Malang – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali menggelar Pekan Nasional Cinta Sejarah (PENTAS). Acara yang digawangi Direktorat Sejarah ini terselenggara di Universitas Negeri Malang dan diikuti oleh ratusan pelajar SMA yang ada di seluruh Indonesia.
“Tujuan acara ini adalah mengajak anak-anak muda Indonesia untuk lebih mengenali Indonesia dari sisi sejarah. Sebab kita menyadari, tanpa adanya sejarah, kita tidak akan ada di sini saat ini,” jelas Kasubdit Sejarah Nasional, Amurwani.
Mengenal Indonesia, lanjutnya, harus dimulai dari mengenal diri sendiri. “Bila sudah mengenal siapa diri kita, kita tentu akan mencari tahu dan akhirnya memahami dari mana kita berasal. Bila sudah mengetahui dari mana kita berasal, kita akan berjuang untuk menjaga dan mempertahankannya dengan sungguh-sungguh,” Ia menambahkan.
Tahun ini, PENTAS telah memasuki tahun keenam. Tema ‘Nasionalisme dan Perang Kemerdekaan dalam Perspektif Lokal’ diangkat sebagai salah satu ajakan kepada kaum muda untuk mempertahankan dan memperjuangkan Indonesia dalam perspektif ilmu pengetahuan.
“Anak-anak muda saat ini harus tahu bahwa kemerdekaan Indonesia diraih dengan darah dan air mata, sehingga mereka bukan lagi sekedar harus tahu tetapi wajib mengenal jati diri bangsanya, dengan lebih dulu mengenal daerahnya sendiri atau pengetahuan lokal, tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Di situ bumi di pijak, di situ langit dijunjung,” Amur menambahkan.
Menurutnya, saat ini perang bukan lagi dengan bambu runcing dan senjata, namun dengan pengetahuan kenegaraan. Sehingga, bila mereka mengenal secara lebih dalam tentang negaranya, mereka akan merasa memiliki, menjaga, dan membela negaranya dengan cara apapun.
Ragam lomba dihadirkan untuk menumbuhkan daya kreativitas anak-anak muda Indonesia dalam berpikir dan berdialektika. “Di sini, kami coba ajak mereka dengan cara lomba-lomba, seperti lomba karya tulis sejarah, cerdas sejarah, tutur sejarah, dan komik sejarah. Nanti akan kami selipkan juga tayangan-tayangan film dokumenter sejarah, dialog kesejarahan, dan sarasehan. Dengan lomba-lomba ini, pasti mereka akan membaca buku, mencari tahu dari berbagai referensi, dan akhirnya belajar tentang dirinya sendiri, daerah tempat tinggalnya, dan akhirnya belajar tentang negara Indonesia,” tukas Amur.