Gotong Royong Warga Sebagai Wujud Berperan Melestarikan Situs Sangiran

0
667


Desa Manyarejo merupakan salah satu desa yang berada di tengah-tengah Situs Sangiran, sebagian besar masyarakatnya bergantung pada bidang pertanian. Sebuah situs yang telah diakui dunia sebagai salah satu warisan budaya dunia yang banyak berkontribusi penting dalam menyingkap misteri asal muasal manusia atau yang oleh Darwin di sebut sebagai “missing link”. Kontribusi penting tersebut dengan memberikan lebih dari 50 % dari populasi Homo erectus di dunia. (Widianto dan Simanjuntak, 2009)
Sebagai salah satu desa agraris yang merupakan bagian dari Situs Sangiran, Desa Manyarejo memiliki jiwa gotong royong. Jiwa gotong royong ini menjadi salah satu keunggulan dari Desa Manyarejo dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Selain guna mencapai tujuan bersama, hal penting lainnya adalah orang yang bisa dijadikan pemimpin dalam mencapai tujuan bersama tersebut. Pemimpin ini dalam masyarakat pedesaan biasanya dianggap sebagai tokoh masyarakat yang menjadi panutan. (Hermanto, 2021)
Keunggulan Desa Manyarejo dalam bergotong royong dan juga memiliki pemimpin yang menjadi panutan membuat masyarakat mudah digerakkan untuk mencapai tujuan bersama. Seperti kegiatan gotong royong yang dilakukan pada hari Jumat, 25 Maret 2022. Masyarakat diajak bergotong royong untuk membersihkan Sungai Bojong dengan tujuan mencegah terjadinya erosi.
“Sesuai kesepakatan warga, gotong royong di sini biasa dilaksanakan pada hari jumat, warga yang bekerja di pabrik misalnya, akan ijin tidak masuk untuk ikut gotong royong”, jelas Paimin selaku Bayan 3 Desa Manyarejo.
Kegiatan gotong royong ini merupakan bagian aksi nyata dari kesepakatan dari berbagai diskusi yang dilakukan antara masyarakat dalam beberapa pertemuan. Masyarakat RT 10-12 Desa Manyarejo terlibat dalam kegiatan gotong royong ini. Masyarakat memiliki tujuan untuk menciptakan kelestarian Sungai Bojong yang merupakan salah satu lokasi penemuan penting.
Temuan penting tersebut adalah tengkorak yang diidentifikasi sebagai Homo erectus tipik yang berusia antara 900 ribu hingga 250 ribu tahun yang lalu. Temuan ini ditemukan oleh Setu Wiryorejo pada tanggal 6 Februari 2016 yang diberi kode Cranium 0132.
Sebuah temuan penting yang ditemukan di Sungai Bojong, menggugah masyarakat untuk turut menjaga lokasi temuan itu sebagai bagian dari upaya melestarikan Situs Sangiran. Bukan hanya untuk menjaga dan melestarikannya tetapi juga menjaga agar tidak memberi dampak negatif bagi warga yang tinggal disekitarnya. (Wiwit Hermanto)