Abdurrahman Wahid dalam Pendidikan Karakter di Indonesia

Presiden Abdurrahman Wahid / Gus Dur

Bogor (20/1) Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Dur lahir di Desa Denayar Jombang Jawa Timur. Beliau adalah putra sulung dari enam bersaudara, ayahnya bernama KH Wahid Hasyim dan Ibunya bernama Solihan. Dalam penanggalan Islam Abudrrahman Addakhil akhir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 yakni 4 Sya’ban 1359 H sedangkan dalam kalender Masehi 7 September 1940.Gus Dur sejak kecil tumbuh dalam lingkungan islam yang kental, Kakek ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

Walaupun lahir dari keluarga pesantren GUSDUR mengenyam Pendidikan di sekolah rakyat swasta di Jakarta, SR Kris dan SR Perwari selanjutnya Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP). Pada saat di SMEP di Yogyakarta beliau juga mengikuti pendiidikan di Pesantren AL-Munawir, Krapyak Yogyakarta. Pada tahun 1957, setelah lulus dari SMP, Wahid pindah ke Magelang untuk belajar di Pesantren Tegalrejo dibawah asuhan Kiai

Sejak masa kanak-kanak Gusdur hobi membaca, walaupun menjadi santri beliau tidak hanya belajar ilmu agama akan tetapi membaca buku-buku dari berbagai belahan dunia. Adapun buku yang sering beliau baca adalah buku filsafat, tasawuf, serta novel-novel yang notabennya saat itu buku-buku tersebut sangat dibatasi bagi santri muda. Kegemaran dalam membaca buku membuat Gusdur berkembang menjadi seseorang yang humanis. Beliau juga mampu menyatukan paham element tradisional dan element modern sehingga pemikirannya pun sangat visioner jauh kedepan melewati zamannya.