Yogyakarta – Rangkaian kegiatan Lasenas 2016 secara resmi dibuka dengan pemukulan gong oleh Wakil Gubernur Yogyakarta Paku Alam X dan Direktur Sejarah Triana Wulandari. Tak hanya 200 peserta yang terdiri dari siswa SMA, Balai Pelestarian Nilai Budaya, guru Sejarah, saksi sejarah, keluarga pahlawan, Lembaga Swadaya Masyarakat, pengampu kepentingan di bidang sejarah, narasumber, dan wartawan yang tampak antusias menyambut kegiatan ini. Komunitas pun turut meramaikan acara pembukaan, Senin (25/7), di Bangsal Kepatihan Yogyakarta.
Melalui aksi pawai kostum dari Komunitas Historia Indonesia yang bekerja sama dengan Komunitas Jogjakarta 1945, memberi inspirasi dan mengingatkan perjuangan pahlawan kita. Tak hanya itu, mereka juga mengajak tamu yang hadir untuk memahami nilai kepahlawanan dan arti dari perjuangan para tokoh.
Ditemui disela-sela sesi foto bersama, Uun, anggota komunitas mengungkapkan bahwa Komunitas Jogjakarta 1945 kerapkali melakukan reka ulang sinektor. “Semua yang saya dan teman-teman kenakan ini harus disesuaikan dengan apa yang digunakan pada jaman dahulu,” jelasnya. Terlihat baju, senapan replika yang digenggam, topi, tas maupun perlengkapan lainnya memang terlihat mirip dengan yang dikenakan pahlawan dahulu.
Salah satu anggota meniru Jenderal Sudirman, mulai dari baju yang digunakan, topi, tongkat dibuat sangat mirip. “Ini salah satu upaya kita dalam uri-uri perjuangan para pahlawan,” tambah Wahyudi, anggota komunitas Jogjakarta 1945. Dalam bahasa Indonesia uri-uri dikenal dengan melestarikan. Wahyudi pun menuturkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari Ia kerapkali mengenakan pakaian jaman dahulu tersebut. Selain rasa nasionalisme yang tinggi, Ia mengaku cukup senang dan nyaman mengenakan pakaian maupun peralatan lain dengan desain jaman dahulu (tas, sabuk, dll).