Perkembangan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir

0
1600

Berbagai sudut pandang mengenai laut, nelayan, poros maritim, dan sebagainya telah lahir. Sebuah penelitian Bambang Purwanto mengemukakan bahwa ruang laut di sisi barat Pulau Sumatera secara historis telah lama menjadi bagian dari hubungan antardaerah di Indonesia hampir tidak mendapat tempat dalam ruang sejarah Indonesia. Bahkan hingga saat ini, ruang laut dianggap kategori pra-sejarah.

“Ruang laut sebenarnya tidak cukup mampu membangun kemodernan dan keberadaban Indonesia. Akibatnya, yang berkembang adalah ruang laut sebagai mitos, sedangkan kenyataan hanya hadir dalam ruang darat,” tukas Bambang.

suasana-diskusi-panel-subtema-3

Berbeda dengan Bambang Purwanto, dalam penelitian yang dilakukan oleh Henny Winarsih mengungkapkan bahwa wilayah pesisir memiliki potensi sumberdaya yang besar. Henny menjelaskan bahwa wilayah pesisir dapat dikembangkan menjadi wilayah perkotaan yang potensial sejauh pengelolaan dan pengembangan wilayah pesisir terkait dengan sumber daya alam, jasa lingkungan pesisir, dan lautan dikelola secara berkelanjutan.

Dalam diskusi, Rusjidi Ali Muhammad juga memaparkan penelitiannya yang berjudul Senjakala Peran dan Fungsi Panglima Laot di Aceh. “Keberadaan nelayan Aceh di bawah pimpinan Panglima Laot, memiliki tradisi lokal yang khas yang telah berjalan secara turun temurun dan berabad-abad lamanya,” jelas Risjidi. Namun, adanya perkembangan budaya dan teknologi masa kini mulai menggerus posisi Panglima Laot dengan Peradilan Adat Laot yang menjaga norma kehidupan nelayan di Aceh.

“Saya mengharapkan adanya upaya advokasi dan penguatan peran Panglima Laot agar lembaga adat yang menyimpan potensi besar bagi kemajuan dunia nelayan dapat lebih terjaga,” Rusjidi menjelaskan. Diskusi yang berjalan selama dua jam ini diselenggarakan di Candi Penataran II, Grand Sahid Jaya Jakarta, Selasa (8/11).