Pewarnaan Alami Tenun Sumba

0
4797

Tenun adalah salah satu produk kebudayaan nusantara dimana proses (teknik) yang digunakan sarat kearifaan lokal. Salah satu kearifan dalam menenun ada dalam teknik pewarnaannya. Teknik pewarnaan tenun nusantara sangat kompleks dan umumnya menggunakan pewarnaan alami. Salah satu daerah pengrajin tenun ikat dengan pewarna alami adalah Waingpau, Sumba Timur, NTT.

Rumah adat Sumba Timur

Pewarnaan tenun ikat Sumba menggunakan tanamam-tanaman endemik lokal seperti tanaman Wuira (nila), akar mengkudu, serta daun dan kulit loba. Dalam pembuatannya, pengrajin tenun mengumpulkan tanaman-tanaman bahan yang banyak tumbuh di alam. Bahan dasar warna biru (indigo) dibuat dari tanaman Wuira/Nila. Dahulu, tanaman ini hanya boleh dipanen dan diolah oleh wanita. Sementara warna dasar merah dihasilkan dari akar mengkudu.

Tanaman Wuira yang telah dipanen kemudian diremas, direndam dalam air serta dicampur dengan kapur. Rendaman tersebut dibiarkan selama beberapa hari sehingga menghasilkan endapan Indigo.

Para perempuan memanen Wuira
Para perempuan memanen Wuira
Proses peremasan dan perendaman
Menyaring larutan Indigo
Bahan indigo yang telah dikeringkan

Berbeda dengan proses Indigo, bahan-bahan pewarna merah harus ditumbuk agak halus. Setelah ditumbuk, bahan-bahan tersebut direndam dan diaduk dalam air sehingga mengasilkan olahan seperti bubur. 

Sebelum benang dicelupkan ke larutan pewarna merah, terlebih dahulu dilakukan proses  perminyakan. Benang dicelupkan ke dalam larutan dari bahan-bahan alami seperti kemiri. Tujuannya agar warna merah dari larutan mengkudu dapat lebih meresap ke dalam benang. 

Akar mengkudu
Proses mengolah bahan pewarna merah
Bahan pewarna merah dan bahan perminyakan benang
Proses menumbuk bahan-bahan pewarna merah
Larutan pewarna maerah

Sebelum dicelupkan ke dalam larutan, benang diberi gambar/motif. Motif yang dibuat umumnya adalah apa yang ada disekitar mereka seperti kuda, buaya, burung dan ayam. Motif-motif yang dibuat memiliki makna dan ceritanya sendiri-sendiri, misal motif burung dan ayam yang menjadi simbol musyawarah atau ular dan udang sebagai simbol reinkarnasi.

Proses memberi motif pada benang

Tahap selanjutnya adalah pencelupan benang ke dalam larutan warna. Pencelupan dilakukan beberapa kali sesuai dengan kepekatan warna yang dikehendaki. Benang yang dicelupkan ke larutan Indigo dapat menghasilkan warna biru atau biru kehitaman, sementara benang yang dicelupkan ke larutan mengkudu dapat menghasilkan warna merah atau coklat. 

Pencelupan benang ke larutan
Menjemur benang yang sudah dicelup

Tahap akhir adalah proses menenun. Benang yang sudah dicelupkan dan dijemur hingga kering akan ditenun. Umumnya, penenun adalah para perempuan. Proses menenun rata-rata membutuhkan waktu sekitar satu minggu. Keseluruhan proses dari tahap awal hingga menjadi sebuah kain membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bisa mencapai satu tahun untuk kain ukuran besar.

Proses menenun

Kain tenun Sumba telah menjadi salah satu ikon tenun nasional dan diminati oleh pasar internasional. Banyak orang suka dengan kain Sumba ini tak hanya karena keindahannya namun juga nilai yang ada dibaliknya, terutama pewarnaan alaminya yang tidak merusak lingkungan hidup. 

Kearifan pewarnaan alami ini penting karena saat ini indutsri tekstil kita didominasi oleh pewarna kimia yang berbahaya bagi tubuh serta dapat mencemari lingkungan. Demi kelangsungan hidup dan alam, kearifan lokal pewarna alami dalam karya wastra penting untuk dilestarikan dan dijadikan pilihan.