You are currently viewing Persiapan Sidang Sumpah Pemuda

Persiapan Sidang Sumpah Pemuda

  • Post author:
  • Post category:Berita

Sebelum dicetuskannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, para pemuda telah mengadakan persiapan yang matang. Suatu badan yang seolah-olah braintrust itu umumnya terdiri dari bekas anggota perhimpunan Indonesia (PI). Diantara mereka itu adalah Mr. Dr. Moh.Nazif  (Kakak dari Mr. Moh. Tamzil), Arnold mononutu, Mr. Sartono, dan Mr. Sunario.

Moh. Nazif adalah seorang anggota PI yang berhasil menghindarkan diri dari penangkapan pemerintah Belanda di negeri Belanda. Ia datang ke tanah air melalui Paris dan Kuala Lumpur.

Dari pihak mahasiswa Jakarta yang menjadi anggota braintrust adalah Amir Syarifuddin, Sunarko, Moh. Yamin, dan Moh. Sigit.

Didalam pembicaraan braintrust telah didapat kebulatan kata, dan sebagai hasil dari tinjauan yang mendetail dan mendalam :

  1. Gerakan pemuda harus membina bangsa Indonesia.
  2. Membina bangsa Indonesia yang dimaksud ialah “Nation Buliding”, dan hanya dapat dilaksanakan  dengan melemparkan dasar kepulauan atau ide “Insularisme”, dan sebaliknya menanam dasar kesatuan atau unitarisme. Dengan federalisme dan insularisme bangsa Indonesia tidak akan terhimpun sebagaimana mestinya.
  3. Sebagai akibat tinjauan diatas, maka segala perkumpulan pemuda yang berdasarkan insularisme harus dilebur, dan diatas leburan itu dibentuk badan fusi “Gerakan Indonesia Muda”. Pembentuk Gerakan Indonesia Muda tentu akan mengakibatkan semakin cepatnya peleburan partai-partai politik yang masih berdasarkan insularisme.

Pengambilan inisiatif untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda II ialah pemuda-pemuda PPPI.

Personalia pengurusnya ialah :

Ketua : Sugondo Djoyopuspito ( PPPI )
Wakil Ketua : Djoko Marsaid alias Tirtodiningrat ( Jong Java )
Sekretaris : Mohammad Yamin ( Jong Sumatranen Bond )
Bendahara : Amir Sjarifuddin ( Jong Bataks Bond )
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai ( Jong Islamieten Bond )
Pembantu II : Kotjosungkono ( Pemuda Indonesia )
Pembantu III : Senduk ( Jong Celebes )
Pembantu IV : J. Leimena ( Jong Ambon )
Pembantu V : Rohjani ( Pemuda Kaum Betawi ) ( Lihat 29 h.50 )

Kongres Pemuda II ini dihadiri oleh wakil-wakil dari organisasi-organisasi pemuda seluruh Indonesia yaitu : Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi, dan Perhimpunan PelajarPelajar Indonesia (PPPI) sendiri.

Tokoh-tokoh partai politik juga banyak yang hadir yaitu dari Partai Sarekat Islam, Peguyuban Pasundan, PPPKI, Timoreesch Verbond, PNI, serta Budi Utomo. Anggota Volksraad juga ada yang datang misalnya Sujono, dan Tjokorda Gede Raka Sukawati. Demikian pula orang-orang Belanda terkenal juga ikut hadir misalnya Dr. Pijper (Adviseur Voor Inlandse Zaken), dan Van Der Plas (Ahli Islamologi).

Wakil-wakil PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia) suatu federasi kepanduan yaitu Mr. sunario (Ketua), Moh. Roem, dan Mawardi sebagai sekertaris berada pula ditengah-tengah hadirin.

Kemudian JE Stokvis, Dahler, dan Dominee Van Horn juga datang. Demiokian pula Mr. Sartono, Moh. Husni Thamrin dan R. Kusumo Utojo juga ikut hadir yang masing-masing mewakili partainya (PNI, Kaum Betawi dan BU).

Wakil-wakil pers pun tidak ketinggalan misalnya wakil Pers Indonesia, dan Tionghoa nampak hadir. Selain daripada itu amanah dari tokoh-tokoh politik dan tokoh masyarakat ikut dibacakan : Ir. Sukarno (Partai nasional Indonesia),

Perhimpunan Indonesia dari negeri Belanda, Perhimpunan Indonesia di Kairo, Taher Merah sutan dari Padang, Ibrahim Dt Tan Malaka dari Kanton Tiongkok.

Tentu saja tidak ketinggalan wakil dari pemerintah Hindia Belanda baik yang resmi maupun yang tidak resmi. Wakil resmi pemerintah Hindia Belanda adalah seorang Patih Bangsa Indonesia, ia belum mengerti arti pergerakan pemuda, dan belum bisa menghayati semangat nasionalisme. Memang orang-orang seperti ini sering diperalat oleh pemerintah Hindia Belanda, untuk menindas gerakan nasionalisme, dan juga menindas perlawanan rakyat Indonesia.

Disamping itu pemerintah Hindia Belanda seperti biasa menyebarkan mata-matanya dalam jumlah yang banyak. Mereka siap melaksanakan tugas yang diberikan dari atas, dan setiap gerak-gerik dari pemuda yang mencurigakan, atau dianggap mencurigakan, terus-menerus mereka amati dan perhatikan dengan teliti. Badan mata-mata resmi pemerintah Hindia Belanda terkenal dengan nama PID (Polietike Inlichtigen Dienst), PID ini sering bertindak kejam, diantara mereka banyak yang tidak mengerti persoalan, dan kadang-kadang sering membuat info (Laporan) palsu untuk menyenangkan atasannya dan merintangi jalannya pergerakan nasional kita.

Sumber : Buku Peranan Kramat Raya