You are currently viewing PERAN RRI DALAM SEJARAH KEMERDEKAAN RI

PERAN RRI DALAM SEJARAH KEMERDEKAAN RI

Siaran radio Hoso Kyoku dihentikan tanggal 19 Agustus 1945. Sejak saat itu, masyarakat menjadi buta akan informasi dan tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah Indonesia merdeka. Apalagi, radio-radio luar negeri saat itu mengabarkan bahwa tentara Inggris yang mengatasnamakan Sekutu akan menduduki Jawa dan Sumatera
.
Tentara Inggris dikabarkan akan melucuti tentara Jepang dan memelihara keamanan sampai pemerintahan Belanda dapat menjalankan kembali kekuasaannya di Indonesia. Dari berita-berita itu juga diketahui bahwa Sekutu masih mengakui kedaulatan Belanda atas Republik Indonesia dan kerajaan Belanda dikabarkan akan mendirikan pemerintahan benama Netherlands Indie Civil Administration (NICA). Menanggapi hal tersebut, orang-orang yang pernah aktif di radio pada masa penjajahan Jepang menyadari radio merupakan alat yang diperlukan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk berkomunikasi dan memberi tuntunan kepada rakyat mengenai apa yang harus dilakukan
.
Pada 11 September 1945 pukul 17.00, delegasi wakil-wakil dari 8 bekas stasiun pemancar radio Hosu Kyoku mengadakan pertemuan bersama pemerintah di Jakarta. Mereka berkumpul di bekas gedung Raad Van Indie Pejambon. Delegasi radio yang saat itu mengikuti pertemuan adalah Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto dan Maladi
.
Abdulrahman Saleh yang menjadi ketua delegasi menguraikan garis besar rencana pada pertemuan tersebut. Salah satunya adalah mengimbau pemerintah untuk mendirikan radio sebagai alat komunikasi antara pemerintah dengan rakyat mengingat tentara Sekutu akan mendarat di Jakarta akhir September 1945. Radio dipilih sebagai alat komunikasi karena lebih cepat dan tidak mudah terputus saat pertempuran.
.
Malam harinya, para delegasi tersebut kembali melakukan rapat di rumah Adang Kadarusman. Hasil akhir dari rapat itu adalah didirikannya RRI dengan Abdulrachman Saleh sebagai pemimpinnya. Tanggal pertemuan bersejarah tersebut kemudian diperingati setiap tahun sebagai Hari Radio Nasional atau Hari RRI
.
“Sekali di Udara, Tetap di Udara”
.
Sumber : www.kpi.go.id