You are currently viewing Gaya Seni Kuno Berdasarkan Wilayah

Gaya Seni Kuno Berdasarkan Wilayah

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Seni hias, sebagaimana unsur kebudayaan lain, seni hias mempunyai wilayah-wilayah yang mwngembangkan corak tertentu. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa seni hias pada suatu wilayah mungkin berbenda dap wilayah lain. Sesuai dengan wilayahnya di Jawa Tengah terdapat beberapa gaya yang terutama berkembang pada wilayah-wilayah tertentu, misalnya gaya pedalaman dan gaya pesisiran. Pada masa klasik (pengaruh hindu – buddha) dikenal adanya candi yang bergaya kewilayahan seperti gaya dieng, gaya prambanan, gaya plaosan, serta gaya sukuh. Pada masa itu terdapat pula seni bangunan candi gaya Jawa Tengah Utara dan Jawa Tengah Selatan. Sarjana Belanda, Vloger, justru membuat pembagian yang campur aduk antara kewilayahan dan kurun suatu dinasti. Ia mambuat klasifikasi ragam hias kepala kala masa klasik di Jawa Tengah dalam dua gaya, yaitu gaya dieng dan gaya sailendra. Gaya ini emdemik pada wilayah tertentu, sesuai dengan namanya yaitu di pengunungn Dieng di wilayah Kedu.

Ada bebrapa hal yang menyebabkan perbedaan-perbedaan gaya lada beberapa wilayah. Diantara sebab-sebab tersebut adalah adanya nuansa yang berbeda dalam penerapan aturan pembuatan hiasan. Pada masa Hindu-Buddha, penggambaran yang mengikuti aturan yang ketat terdapat pada pusat-pusat pemerintahan, sementara di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan kurang mengikuti aturan tersebut. Tidak diturutinnya aturan-aturan secara ketat di daerah yang jauh tersebut antara lain disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan seniman serta kuatnya kepercayaan asli di daerah. Hal ini menyebabkan antara lain arca-arca di pusat pemerintah memiliki ciri iknografis yang lebih ketat daripada arca-arca di daerah.

Di pesisir utara Jawa, seperti kota Tegal,  Pekalongan, serta Lasem berkembang gaya pesisiran. Pada kain bati gaya pesiairan banyak diwarnai oleh kebudayaan China. Pada keputbakalaan Islam di wilayah pesisir dijumpai berbagai ragam hias pengatuh asing seprti feng-huang, kendi botol, teratai bergaya Yui, dan bingkai cermin yang merupakan pengaruh China, serta arabeski dan kaligrafi arab yang merupakan pengaruh Arab. Perbedaan antara pedalaman dan pesisir terjadi antara lain akibat perkembangan politik yang terjadi di Jawa. Disamping itu pada wilayh pesisiran terjadi persinggungan yang intensif antara penduduk setempat dengan orang-orang asing. Oleh karenanya ragam hias di wilayah pesisiran sering kali menunjukan kebanyakan motif dari berbagai wilayah belahan dunia.