You are currently viewing Pembangunan Jalur Kereta Api di Magelang

Pembangunan Jalur Kereta Api di Magelang

Oleh: Tri Windari Putri

Kereta api merupakan alat transportasi yang tidak asing lagi dan menjadi salah satu alat transportasi yang kita pilih untuk berpergian. Pembangunan rel kereta api telah ada sejak masa Kolonial yang dipelopori oleh Naamloze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV.NISM). Pembangunan jalur kereta api awalnya digunakan untuk mengangkut hasil bumi. Disebabkan oleh melimpahnya hasil bumi dari sistem tanam paksa, memerlukan alat yang kuat dan cepat untuk mengangkut barang tersebut. Menyelesaikan masalah tersebut perlu dibangunnya alat transportasi yang kuat dan cepat yaitu kereta api.

Kolonel Jhr. Van der Wijk mengusulkan perlu dibangunnya jaringan kereta api di Pulau Jawa, pada 10 Agustus 1840. Pada 1862 NISM diwakili oleh W. Poolman, A. Fraster dan E.H Kol, mengajukan konsesnsi kepada pemerintah Belanda yang dipimpinoleh Ir. J.P Bordes. Ijin pembangunan tersebut diterima dan pembangunan jalur kerta api di Jawa dimulai 7 Juni 1864 yang selesai pada 10 Agustus 1867. Stasiun kereta api pertama kali di dirikan di Semarang – Vorstenlanden. Keberhasilan dalam pembangunan jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden, NISM membangun jalur kerta api yang menghubungkan Yogyakarta dengan wilayah Kedu.

Perusahaan NV. NISM telah memperoleh ijin untuk memperluas jaringannya ke Magelang dari Gubernur Jendral Aart van der Wijk pada tahun 1894. Perwakilan NV.NISM di Yogyakarta menghadap ke Residen Kedu J. Ament untuk menyampaikan tujuannya. Berdasarkan kesepakatan dengan J. Ament, pada November 1896 proyek pembangunan kereta api dimulai pada 14 Agustus 1895 yang bertujuan untuk mengangkut hasil perkebunan dari Magelang menuju Semarang. Pembangunan jalan kereta api ini membutuhkan waktu selama 2 tahun hingga merampungkan sampai stasiun Kota Magelang yang selesai pada 1 Juli 1898.

Pembangunan jalur kereta api dari Yogyakarta menuju Magelang membutuhkan dana sebesar ƒ 350.000. Pembangunan rel kereta api ini memiliki lebar 1.067 mm. Jalur ini menghubungkan Yogyakarta – Sleman – Tempel – Muntilan – Blabak dan Magelang. Pembangunan rel kereta api ini dilakuka oleh pribumi dan diawasil oleh pegawai pemerintah Kolonial Belanda. Buruh yang dipekerjalan dalam pembangunan ini mendapatkan upah sebanyak ƒ 1,50 hingga ƒ 2,00 per harinya. Buruh yang dipekerjakan dalam proyek ini berasal dari Jawa dan orang Tionghoa. 

Setelah selesai dibangunnya jalur kereta api dari Yogyakarta-Magelang perusahaan NV.NISM akan melakukan perluasan jaringan. Perusahaan NV.NISM akan membangun jalur rel kereta api dari stasiun magelang ke kota bagian utara menuju Secang, lalu disambungkan ke Temanggung-Parakan dilanjutkan ke jalur utara mencapai Stasiun Ambarawa dari Kedungjati. Melaksanakan rencana itu, perusahaan meminta izin kepada Residen Kudu untuk membebaskan tanah untuk jalur ke utara dan Kebon Dalem (Magelang Utara, Wates) dipakai sebagai stasiun transit. Pembangunan dimulai setelah izin keluar pada Agustus 1898, kemudian pada tahun 1900 jalur rel kereta api ditarik menuju Secang. Pembangunan jalur kereta api dari Magelang menuju Secang selesai dan diresmikan pada 15 Mei 1903, kemudian dilanjutkan jalur Secang menuju Temanggung diresmikan pada 3 Januari 1907, jalur Secang menuju Ambarawa beroperasi 1 Februari 1905 dan jalur Temannggung Parakan beroperasi 1 Juli 1907.

Referensi: Direktirat Sejarah Direktorat Jendral Kebudayaan Kementrian Pendidikan Indonesia, Toponim Kota Magelang, Jakarta 2018

Bima Taofiq & Ririn Darini, Perkembangan Transportasi Kereta Api di Magelang Tahun 1898-1942, Universitas Negeri Yogyakarta,