Solo, 3 Desember 2024, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menyelenggarakan Konferensi Nasional Prasejarah Indonesia yang mengusung tema “Museum dan Situs Prasejarah: Kini dan Nanti.” Forum ini menjadi ruang strategis untuk bertukar gagasan, ide, dan pandangan terkait pengelolaan museum, situs, dan kawasan prasejarah, serta menegaskan kembali peran penting prasejarah dalam membangun identitas budaya bangsa.
Pelestarian cagar budaya membutuhkan keseimbangan antara aspek ideologis, akademis, ekologis, dan ekonomis. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, peSoloneliti, praktisi, komunitas, dan masyarakat umum sangat diperlukan dalam melindungi, mengembangkan, serta memanfaatkan museum dan situs prasejarah. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 Pasal 32 yang menegaskan tanggung jawab negara dalam memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia.
Melalui UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dan UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, nilai-nilai luhur budaya bangsa dikembangkan untuk memperkaya keberagaman, memperteguh jati diri, serta memperkokoh persatuan bangsa. Asas pelestarian cagar budaya yang berbasis Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, keadilan, keberlanjutan, dan partisipasi masyarakat menjadi dasar pijakan yang kokoh.
Indonesia merupakan bangsa besar dengan warisan budaya yang kaya sejak zaman prasejarah. Bukti kehidupan manusia purba, seperti fosil Homo Erectus di Sangiran, lukisan tangan di Gua Leang-Leang, alat-alat batu di Flores, hingga berbagai artefak lainnya, menunjukkan bahwa wilayah Nusantara telah dihuni manusia sejak ribuan bahkan jutaan tahun lalu.
Saat ini, Museum Manusia Purba Sangiran, yang diakui sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO, adalah bukti nyata peran penting Nusantara dalam sejarah panjang umat manusia. Situs ini bukan hanya milik Indonesia, tetapi juga dunia. Keberadaan Sangiran menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi ibu kota peradaban dunia.
Menteri Kebudayaan, Dr. Fadly Zon, M.Sc mengatakan bahwa riset dan penelitian tentang prasejarah menjadi hal yang sangat penting. Tidak hanya untuk menggali cerita masa lalu, tetapi juga untuk mendapatkan pelajaran berharga tentang adaptasi manusia terhadap perubahan alam dan perkembangan teknologi. Dalam konteks ini, museum menjadi jembatan antara hasil riset dan masyarakat.
“Museum dan situs prasejarah adalah bagian dari National Treasure kita. Dengan menjaga dan mengembangkannya, kita tidak hanya merawat sejarah, tetapi juga membangun identitas dan kebanggaan bangsa. Mari kita jadikan museum sebagai tempat hidup, di mana masa lalu, masa kini, dan masa depan bertemu,” tegas Menteri.
Ditambahkan oleh Menteri, Kementerian Kebudayaan juga berkomitmen mendukung digitalisasi koleksi museum, keterlibatan masyarakat, serta kolaborasi lintas sektor dalam pelestarian cagar budaya. Museum tidak hanya menjadi tempat penyimpanan artefak, tetapi juga pusat edukasi dan inspirasi bagi generasi muda.
Sebagai penutup, Menteri Kebudayaan mengajak seluruh masyarakat untuk bersinergi melestarikan warisan prasejarah Nusantara demi generasi mendatang dan memperkokoh posisi Indonesia di panggung dunia serta kembali mengungkapkan harapannya, untuk menjadikan Sangiran sebagai pusat prasejarah dunia dan Indonesia sebagai ibu kota peraban dunia. Dengan semangat yang sama, Kementerian Kebudayaan
“Saya berharap konferensi ini dapat menjadi titik tolak untuk menemukan kembali identitas budaya Indonesia. Mari kita jadikan Sangiran sebagai pusat prasejarah dunia, dan Indonesia sebagai ibu kota peradaban dunia,” pungkas Menteri Fadly Zon.
Untuk informasi lebih lanjut:
Kementerian Kebudayaan
Telepon: (021) 5725542
Email: kebudayaan@kemdikbud.go.id Website: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id Whatsapp Channel: Kementerian Kebudayaan
Siaran Berita – Menteri Kebudayaan Konferensi Nasional Prasejarah Indonesia