You are currently viewing Keterkaitan Rumah Sakit Donorejo dengan Gereaja Donorejo

Keterkaitan Rumah Sakit Donorejo dengan Gereaja Donorejo

Kolonialisme dan Impelialisme Bangsa Barat umumnya didasari oleh faktor 3G, (Gold, Glory, dan Gospel). Gold berarti mencari kekayaan sebanyak-banyaknya, Glory berarti mencari Kejayaan/ Kedaulatan, dan Gospel berarti menyebarkan paham/ keyakinan yang mereka anut. Dengan dasar 3G tersebut, Bangsa Barat melakukan kegiatan Kolonialisme dan Imperialisme di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia, khususnya kolonialisme Belanda. Oleh sebab itu dalam kolonialisasinya, Belanda tidak hanya mengeksploitasi SDA yang ada di Nusantara, namun Belanda juga membawa ajaran agama Kristen.

Pada saat itu, Kristenisasi dilakukan dengan berbagai cara agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat sekitarnya. Ajaran Agama Kristen yang dibawa ke Nusantara lama-kelamaan membawa pengaruh kebudayaan berupa bangunan-bangunan Gereja dan Rumah Sakit. Salah satu gereja dan Rumah sakit peninggalan masa Kolonialisme Belanda di nusantara adalah Gereja Donorejo atau yang biasa dikenal dengan Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ) dan Rumah Sakit Kusta Donorejo.Gereja dan Rumah Sakit ini terletak di Desa Banyumanis, Kecamatan Donorejo, Kabupaten Jepara, tepatnya di daerah sekitar Gunung Muria. Lingkungan sekitar Gereja dan Rumah sakit ini merupakan daerah Pantai yang berbukit-bukit. Kedua bangunan tersebut memiliki keterkaitan satu sata lain.

Sejarah Kawasan Donorejo sendiri tidak lepas dari asal usul terbentuknya gerakan zending yang telah memulai gerakan di Negeri Belanda pada Tahun 1847. Gerakan tersebut dimulai oleh sebuah organisasi yang disebut DZG (Doopsgeside Zendings Vereniging). Pihak DZG Belanda pertama kali mengirimkan misionaris di Indonesia yang bernama Pieter Janz pada 14 Agustus 1852. Pieter adalah seorang guru sekaligus pendeta. Pada mulanya, Pieter bekerja di sebuah perkebunan yang ada di Jepara dan menjadi guru di rumahnya. Selain mengajarkan agama kristen, Pieter banyak melakukan penerjemahan injil dalam bahasa Jawa yang sangat bermanfaat bagi banyak orang. Namun demikian dalam praktiknya, sambutan masyarakat sangat dingin sehingga metode pengajarannya diubah. Metode yang baru disebut perceel (koloni) yang mana bertujuan untuk menampung orang-orang kristen yang datang dari golongan islam yang terbuang. Karena itulah, zendings kemudian memutuskan membuat sebuah kawasan yang menampung orang-orang yang memiliki sakit tertentu yang membuat pengidapnya terbuang dari masyarakat asal.

Pada bulan November 1915, diresmikanlah Leposatorium (Rumah Sakit Pengobatan Lepra) atas biaya dari Putri Mahkota Juliana dari negeri induk Belanda. Tempat inilah yang nantinya menjadi kawasan cikal bakal rumah sakit Donorejo hingga sekarang. Donorejo sendiri mempunyai arti hadiah raja, mengingat biaya atas pendirian rumah sakit berasal dari raja Belanda. Selain Rumah sakit, dibangun pula bangunan gereja (Gereja Donorejo) dan fasilitas lainnya. Hingga saat ini, Bangunan Rumah sakit Donorejo dan Gereja Donorejo menjadi bangunan Cagar Budaya yang harus kita lindungi, rawat dan kita lestarikan.

Disarikan oleh Dwi Astuti

Sumber: Kajian Teknis Arkeologis Gereja Injili Tanah Jawa (GITJ) dan Rumah Sakit Kusta Donorejo Jepara (BPCB Jateng 2013)