Sebelum melaksanakan ibadah Tawur Kesanga dan Catur Bhrata Penyepian atau Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka, umat Hindu di seluruh dunia akan melaksanakan suatu ritual wajib, Melasti atau Mekiyis. Ritual ibadah ini dilaksanakan di pura yang berdekatan dengan sumber air kehidupan (tirta amertha), seperti laut, danau, atau sungai.
Melasti dapat didefinisikan sebagai nganyudang malaning gumi ngamet tirta amertha yang berarti menghanyutkan atau membuang segala kotoran alam menggunakan air suci. Kotoran yang dimaksud adalah segala kotoran (dosa), baik dalam diri manusia (wan alit) maupun yang ada di dunia (wan agung). Selain itu, Melasti juga dilakukan sebagai wujud membersihkan Pralingga atau alat-alat persembahyangan.
Sebelum melaksanakan ritual Melasti, umat Hindu terlebih dahulu melaksanakan persembahyangan yang dipimpin oleh seorang Romo dan Pinandita (baca: Pinandite). Romo dan Pinandita ini memimpin doa-doa dan membacakan kitab yang akan didengar oleh seluruh umat Hindu. Ibadah ini cukup dilaksanakan dalam satu kali gelombang peribadatan. Setelah melaksanakan pembacaan doa-doa, bersama dengan Pinandita lainnya, mereka akan menuju laut untuk melaksanakan ritual Melasti sembari membaca doa-doa.
Setelah sampai di tengah laut, pemimpin ritual akan melarung sesaji berupa hewan ternak (ayam dan bebek), serta bunga yang diletakkan di atas anyaman pandan sembari membacakan doa-doa. Kemudian para Pinandita akan mengambil air laut tersebut yang akan digunakan untuk menyucikan umat Hindu dan Pralingga.
Upacara Melasti merupakan ritual ibadah yang dilaksanakan satu tahun sekali sebelum umat Hindu menyambut Tahun Baru Saka dan melaksanakan ibadah Tawur Kesanga. Makna dari upacara ini adalah sebagai proses pembersihan diri lahir bathin manusia dan alam.