World Culture Forum “The Power of Culture in Sustainable Development”

0
1348

M Nuh

Jakarta – Kamis (21/11) bertempat di Gedung A Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh melangsungkan jumpa pers World Culture Forum (WCF) yang akan diselenggarakan di Bali pada 24-27 November 2013.

Pentingnya kebudayaan dalam pembangunan, baik pembangunan ekonomi, politik, lingkungan hidup, dan pembangunan lainnya terus menjadi perhatian dan perbincangan banyak pemikir dan tokoh dunia. Ketika membuka debat pada Sidang Umum PBB 12 Juni 2013, Sekjen PBB, Ban Ki Moon, menegaskan pentingnya peran kebudayaan dalam pembangunan.

Pada kesempatan itu Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, menyatakan komitmennya untuk menggali secara mendalam soal kebudayaan dalam pembangunan di Agenda Pembangunan Pasca Milenium2015. Namun pada kesempatan lain, menyinggung berbagai konferensi kebudayaan tingkat dunia yang pernah diselenggarakan selama ini, Sekjen PBB telah berpesan, “More of the same will not do.” (lagi-lagi itu-itu saja tidak akan memenuhi syarat).

Menyadari pentingnya kebudayaan dalam pembangunan dan pentingnya dialog kebudayaan dunia secara berkesinambungan, pada tahun 2005 Presiden RI telah menggagas tentang perlu adanya World Culture Forum (WCF). Tahun 2009 hal ini telah didesiminasikan di Universitas Gajah Mada bersama 30 universitas di seluruh Indonesia. Forum ini diharapkan sebagai wadah untuk membahas isu-isu mengenai kebudayaan di tingkat internasional.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Mohammad Nuh, WCF yang akan diselenggarakan di Denpasar pada 24-27 November 2013 merupakan wujud dari gagasan presiden SBY. Forum ini diharap menjadi forum rutin dan sejajar dengan forum-forum rutin internasional lainnya yang telah ada yaitu World Economic Forum di Davos, Swiss, dan World Environment Forum di Rio de Janeiro, Brazil.

WCF 2013 bertemakan “The Power of Culture in Sustainable Development”. Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah:

  1. Adanya kesepahaman bahwa kebudayaan merupakan bagian integral dari pembangunan berkelanjutan;
  2. Adanya kerangka etik yang memungkinkan keterlibatan semua pihak memperoleh keuntungan dari pembangunan;
  3. Adanya model partisipasi baru di dalam budaya demokrasi;
  4. Melahirkan draft-draft di dalam mengukur pembangunan kebudayaan yang berkelanjutan;
  5. Memberikan input bagi pembentukan tujuan-tujuan Pembangunan Berkelanjutan Pasca Agenda Pembangunan 2015.

WCF akan diawali Gala Dinner dan pergelaran akbar aneka tari dari lima Negara (Brazil, China, Jepang, Turki, dan India) dan daerah-daerah di Indonesia (Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, dan Papua). Acara ini diselenggarakan di Garuda Wisnu Kencana, Bali pada 24 November malam.

Pembukaan WCF akan dilakukan langsung oleh Presiden SBY pada 25 November, yang sekaligus memberikan ceramah beserta tiga keynote speakers lainnya yaitu Dirjen UNESCO Irina Bokova, Pemenang Hadiah Nobel Prof. Amartya Sen, dan tokoh media internasional Farred Zakaria. Acara dilanjutkan dengan forum menteri-menteri yang menampilkan 18 Menteri Kebudayaan dari 18 negara, dan acara-acara lainnya.

Ketua Dewan Pengarah WCF, Prof. Azumardi Azra, menjelaskan bahwa tokoh dan pakar terbaik dari dalam dan luar negeri telah diundang untuk bicara di Bali Intenational Convention Centre pada 25 dan 26 November mendatang dalam Roundtable Menteri- Menteri Kebudayaan, Sidang Intergovernmental Organization dan NGO, dan 6 Simposia dengan subtema:

  1. Holistic Approaches to Culture in Development;
  2. Civil Society dan Cultural Democracy;
  3. Creativity and Cultural Economics;
  4. Culture in Environment Sustainability;
  5. Sustainability Urban Development;
  6. Inter-faith Dialogue and Community Building

Gunawan Mohammad, salah seorang pembicara dalam simposium WCF, mengharapkan bahwa gaung WCF juga dapat disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik, agar efeknya dapat dirasakan oleh masyarakat yang lebih luas. Kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menambahkan bahwa WCF ini diharapkan menghasilkan deklarasi yang akan berjudul “The Bali Promise” dan juga akan memberi masukan ke Post Millenium Development Goals 2015, serta membulatkan tekad untuk menyelanggarakan WCF di Bali setiap dua tahun sekali.