“SETIAP PRESIDEN INGIN BERBUAT TERBAIK UNTUK BANGSA DAN NEGARANYA” Susilo Bambang Yudhoyono

Setiap Presiden Ingin Berbuat Yang Terbaik Bagi Bangsa dan Negaranya.

Bogor (14/2) Bung Karno pernah mengatakan “Jas Merah”, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sejarah memang harus menjadi cermin dan pelajaran bagi generasi masa depan. Tanpa menengok sejarah, kita tak akan pernah tahu pelajaran apa yang dapat kita petik dari para pendahulu bangsa. Namun demikian, dalam politik hubungan antar generasi terkadang mengalami pasang surut. Misalnya Orde Baru yang kurang akrab dengan Orde Lama, ataupun Orde Reformasi yang dijadikan pembeda terhadap Orde baru. Bila perbedaan dan demarkasi itu hanya pada visi dan garis politik, tidak menjadi masalah. Tetapi bila pergantian masa pemerintahan bukan untuk disandingkan, tetapi diperbandingkan secara tajam, maka yang dirasakan seakan tidak ada lagi kesinambungan. Oleh karena itu rakyat memandang seakan pergantian rejim atau pemerintahan di negeri ini sulit sekali dalam kondisi yang soft landing, yang sesungguhnya kondisi seperti itu sangat diharapkan dan didambakan oleh rakyat.

Melihat gejala yang kurang sehat dalam tradisi politik kita tersebut, Presiden SBY bertekad untuk mengubah keadaan agar hal tersebut tidak boleh berkepanjangan. Pasalnya, ia berkeyakinan bahwa sekeras apapun persaingan politik antar pemimpin, tidak boleh menggerus sendi-sendi kebangsaan kita. Dalam kalimat lain, politik hanyalah urusan lima tahunan (pemilu), sementara bangsa ini urusan generasi ke generasi. Maka menjadi keniscayaan bagi setiap pemimpin untuk menghormati dan menjalin komunikasi dengan pemimpinpemimpin sebelumnya. Berangkat dari keyakinan tersebut, Presiden SBY merintis pendirian Museum Presiden Republik Indonesia yang dinamakan Balai Kirti. Museum ini terletak di kompleks Istana Bogor dengan dikelilingi alam yang hijau.

Mungkin bagi kita mendengar kata Museum Presiden terasa biasa saja, datar. Tetapi bagi orang-orang dari luar negeri, mereka tentu akan terkejut, terkejut karena baru di tahun 2014 Indonesia membangunnya. Khususnya bagi orang-orang yang berasal dari negara demokrasi. Pasalnya Indonesia sebagai negara besar dengan 240 juta penduduk, sudah merdeka 69 tahun dan menjalankan demokrasi, seharusnya sudah memiliki museum presiden sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu. Tapi itulah faktanya, bahwa kita baru membangunnya saat ini, dengan inisiator Presiden SBY.

Di Balai Kirti ditampilkan berbagai memorabilia para pemimpin bangsa dari zaman Presiden Soekarno, Suharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri hingga Presiden SBY. Masyarakat yang berkunjung akan menemukan bagaimana pemikiran Bung Karno, jasa pembangunan Pak Harto, warisan BJ Habibie, pruralisme Gus Dur, Bu Mega sebagai Presiden perempuan pertama dan transformasi Indonesia menuju Indonesia yang makin maju, demokratis, adil dan sejahtera. Karya-karya besar pemimpin bangsa ditampilkan secara terhormat agar menjadi pembelajaran bagi generasi masa depan bahwa “Setiap Presiden Ingin Berbuat Yang Terbaik Bagi Bangsa dan Negaranya”. Dan itulah ungkapan semangat Presiden SBY yang terukir dalam Prasasti Balai Kirti, Bogor.

Dan bukan hanya berhenti pada museum, Presiden SBY juga mengaplikasikan tekadnya untuk terjadinya pergantian kepemimpinan secara baik dan damai, melalui komunikasi intens dengan presiden terpilih 2014, Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menetapkan pemenang Pilpres 2014, SBY mengusulkan transisi pemerintahan, sehingga pada hari H pelantikan presiden baru, Jokowi bisa langsung bekerja karena sudah mendapatkan masukan yang komprehensif dari SBY selama masa transisi. Bahkan untuk pertama kalinya dalam sejarah Republik Indonesia, SBY mengadakan upacara penyambutan penggantinya di Istana Negara lengkap dengan karpet merah dan upacara militer, sebagai penghormatan kepada presiden terpilih, pilihan rakyat. Sumber : Buku Presiden Republik Indonesia 1945-2014 (Doni Fitra)