  sebelum Sangiran ditemukan oleh Koenigswald pada  tahun 1934, penelitian yang dilakukan oleh Eugene Dubois antara tahun 1890-1892 di situs ini telah membawa penemuan sisa-sisa  manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan.

Pada tahun ini, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran melakukan Kajian Potensi Cagar Budaya keempat kalinya yang berlangsung selama 12 hari dari tanggal 12 hingga 23 September 2018. Kajian tahap terakhir ini merupakan tindak lanjut dari beberapa rekomendasi kajian potensi cagar budaya tahap III yang menyimpulkan bahwa potensi arkeologi Situs Trinil tidak hanya sebatas di dalam meander Bengawan Solo saja melainkan meluas hingga bagian barat situs. Selain itu, perlu dilakukan kajian mengenai stratigrafi penyusun Situs Trinil untuk mengetahui lebih pasti posisi formasi dan konteks kronologinya. Terkait rencana penetapan sebagai Cagar Budaya maka perlu adanya informasi mengenai gambaran sosial budaya masyarakat di Situs Trinil. Berdasarkan rekomendasi tersebut, kajian ini bertujuan untuk memetakan potensi arkeologi dan geologi baik secara lateral dan vertikal yang berada di bagian barat Situs Trinil. Selain itu, kajian kali ini juga mencoba menggali informasi terkait sosial budaya masyarakat yang hidup di sekitar situs dan juga melihat persepsi masyarakat terhadap keberadaan Situs Trinil.

Proses pengumpulan data lapangan terbagi dalam tiga kegiatan, antara lain survei arkeologi dan geologi, ekskavasi dan survei sosial budaya. Kajian ini melibatkan 17 personil dari berbagai disiplin ilmu. Hasil kajian ini diharapkan bisa menambah wawasan pengetahuan terkait potensi arkeologi yang ada di Situs Trinil. Hasil sementara dari proses pengumpulan data di lapangan menunjukkan bahwa fauna yang diperoleh dari ekskavasi dan survei relatif sama dari hasil penelitian tahun sebelumnya, tidak menunjukkan adanya jenis fauna baru. Secara lateral potensi arkeologi dan geologi Situs Trinil tidak hanya sebatas di dalam meander melainkan meluas ke barat hingga lokalitas Sonde di Desa Bangunrejo Lor. Sayangnya kesadaran masyarakat yang tinggal di luar meander Bengawan Solo terkait potensi arkeologi Situs Trinil masih relatif rendah.