Menggali Kembali Akar Tradisi Silek

0
1681
kebudayaan

Silek atau dikenal awam dengan sebutan pencak silat adalah satu dari banyak kebudayaan Indonesia yang berdiaspora ke berbagai penjuru dunia. Silek sudah dipertandingkan di kejuaraan-kejuaraan tingkat internasional. Sudah pula diturunkan menjadi berbagai seni pertunjukan kontemporer seperti tari randai. Silek Arts Festival merupakan satu upaya untuk memperkuat akar tradisi silek dan menegaskannya sebagai identitas budaya masyarakat Minang.

Sumatra Barat merupakan rumah dari begitu banyak aliran silek tradisi. Tidak hanya sebagai seni bela diri, silek juga sudah menurunkan berbagai produk kebudayaan seperti tari randai yang mengambil bagian ‘mancak’ atau bungo silek yaitu gerakan pemanis silek.

Silek memang inti dari banyak kebudayaan di Minangkabau. Direktur Festival Silek Arts Festival 2018, Indra Yudha bahkan mengatakan silek adalah awal peradaban Minang. Sebabnya, Indra menjelaskan, tradisi silek mencakup empat unsur budaya yaitu mental spiritual, seni, bela diri, dan olahraga. Itulah mengapa menurutnya silek tak hanya sekadar pergerakan fisik, tapi juga melatih spiritualitas dan pikiran.

Indra menjelaskan silek merupakan bagian dari sistem masyarakat di ranah Minang. Ia dimulai dari rumah gadang, surau, sasaran atau sasana, hingga  lapau atau warung-warung tempat bergaul. Budaya silek tumbuh dari rumah gadang ketika mamak-nya mengajarkan ada istiadat dan cara berkerabat. “Sebab bagi orang Minang silek itu bentuk silaturahmi,” kata Indra.

Dari rumah, anak-anak lalu dikirim ke surau untuk melatih mental spiritual mereka sebelum akhirnya berlatih gerakan-gerakan silek di sasaran (tempat berlatih silek) berupa halaman surau. Baru setelah itu mereka mempraktikan sileknya di lapau. “Di situlah tempat ‘pertarungan’ tadi. Beradu silek yang bukan hanya adu fisik tapi juga silek kato. Bagaimana dia mengeluarkan gagasannya dan mencari titik temu,” jelas Indra.

Proses internalisasi budaya silek yang menyeluruh ini membuat Indra menyebut silek sebagai “Pakaiannya Orang Minang”. Prinsip-prinsip budaya silek terus dibawa dan melekat pada anak-anak Minang hingga ke perantauannya. Dan pada pembukaan Silek Arts Festival 2018, budaya silek tradisi itu pun dikenakan dengan bangga oleh masyarakat Minang.

Mambuka Galanggang

Indra menjelaskan, Silek Arts Festival merupakan salah satu upaya untuk menggali kembali akar budaya silek tradisional di ranah Minang. Festival ini pun dibuka dengan tata cara tradisi silek yaitu ritual mambuka galanggang. Ritual ini biasa dilakukan ketika ada sasaran atau padepokan baru yang akan dibuka. Sebagai perwaklian, panitia di atas panggung meminta izin kepada para tuo untuk menyelenggarakan Silek Arts Festival sebagai sebuah sarana pembelajaran silek sampai November mendatang. Setelah disetujui, para tuo kemudian memotong leher ayam dan memercikkan darahnya ke sekeliling area pembukaan acara di halaman Taman Budaya Sumatra Barat, 7 September 2018.

Setelah ritual mambuka galanggang selesai, acara pembukaan dilanjutkan dengan rangkaian aksi silek berbagai aliran. Mulai dari kelompok silek harimau pimpinan Edwel Yusri yang menelurkan pendekar seperti Iko Uwais, hingga kelompok-kelompok silek tradisi dari empat kabupaten Sumatra Barat.

   

Dengan menggali kembali akar budaya silek, diharapkan hal itu juga akan mendorong perkembangan kebudayaan-kebudayaan Minang lain yang merupakan produk dari silek tradisional. Dalam acara pembukaan tersebut misalnya, turut menampilkan pertunjukan tari piriang dari Kabupaten Sijunjung atau tari kontemporer yang mengambil inspirasi dari gerakan silek arahan koregrafer Ery Mefri bertajuk “Marentak Ranah Minang”.

Menuju Warisan Budaya Dunia

Dalam sambutannya, Direktur Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Hilmar Farid, menyatakan, festival ini juga menjadi medium untuk mendukung pengajuan silek sebagai salah satu warisan budaya tak benda dari Indonesia dan menegaskan silek dengan seperangkat nilainya sebagai identitas budaya masyarakat Minang dan Indonesia. Itulah mengapa Silek Arts Festival 2018 tidak hanya menyajikan aksi-aksi silek, tetapi juga program-program lain yang dapat menggali akar tradisi silek dari berbagai sisi.

Beberapa program tersebut antara lain pertunjukan dan workshop sastra lisan Minang, pameran, maestro talk, penerbitan karya sastra, dan lain-lain. Dalam festival ini juga para pendekar tuo akan memanggil murid-murid mereka dari berbagai penjuru dunia untuk ikut terlibat guna mengingatkan kembali generasi muda Minangkabau akan warisan budaya miliknya.

Rangkaian acara Silek Arts Festival 2018 diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Sumatra Barat bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di delapan kabupaten/kota di Sumatra Barat yaitu Padang Panjang, Padang Pariaman, Payakumbuh, Sawahlunto, Solok, Tanah Datar, Bukittingi. Festival ini akan dibuka pada 7 September di Kota Padang dan ditutup di Bukittinggi pada 30 November 2018.

 

Sumber: Tim Humas dan Publikasi Platform Indonesiana. www.indonesiana.or.id

Foto: Indonesiana dan BPNB Sumatra Barat