Sambutan Mendikbud Anies Baswedan dalam Rangka Peringatan Hardiknas 2015

0
1445

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Di hari yang membahagiakan ini, kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha pengasih, kita panjatkan puji dan syukur atas izin, rahmat, dan karunia-NYA, kita semua berkesempatan untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional ini.

Di Hari Pendidikan Nasional ini, atas nama pemerintah, izinkan saya menyampaikan appresiasi pada semua pihak, pada semua pelaku pendidikan dimanapun berada, yang telah mengambil aktif untuk mencerdaskan saudara sebangsa. Untuk para pendidik disemua jenjang, yang telah bekerja keras membangkitkan potensi peserta didik menjadi manusia berkarater mulia, yang mampu meraih cita-cita dan pembelajar sepanjang hidup, terimalah salam hormat dan apresiasi dari kita untuk kita semua.

Bapak, Ibu, dan hadirin yang mulia

Republik tercinta ini digagas oleh anak-anak muda terdidik dan tercerahkan. Pendidikan telah membukakan mata dan kesadaran mereka untuk membangun sebuah negeri yang bhineka yang modern. Sebuah negara yang berakar pada adat dan budaya bangsa nusantara, beralaskan semangat gotong royong, tetapi tetap mengedepankan dan menumbuhkembangkan prinsip kesejajaran dan kesatuan sebagai sebuah negara modern.

Pendidikan telah membukakan pintu wawasan, menyalakan cahaya pengetahuan, dan menguatkan pilar ketahanan moral. Persinggungan dengan pendidikanlah yang telah memungkinkan para perintis kemerdekaan untuk memiliki gagasan besar yang telah melampaui zamannya. Gagasan dan perjuangan yang membuat Indonesia dijadikan sebagai rujukan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. Dunia terpesona pada Indonesia, tidak saja karena keindahan alamnya, atau keramahan penduduknya, atau keagungan budayanya, tapi juga karena deretan orang-orang terdidik yang berani mengusung ide-ide terobosan dengan ditopang pilar moral dan intelektual.

Indonesia adalah negeri penuh berkah. Ditanah ini, setancapan ranting bisa tumbuh menjadi pohon yang rindang. Alam subur, laut melimpah, apalagi bila melihat mineral, minyak, gas, hutan, dan semua deretan kekayaan alam. Indonesia adalah wajah cerah khatulistiwa. Namun, kita semua harus sadar bahwa aset terbesar Indonesia bukan tambang, bukan gas, bukan minyak, bukan hutan, ataupun segala hasil bumi; aset terbesar bangsa ini adalah manusia Indonesia. Tanggung jawab kita sekarang adalah mengembangkan kualitas manusia Indoensia.

Manusia yang terdidik dan tercerahkan adalah kunci kemajuan bangsa. Jangan sesekali kita mengikuti jalan pikir kaum kolonial dimasa lalu. Fokus mereka, kaum kolonial itu adalah pada kekayaan alam saja dan tanpa peduli kualitas manusianya. Kaum kolonial memang datang untuk mengeruk dan menyedot isi bumi Nusantara, menguras hasil bumi Nusantara. Karena itu, mereka tidak peduli, mereka peduli dan tahu persis data kekayaan alam kita, tetapi mereka tidak pernah peduli dengan kualitas manusia di Nusantara.

Kini kita sudah 70 tahun merdeka. Kemerdekaan itu bukan hanya untuk menggulung kolonialisme, melainkan juga untuk menggelar kesejahteraan dan keadlian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jangan sampai kita hanya tahu tentang kekayaan alam, tetapi tidak tahu kualitas manusia di negeri kita. Kita harus berkonsentrasi pada peningkatan dan pengembangan kualitas manusia. Kita tidak boleh mengikuti jalan berpikir kaum kolonial yang fokus hanya pada kekayaan alam saja, tetapi–sekali lagi tegaskan–melupakan soal kualitas manusia.

Mari kita jawab, tahukah kita berapa jumlah sekolah, jumlah guru, jumlah siswa, jumlah perguruan tinggi di daerah kita?  Tahukah kita berapa banyak anak-anak di wilayah kita yang terpaksa putus sekolah? Tahukah kita tentang kondisi guru-guru di sekolah yang mengajar anak-anak kita? Tahukah kita tentang tantangan yang dihadapi oleh kepala sekolah dan guru untuk memajukan sekolahnya?

Lebih jauh lagi, berjuta jumlahnya putra-putri Indonesia yang kini telah berhasil meraih kesejahteraan. Pada kita yang telah sejahtera itu, jelas terlihat bahwa pendidikan adalah hulunya. Karena pendidikanlah, maka terbuka peluang hidup lebih baik. Pendidikan itu seperti tangga berjalan yang mengantarkan kita meraih kesejahteraan yang jauh lebih baik. Pertanyaannya, sudahkah kita menengok sejenak pada dunia pendidikan yang telah mengantarkan kita sampai pada kesejahteraan yang lebih baik? Pernahkan kita mengunjungi sekolah kita dulu? Pernahkah kita menyapa, bertanya, kabar dan kondisi, serta berucap terima kasih pada guru-guru yang mendidik kita dulu? Bagi kita yang kini telah berkiprah di luar dunia pendidikan, mari kita luangkan perhatian. Mari ikut terlibat, memajukan pendidikan. Mari kita ikut iuran untuk membuat generasi anak-anak kita bisa meraih yang jauh lebih baik dari yang berhasil diraih oleh generasi kita ini. Dan iuran, paling mudah adalah kehadiran. Datangi sekolah, datangi guru, datangi anak-anak pelajar, lalu terlibat untuk berbagi, untuk menginspirasi, dan terlibat untuk ikut memajukan dunia pendidikan kita.

Bapak, Ibu, dan hadirin yang mulia

Wajah masa depan kita berada di ruang-ruang kelas, memang. Akan tetapi, hal itu bukan berarti bahwa tanggung jawab membentuk masa depan itu hanya berada dipundak pendidik dan tenaga kependidikan di Institusi. Secara konstitusional, mendidik adalah tanggung jawab negara. Namun, secara moral, mendidik, adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Mengembangkan kualitas manusia Indonesia harus dikerjakan sebagai sebuah gerakan bersama. Semua harus ikut peduli, bahu-membahu, saling mensokong, dan topan, untuk memajukan kualitas manusia Indonesia lewat pendidikan.

Oleh karena itu, Bapak, Ibu, dan hadirin sekalian, peringantan Hari Pendidikan Nasional tahun ini kita mengambil tema “Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarater Pancasila”.

Kata kunci dari tema tersebut, adalah “Gerakan”. Pendidikan harus dipandangi sebagai ikhtiar kolektif seluruh bangsa. Karena itu, pendidikan tidak bisa dipandang sebagai sebuah program semata. Kita harus mengajak semua elemen masyarakat untuk terlibat. Kita mendorong pendidikan menjadi gerakan semesta, yaitu gerakan, yang melibatkan seluruh elemen bangsa: masyarakat merasa memiliki, pemerintah memfasilitasi, dunia bisnis peduli, dan ormas/LSM mengorganisasi. Berbeda dengan sekedar “program” yang “perasaan memiliki atas kegiatan” hanya terbatas pada para pelaksana program, sebuah “gerakan” justru ingin menumbuhhkan rasa memiliki pada semua kalangan. Mari kita ajak semua pihak untuk merasa peduli, untuk merasa memiliki atas problematika pendidikan agar semua bersedia menjadi bagian dari ikhtiar untuk menyelesaikan problematika itu.

Gerakan pencerdasan dan penumbuhan generasi berkarakter pancasila adalah sebuah ikhtiar mengembalikan kesadaran tentang pentingnya karakter pancasila dalam pendidikan kita. Sudah digariskan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada tuhan.

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Itulah karakter pancasila, yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional kita.

Menumbuhkembangkan potensi anak didik  seperti itu memerlukan karakteristik pendidik dan suasana pendidikan yang tepat. Di sinilah Bapak, Ibu, dan Hadirin sekalian, peringatan Hari Pendidikan Nasional, menjadi amat relevan untuk mengingatkan kembali tentang karakteristik pendidik dan suasana pendidikan. Peringatan Hari Pendidikan Nasional ini tidak bisa lepas dari sosok dari Ki Hajar Dewantara, yang pada tanggal 2 Mei merupakan hari kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia itu.

Ki Hajar Dewantara menyebut sekolah dengan istilah “taman”. Taman merupakan tempat belajar yang menyenangkan. Anak datang ke taman dengan senang hati, berada di taman juga dengan senang hati, dan pada saat harus meninggalkan taman anak-anak akan merasa berat hati. Pertanyaannya, sudahkah sekolah kita menjadi seperti taman? Sudahkah sekolah kita menjadi tempat belajar yang menyenangkan?

Sekolah menyenangkan memiliki berbagai karakater, diantaranya adalah sekolah yang melibatkan semua komponennya baik guru, orang tua, siswa dalam proses belajarnya; sekolah yang pembelajarannya memiliki ragam pilihan dan tantangan, dimana individu diberikan pilihan dan tantangan sesuai dengan tingkatannya; sekolah yang pembelajarannya memberikan makna jangka panjang bagi peserta didiknya. Pendidikan yang menumbuhkembangkan potensi peserta didik agar menjadi insan berkarakter Pancasila.

Ikhtiar besar kita untuk pendidikan ini hanya akan bisa terwujud apabila kita semua terus bekerja keras dan semakin membuka lebar-lebar partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam pendidikan. Mulai hari ini, kita harus mengubah perspektif bahwa pendidikan bukan hanya urusan kedinasan di pemerintahan, melainkan juga urusan kita dan ikhtiar memajukan pendidikan adalah tanggung jawab kita semua.

Mari kita teruskan kerja keras, kerja bersama ini. Semoga Allah SWT, Tuhan yang Mahakuasa, selalu membimbing kita agar dapat meraih dan melampaui cita-cita bangsa kita tercinta. Amin

Selamat Hari Pendidikan Nasional, Jayalah Indonesia!

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

Jakarta 2 Mei 2015

Anies Baswedan