Koleksi Presiden Abdurrahman Wahid

Sertifikat Penghargaan Mag Say Say dari Manila 1993 (Leadership)

Bogor (3/7) Presiden RI ke-3 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur terkenal dengan slogan “Gitu Aja Kok Repot”, selalu terlihat bersahaja dan santai dalam setiap kesempatan. Gusdur lahir di Jombang pada tanggal 7 September 1940, Gus Dur merupakan seorang tokoh muslim yang pemimpin NU. Gus Dur memulai kegiatan berpolitik praktis ketika keterlibatannya di PKB atau Partai Kebangkitan Bangsa adalah pembuka jalan untuk meraih kursi presiden Indonesia, menggantikan Habibie pada tanggal 20 Oktober 1999. Gus Dur menjabat sebagai Presiden Indonesia hingga tanggal 23 Juli 2001.

Pada masa pemerintahannya, Gus Dur dikenal sebagai Bapak Pluralism, karena beliau sangat menghargai keberagaman dalam berbagai hal, terutama keberagaman suku, agama, dan ras. Saat memimpin, Gus Dur berani mendobrak diskriminasi pada warga Tionghoa. Gus Dur diakui sebagai tokoh yang gigih dalam mempertahankan prinsip pluralisme Indonesia serta memperjuangkan perlindungan hak azasi masyarakat sipil dan hak kaum minoritas. Hal ini dilakukan untuk menjaga eksistensi NKRI. Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan Tahun Baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967 tentang larangan kegiatan perayaan Imlek. Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (libur hanya bagi yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.

Kali ini Museum Kepresidenan RI Balai Kirti menampilkan koleksi milik Presiden Abdurrahman Wahid. Koleksi itu adalah Sertifikat Penghargaan Mag Say Say dari Manila 1993 (Leadership). Piagam ini terbuat dari kertas berukuran A4 dengan warna putih dan coklat muda. Tulisan berbentuk tulisan latin dan berbahasa Inggris.