Pesona Bumi Rafflesia di Mata Peserta Lasenas 2017

0
1567

Bengkulu- Wajah ceria dan penuh rasa keingintahuan yang tinggi ditunjukkan oleh peserta Lasenas (Lawatan Sejarah Nasional 2017) ke-14. Selama tiga hari berturut-turut, peserta yang berasal dari seluruh Indonesia ini diajak menyelami sejarah di Bengkulu. Mereka berkunjung ke tempat-tempat bersejarah, mulai dari Fort Marlborough, Rumah Ibu Fatmawati, Rumah Pengasingan Bung Karno, Museum Negeri Bengkulu hingga melawat ke Masjid Jamik Bengkulu.

Acara tahunan yang digagas oleh Direktorat Sejarah, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ini memberikan kesan yang mendalam bagi para peserta. Tak terkecuali bagi Adinda Gusticahyani, siswi SMAN 1 Seluma, Bengkulu. Berkunjung ke tempat bersejarah di tanah kelahiran sendiri memang bukan pertama kali baginya. Kendati demikian ia pun lebih tahu bahwa Bengkulu menjadi bagian dari merdekanya Indonesia.

“Ini sesuatu yang baru buat saya, jadi lebih mengeksplor lagi. Kalau selama ini kan melihat tanpa tahu ceritanya, lihat sekilas. Tapi di sini semua dijelasin. Saya jadi lebih tahu lagi daerah-daerah sejarah apa saja yang ada di Bengkulu ini,” ujar peserta asal Bengkulu ini.

Seperti kunjungan di Rumah Ibu Fatimah misalnya, ada bingkaian cerita kemerdekaan lewat jahitan bendera Merah Putih oleh ibu negara pertama Indonesia itu. Lewat penuturan dari tokoh masyarakat setempat membuat Adinda paham akan peranan Fatmawati, yang juga putri kebanggaan Bengkulu.

Uniknya lagi, banyak peserta berasal dari luar daerah  yang kerap menjadikan Adinda sebagai ‘pemandu wisata’.

“Mungkin karena saya dari Bengkulu makanya teman-teman banyak yang bertanya, saya kayak pemandu wisata mereka. Kebanyakan dari mereka kan tahunya daerah-daerah yang indah itu ada NTT atau NTB, tapi ternyata Bengkulu tidak kalah indah dari itu,” tambahnya lagi.

Perspektif lainnya perihal budaya dan sejarah Bengkulu ditangkap secara berbeda oleh peserta asal Yogyakarta, Muhammad Galang. Siswa kelas 11 IPS dari SMAN 5 Yogyakarta ini menganggap pemerintah setempat dapat memanfaatkan potensi Fort Marlborough sebagai destinasi sejarah untuk wisatawan mancanegara.

“Saya sangat tertarik waktu berada di Fort Marlborough. Saya lihat di sini prospeknya besar untuk dikembangkan sebagai wisata yang lebih bagus dari yang sekarang, hanya mungkin pengelolaanya perlu ditingkatkan lagi. Selain punya nilai sejarah, lokasinya yang berdekatan dengan pantai juga menjadikan bentengnya punya pemandangan yang indah. Jadi di sini kita bisa maknai sebagai sarana rekreasi, yang bisa dikembangkan lagi menjadi pendapatan daerah masyarakat setempat,” ucapnya, lugas.

Kecintaan Galang terhadap sejarah dimulai sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar. Dimulai dengan gemar membaca buku pelajaran sejarah membuat kecintaannya terhadap budaya-budaya di Indonesia makin tinggi. Karena semangat itulah ia akhirnya memberanikan diri membuat karya tulis dan mendaftarkan diri sebagai peserta Lasenas 2017.

“Suka sama hal yang berbau sejarah itu tidak bisa diungkapkan. Seperti membaca buku novel tapi ceritanya nyata. Bagi saya sejarah bukan cuma hapalan tapi juga pelajaran. Ketika kita mau memajukan bangsa tapi kalau tidak paham sama sejarah sendiri, itu seperti tidak punya identitas. Ibaratnya kita tidak punya nama dan kepribadian. Saya ingin berkontribusi untuk kemajuan bangsa,” tukasnya, penuh optimis.

Mencetak generasi muda yang cerdas dan berprestasi dapat dimulai dengan mengenal kembali sejarah-sejarah di suatu daerah. Ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Puan Maharani saat pembukaan Lasenas 2017 yang berlokasi di Rumah Pengasingan Bung Karno. Acara ini juga dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, Direktur Sejarah Triana Wulandari, Wakil Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah serta tamu kehormatan lainnya.