You are currently viewing Goresan Kanvas Basoeki Abdullah di Benua Eropa
Basoeki Abdullah bersama Maya di Benua Eropa ketika saat melukis Ketika Tuhan Murka

Goresan Kanvas Basoeki Abdullah di Benua Eropa

Terhitung hampir separuh hidup Basoeki Abdullah dihabiskan di luar Indonesia. Setengahnya berada di Eropa. Lantas apakah Ia melupakan Tanah Airnya?

Di masa revolusi, rupanya Basoeki Abdullah tidak berada di Tanah Air. Apa sebab, kita tidak tahu. Barangkali karena istrinya wanita Belanda, yaitu Maya Michel. Sehingga ia merasa tidak aman, mungkin takut dicurigai. Adapun titik temu antara Basoeki dan Maya, keduanya sama-sama seniman dan seniwati. “Dia teman baik, seni tak bisa putus”, demikian Basoeki Abdullah pernah berkomentar kepada penulis mengenai hubungannya dengan Maya.

Selama beristrikan Maya, karya-karya Basoeki banyak yang berbobot. Selama di Eropah yang kedua ini, Basoeki tampak sudah lebih matang. Karya-karyanya senantiasa menjadi sorotan media massa apabila ia mengadakan pameran. Misalnya dalam tahun 1946, dalam De Vrije Katheder di Amsterdam, pernah diturunkan satu tulisan dengan judul “Indonesia, door Javaan en Nederlander Gezien”.

Pada tanggal 6 September 1948 bertempat di Nieuw Kerk Amsterdam sewaktu penobatan Ratu Juliana, diadakan sayembara melukis dimana Basoeki Abdullah berhasil mengalahkan 87 pelukis Eropah, dan ia keluar sebagai Juara Umum. Ia melukis Ratu Juliana dan lukisannya itu hingga kini dipasang di Istana Soestdijk.

Adapaun lukisannya tentang Pangeran Diponegoro lahir di Den Haag tahun 1949, sewaktu sedang berlangsung K.M.B. Begitu juga ia melukis Bung Hatta, Ibu Rahmi Hatta, Mr. Mohamad Roem dan Sultan Hamid II di Den Haag sewaktu K.M.B.

Seperti di ketahui, selama di negeri Belanda, Basoeki seringkali berkeliling Eropah. Selain dia seorang pelukis juga pandai menari dan sering tampil dengan tarian wayang wong dengan membawakan sebagai Rahwana atau sebagai Hanoman. Dia tidak hanya menguasai soal kewayangan, budaya Jawa dimana ia berasal. Akan tetapi Basoeki Abdullah juga menggemari komposisi-komposisi Franz Schubert, Beethoven dan Paganini. Dengan demikian wawasannya sebagai seorang seniman cukup luas, dan tidak Jawa Sentris.

Dalam tahun 1946 British Press pernah menyiarkan pertunjukan wayang wong, dengan istilah “Javaansch Ballet”. Dalam tahun 1949, di Scheveningen Basoeki Abdullah pernah mengadakan sebuah pameran yang mendapat perhatian besar dari pers dan masyarakat Belanda. “Indonesische Schilder in Palace Hotel ge-exposeerd”.

Surat kabar Het Parool, edisi 4 Maret 1947 menulis “Indonesisch Schilderkunst in Rotterdam”. Media massa Al Palaxzo edisi 30 Oktober 1955 menulis “Mostra Indonesia”. O Benfica edisi 23 November 1956 menulis : “Encontros com artistas E’Escritores Basoeki Abdullah”. Media massa Novidades edisi 5 Pebruari 1956 menulis “A exposicao De Pintura de Basoeki Abdullah”.

Pernah Basoeki Abdullah berkunjung ke Spanyol, selain ia membuat sketsa-sketsa tempat-tempat bersejarah, arsitektur gaya Spanyol, pertunjukkan Banteng dengan Matador, ia juga tuangkan perjalanannya tersebut. Berupa kesan-kesan perjalanan kedalam sebuah seri artikel dengan judul : “Spanje gezien door een Indonesisch Schilder”, dimuat dalam “Wereld Nieuws” 25 e Jaargang No. 46, edisi 4 November 1953. Seri kedua berjudul : “Madrid en de Schatten van het Museo del Prado” (II). Seri ketiga berjudul : “Sterke Moorse invloeden zijn nog overal in Spanje her Kenbaar” (III). Seri keempat berjudul : “Barcelona, Stierengevechten en nog eits” (IV). Kemudian seri tulisannya yang terakhir berjudul : “Elke Spaanse Stad is een Museum op zichzelf” (V).

Roy Tjiahengan pernah menulis sebuah artikel dalam harian The Indonesian Observer, edisi No. 515 27 June dengan judul: “Indonesian Painter In Europe Basoeki Abdullah achieves great success”.

Dimanapun Basoeki Abdullah mengadakan pameran apakah di Indonesia, Eropa ataukah di Asia seperti Singapura, Tokyo dan Bangkok, senantiasa menjadi perhatian dan menempati halaman berbagai surat kabar, dan dikunjungi oleh pejabat tinggi dan tokoh-tokoh terkemuka serta masyarakat peminat seni lukis disana. Terlebih lagi Ia selalu sukses menyematkan nama Indonesia, sebuah Negara kelahirannya yang baru merdeka ke masyarakat dunia.

Sekalipun ia berkarya di Eropa, tahun 1959 Basoeki mengadakan pameran di Singapura. Ada media massa cetak yang menulis. “Artist’s Inspirations Monday’s Tete-a-Tete with Irene Lim, Two Lovely girls – Wedding Vows – Honour and obey”, dalam Singapore Standard edisi 16 February, 1959.

Dalam The Week Ender, ada judul “Pretty as A Picture”, edisi January 30, 1959. Ada juga disalah satu media asing yang menulis “Signature of the Indonesian Prince of Solo and His Wife”. Sewaktu Basoeki Abdullah akan mengadakan pameran di Tokyo, sk. The Mainchi edisi 7 June 1954 menulis berita “Indonesian artist’s exhibition to be held in Tokyo June 15-20.

Dengan demikian membuktikan, bahwa Basoeki Abdullah adalah pelukis Indonesia yang memiliki reputasi internasional periode kedua di negeri Belanda ini adalah masanya/kehidupan Basoeki dengan Maya, seorang seniman yang beristrikan seorang seniwati. Rumah tangga yang dibinanya sejak tahun 1944, ternyata berakhir dengan perceraian di tahun 1959. Di Tokyo, Basoeki Abdullah jatuh cinta dengan gadis Jepang, Miss Seistko Arima. Karena kelihatannya Basoeki cintanya serius, maka akhirnya keduanya berpisah, Maya kembali ke negeri Belanda, sedangkan Basoeki Abdullah dari Tokyo terbang ke Muangthai untuk memulai lembaran baru dalam kehidupannya.

*Disadur dari buku Biografi Basoeki Abdullah karya Solichin Salam.