“Pengasingan demi pengasingan ia alami, sel demi sel dimasuki , semangatnya tidak goyah. Bahkan, setelah dibuang jauh ke belahan bumi Afrika, sekembalinya ke nusantara, nasib pribumi tetap dia bela”
Demikian yang dikisahkan oleh Nanda Prasetya tentang tokoh Danuridja Setiabudi atau yang lebih dikenal dengan Dowes Dekker. Dengan gaya bahasanya yang teratur, cerita mengalir dengan sangat baik. Nanda merupakan salah satu peserta yang tampil awal dan berhasil menyuguhkan kisah tokoh sejarah menarik.
Rupanya bukan hanya penampilan siswi SMA 1 Ma’arif Singasari tersebut yang memikat perhatian para penonton. Satu demi satu peserta selanjutnya berhasil menarik perhatian dengan caranya masing-masing. Mulai dari penggunaan kostum-kostum tokoh yang mereka ceritakan, bercerita dengan iringan musik, sampai meniru gaya orasi sang tokokh. Mohammad Thomas Andika, berhasil memukau dengan kostum khas Bung Tomo dan orasinya. Ada juga peserta dengan kostum Cut Nyak Dien dan Ahmad Dahlan. Siswa-siswa dari SMA Brawijaya Smart School bahkan secara kreatif menyuguhkan musikalisasi dan teatrikal kisah Hasyim Asyari.
Lomba tutur sejarah ini adalah salah satu rangkaian acara Pekan Nasional Cinta Sejarah (PENTAS) yang merupakan bagian dari kegiatan Pekan Budaya Indonesia (PBI) di Malang. Tema acara yang diselenggarakan di Gedung Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang ini adalah “Nasionalisme dan Perang Kemerdekaan dalam Perspektif Lokal“. Sementara Lomba Tutur Sejarah secara khusus mengangkat tokoh sejarah nasional.
Lomba yang diikuti oleh pelajar tingkat SMA daerah Malang dan sekitarnya ini menarik karena memasukan unsur kreatifitas dalam menyajikan kisah sebagai salah satu kriteria penilaian, selain unsur penguasaan bahan dan kesahihan kisah. Menurut Linda, salah satu juri Lomba Tutur Sejarah, lomba ini berguna untuk mengenalkan anak muda pada tokoh nasional dan menjadikan mereka idola, tanpa harus selalu mencari idola dari luar.