You are currently viewing Memakna Ulang Mitologi di Basoeki Abdullah Art Award #3
Konferensi pers Basoeki Abdullah Art Award #3 di Gedung FX.

Memakna Ulang Mitologi di Basoeki Abdullah Art Award #3

Museum Basoeki Abdullah kembali menyelenggarakan Basoeki Abdullah Art Award, sebuah kompetisi dalam bidang seni rupa yang ditujukan bagi para generasi muda.

Kompetisi Basoeki Abdullah Art Award #3, merupakan kegiatan yang diagendakan dalam tiga tahun sekali yang lebih dikenal dengan TRIENALLE dalam peristiwa kesenian. Kompetisi Basoeki Abdullah Art Award #3 diwujudkan sebagai upaya Museum Basoeki Abdullah untuk memberi kesempatan kepada masyarakat turut serta mengapresiasi secara langsung terlibat dalam aktifitas kegiatan Museum Basoeki Abdullah. Masyarakat yang dimaksud adalah para generasi muda berusia tujuh belas sampai dengan tiga puluh tahun dari berbagai kalangan dan segala penjuru tanah air yang beraktifitas dengan dunia seni rupa.

Tema yang diusung dalam Kompetisi Basoeki Abdullah Art Award #3 RE-MITOLOGISASI mengungkapkan ekspresi yang berasal dari karya-karya Basoeki Abdullah, terutama karya-karya yang bertema mitologi. Sejumlah lukisan seperti Djoko Tarub, Nyi Roro Kidul, Dewi Sri, maupun dunia pewayangan adalah beberapa contoh di antaranya. Dalam konteks hari ini mitologi masih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dari berbagai bidang. Di bidang politik, ekonomi, sosial, agama, hingga budaya, mitologisasi telah menjadi atmosfir yang kental, apalagi tahun 2019 merupakan tahun ambang berbagai kepentingan.

“Tema remitologisasi ini dipilih karena setiap bangsa itu jelas memerlukan cerita agar menjadi sebuah bangsa. Yang mengikat kita menjadi satu adalah narasi cerita yang sama,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid.

Untuk menjembatani pemikiran tersebut, terdapat 3 sub-tema yang akan diikutsertakan dalam kompetisi. Sejumlah sub-tema ini diharapkan dapat membantu para perupa untuk mengimplementasikan pemikiran kreatif dan menjadi catatan peristiwa terkini dalam perspektif  budaya teraktual, sub-tema tersebut yaitu :

  1. Re-mitologisasi Kebangsaan. Sub-tema ini mengekplorasi tentang tradisionalisme, kebangsaan, spiritualitas/agama yang merujuk pada kemunculan perubahan dunia terhadap peran dan keberadaan mitologi.
  2. Re-mitologisasi Ketubuhan. Sub-tema ini mengekplorasi dan mengangkat peran atau persoalan tubuh manusia sebagai alat untuk mengungkap berbagai hal. Kecantikan, popularitas, problem sosial dan rumahtangga adalah terkait mitos mitos ketubuhan.
  3. Re-mitologi Lingkungan. Sub-tema ini mengungkap mitos-mitos tentang alam dan lingkungan sekitar. Sub-tema ini berfungsi untuk mengingatkan tentang kepedulian kita terhadap semesta.

Kompetisi Basoeki Abdullah Art Award #3 akan dinilai oleh tim juri yang terdiri dari  Amir Sidharta (Pengamat Seni dan Pendidik di UPH), Djuli Djatiprambudi (Kurator Seni dan Guru Besar UNESA Surabaya), Irawan Karseno (Ketua Dewan Kesenian Jakarta), Mikke Susanto (Kurator dan Staf Pengajar ISI Yogyakarta) dan Rikrik Kusmara (Kurator dan Dosen FSRD ITB). Kelimanya diampu untuk memilih lima karya terbaik dari karya para peserta yang turut ambil bagian mengirimkan karyanya dalam Basoeki Abdullah Art Award #3. Lima karya terbaik pilihan juri tersebut nanti akan mendapatkan piagam penghargaan dan dana pembinaan dengan total 125 juta rupiah.

Kompetisi Basoeki Abdullah Art Award #3  ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi para generasi muda untuk meneladani sikap kerja keras, kreatif dan sportivitas yang mampu membentuk insan dan ekosistem seni rupa yang berkarakter dan tetap mempunyai rasa cinta tanah airnya. Dengan selalu bersikap, berpikir melalui membaca lingkungannya baik tradisi maupun sudut pandang moderen. Selain itu, “Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi para generasi muda seni rupa untuk menggali potensi serta mengasah kreativitas khususnya dalam berkarya.

Hilmar menuturkan kompetisi ini menjadi kesempatan bagi generasi muda untuk bersikap kreatif dan menumbuhkan rasa cinta terhadap Tanah Air dan akar budayanya. Dengan perlombaan ini peserta dituntut berpikir dan membaca lingkungannya menjadi tradisi dari sudut pandang yang modern.

“Kompetisi ini tepat waktu di zaman revolusi industri 4.0 ingin dimensi spritual dan naratif itu menjadi sangat penting. Remitologisasi dari segi spiritual atau mitologis yang sebenarnya mengikat kebersamaan kita,” tutup Hilmar.