Menyelamatkan Alam Melalui Jalan Kebudayaan

0
724

Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan melakukan kegiatan Sekolah Lapang Kearifan Lokal di Kampung Malaumkarta, Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat. Kegiatan ini merupakan implementasi usulan dari diskusi dengan berbagai praktisi budaya dan pemerhati budaya di wilayah Provinsi Papua yang dilaksanakan pada bulan Februari 2023.

Kegiatan Sekolah Lapang Kearifan Lokal merupakan upaya percepatan pemajuan kebudayaan yang dijalankan secara partisipatif bersama masyarakat adat yang dirancang sebagai program penguatan kapasitas subyek dalam rangka pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat adat

Kampung Malaumkarta,  merupakan salah satu wilayah di Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat yang dihuni Sebagian besar oleh masyarakat adat suku Moi. Para pemuda pemudi yang kemudian disebut “pandu budaya” dilibatkan untuk melakukan  proses temu kenali kebudayaan dengan cara menggali informasi kepada “empu budaya” yaitu para tetua adat, tokoh, maupun orang-orang tua yang mempunyai informasi tentang objek pemajuan kebudayaan.

Informasi-informasi itulah yang akan didokumentasikan menjadi “dokumen temu kenali”. Dari dokumen ini dapat dipetakan, apa yang akan dikembangkan dan dimanfaatkan. Program Sekolah Lapang Kearifan Lokal merupakan pendidikan tematik yang bertujuan untuk mengenalkan dan memperkuat budaya lokal, bukan hanya sebagai penguatan karakter bagi pemuda adat tetapi juga bagaimana Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) ini menjadi sesuatu yang dapat memberikan dampak bagi kesejahteraan dan ekonomi masyarakat adat sendiri.

Program Sekolah Lapang Kearifan Lokal dengan strategi secara bergotong royong melibatkan stakeholder organisasi sosial masyarakat maupun Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada dan kegiatan ini diharapkan dapat diselenggarakan secara berkelanjutan tidak hanya saat ini saja. Sehingga anak-anak muda yang menjadi subjek  itu dapat terus melakukan upaya-upaya pemajuan kebudayaan di dalam masyarakat adat mereka sendiri.

Masyarakat adat suku Moi mempunyai kepercayaan bahwa alam adalah sumber kehidupan mereka dan mereka harus menjaga keseimbangan ekosistem agar tetap lestari. Oleh karena itu, mereka mempunyai tradisi untuk memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Diantara tradisi yang berhubungan dengan menjaga alam adalah “egek”. Egek merupakan kearifan lokal suku Moi dalam mengelola sumber daya alam, yaitu berupa larangan memanfaatkan sumber daya alam di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Pesatnya perkembangan teknologi dan globalisasi, membuat budaya suku Moi mulai terkikis. Salah satunya diakibatkan kurang adanya proses pewarisan budaya dari generasi tua ke generasi berikutnya.

“Budaya di Maulumkarta Raya ini sangat banyak sekali, namun kami sebagai generasi muda hanya mengetahui beberapa budaya saja,” ungkap Opyor, Pemuda adat suku Moi yang mengikuti program Sekolah Lapang Kearifan Lokal.

Sekolah Lapang Kearifan Lokal memfasilitasi generasi muda untuk bertemu dengan generasi tua agar saling berbincang dan berdiskusi tentang pemajuan kebudayaan. Terlihat antusias mereka dalam berinteraksi, tak jarang terjadi beberapa selisih pemahaman antara keduanya. Misalnya dalam penggunaan kain penanda larangan dalam tradisi Egek. Generasi muda mengira selama ini menggunakan kain berwarna kuning, padahal sesuai penuturan empu budaya seharusnya menggunakan kain berwarna hitam. Karena hitam memiliki arti mendalam bagi masyarakat adat suku Moi, sedangkan kain berwarna kuning juga berarti larangan, namun larangan yang bersifat umum. Dari proses interaksi inilah didapatkan kesepakatan serta pemahaman mengenai esensi budaya.

“Selama ini kami kurang mengerti dengan kebudayaan yang kita miliki, dan tidak tahu harus bagaimana dengan kebudayaan ini. Namun dengan adanya pelatihan (Sekolah Lapang Kearifan Lokal) ini kami beharap kebudayaan terkhusus kebudayaan dari tanah Malamoi Malaumkarta Raya ini dapat kami kembangkan,“ pungkas Opyor.

Program Sekolah Lapang Kearifan Lokal turut mendorong para pandu budaya untuk menjadi pilot project kegiatan pemajuan kebudayaan melalui Festival Egek yang akan diselenggarakan pada bulan Juni mendatang.

Kontributor : Darus Hadi