Kegiatan dibuka dengan Memorial Lecture oleh Prof. Dr. Noerhadi Magetsari, yang mengenang kontribusi Prof. Dr. Soekmono, arkeolog pertama Indonesia dan ahli arkeologi klasik. Prof. Soekmono dikenal atas dedikasinya dalam riset candi-candi di Indonesia, yang menjadi tonggak penting dalam sejarah riset kebudayaan, khususnya arkeologi, di Tanah Air.
Dalam sambutannya, Kepala BRIN, Dr. Laksana Tri Handoko, M.Sc., menyatakan bahwa momen ini sangat relevan mengingat Indonesia kini memiliki Kementerian Kebudayaan sendiri.
“BRIN berperan di hulu pelestarian kebudayaan. Kami menggali manuskrip, nilai-nilai lokal, dan mengkaji tradisi untuk kemudian diserahkan kepada Kementerian Kebudayaan. Semua dilakukan dengan perencanaan matang agar narasi kesejarahan arkeologi Indonesia disampaikan dari sudut pandang ke-Indonesia-an, bukan kebaratan,” ungkapnya.
Senada dengan Kepala BRIN, Menteri Kebudayaan Dr. Fadli Zon, M.Sc., dalam pidato kebudayaannya menyoroti pentingnya narasi bangsa. Ia menekankan bahwa narasi besar bangsa bukan hanya soal kebanggaan sejarah, tetapi juga menjadi pedoman masa depan.
“Indonesia lahir bukan dari satu suku, ras, atau agama, melainkan dari sebuah kesepakatan bersama. Namun, narasi besar kita kini mulai memudar. Kita sering membanggakan diri sebagai bangsa besar tanpa memaknainya secara mendalam,” tutur MenBud.
Ia mengingatkan bahwa Sumpah Pemuda 1928 hingga Proklamasi 1945 menunjukkan perjuangan nilai-nilai kemanusiaan universal. Menurutnya, sejarah Indonesia harus ditulis ulang dengan perspektif nasional, rasional, dan ilmiah, memadukan ideologi nasionalisme dan objektivitas akademik.
“Dengan riset kebudayaan, kita harus menggali kembali nilai-nilai lokal dan filsafat yang tertanam dalam tradisi Nusantara. Narasi baru ini harus relevan secara global, menggambarkan harmoni dalam keberagaman, ketangguhan manusia Nusantara, dan kebijaksanaan lokal yang menjadi inspirasi dunia,” tutup Menteri Kebudayaan yang disambut meriah oleh 150 peserta yang merupakan mayoritas pegawai BRIN dan juga perwakilan kementerian, lembaga terkait, perwakilan Universitas Indonesia, akademisi, serta para peneliti yang berasal dari Pusat Arkeologi Nasional maupun BRIN.
Selain pidato, acara ini juga menghadirkan peluncuran dan penyerahan buku katalog manuskrip Jawa, Arab, dan Melayu dari koleksi Fadli Zon Library. Acara dilanjutkan dengan dramatic reading dan pembacaan puisi. BRIN berencana melanjutkan kegiatan serupa pada tahun-tahun mendatang, memperkuat warisan intelektual bangsa melalui pembahasan karya-karya pemimpin budaya seperti R.P. Soejono.
Memorial Lectures dan Pidato Kebudayaan ini menegaskan pentingnya riset kebudayaan sebagai landasan dalam membangun narasi identitas keindonesiaan yang kuat, relevan, dan mendunia.
*Untuk informasi lebih lanjut:
Kementerian Kebudayaan Telepon: (021) 5725542
Email: kebudayaan@kemdikbud.go.id Website: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id Whatsapp Channel: Kementerian Kebudayaan
#KementerianKebudayaan #PemajuanKebudayaan