Membangun Rumah Indonesia melalui NKRI

Sukarno

Bogor (9/5) Pada tanggal 28 Desember 1949 Sukarno dengan rasa penuh kemenangan kembali ke Jakarta. Sukarno dengan menggunakan Pesawat Garuda Indonesia yang merupakan pesawat eks KLM yang dicat ulang dan diganti dengan lambang Garuda. ada 2 pesawat Garuda Indonesia yang membawa rombongan Sukarno yang mendarat di Bandara Kemayoran. Yang pertama kali keluar adalah pengawal kehormatan yang membawa Sang Merah Putih, bendera pusaka yang dijahit kembali oleh Mutahar. Kedatangan Sukarno disambut rakyat dengan gegap gempita. Sukarno yang baru 2 hari dilantik menjadi Presiden RIS di Siti Hinggil Keraton Yogyakarta, tidak pernah melupakan sambutan yang penuh rasa kemenangan dan persatuan itu.

Ketika memasuki Istana Merdeka, Sukarno agak tertegun dengan kondisi istana. Ia melihat bangunan putih yang kosong melompong. Semua perabotan telah dibawah dan dihancurkan. Kaca-kaca dipecahkan, lampu-lampu hilang, bahkan engsel pintu pun tidak lagi berpungsi dengan baik. Beranda depan dirobohkan dan Sukarno seakan-akan berfikir bahwa kemerdekaan yang diperoleh memang penuh perjuangan dan didapat dengan duraian air mata dan darah.

Akibat krisis politik internal dan desakan untuk segera berbuat dari masyarakat menyebabkan negara-negara federal banyak yang memerdekakan diri yang dimulai dari negara bagian Pasundan, diikuti oleh negara bagian lainnya. Akhirnya, pada tanggal 15 Agustus 1950 Negara Kesatuan Republik Indonesia resmi berdiri kembali. Sukarno dan anggota DPR dan Senat bersepakat bahwa kita harus kembali ke NKRI dan pada tanggal 17 Agustus 1950 secara resmi NKRI berdiri dengan Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta. UUD 1950 menjadi landasan konstisional dari sistem demokrasi parlementer.