You are currently viewing Goresan Bunda Maria Dalam Sentuhan Wanita Jawa
Bunda Maria dalam balutan busana Jawa karya Basoeki Abdullah

Goresan Bunda Maria Dalam Sentuhan Wanita Jawa

Interpretasi Basoeki Abdullah kepada sosok yang dikultuskan dalam agama Nasrani ini “terlepas” dari pakem pada umumnya. Jika Bunda Maria biasa diwujudkan dalam rupa  wanita timur tengah/kebaratan, imajinasinya membawa Bunda Maria muncul dalam keayuan wanita Jawa. 

Baru-baru ini dikabarkan lukisan Bunda Maria dalam balutan pakaian Jawa “ditemukan” di Serikat Jesuit Nijmejen Belanda. (Baca: https://historia.id/kultur/articles/maria-terbang-mendarat-di-gudang-Dbegl ….) Apa hal penting tentangnya? Bunda Maria yang tergambar oleh Basoeki Abdullah adalah sebuah ungkapan lokal-transedental. Subyek perempuan tersebut digambarkan berpakaian Jawa. Kesan kuat mengilhami bahwa Basoeki Abdullah tidak mencoba menggubah sosok Maria sebagaimana yang dilakukan oleh orang Barat. Artinya ia tidak memandang bahwa Maria adalah sosok manusiawi, meskipun dilukiskan secara realistik.

Pada karya lukisan ini, pelukis berupaya melukiskan subjek berdasarkan interpretasinya sendiri. Hal ini merupakan suatu keberanian dari seorang pelukis dalam mengekspresikan Bunda Maria. Melalui perenungan dari dalam dunia batinnya, pelukis membatasi dalam bentuk naturalistis yang mengemukakan suatu karya seni lukis yang sangat akulturasi. Akan tetapi di dunia Timur, baik Yesus maupun Maria ialah Manusia Ilahi–bukanlah Allah yang menjadi manusia. Maria dari Timur adalah bagian dari alam transedental dan terluput dari yang duniawi (perhatikan 2 gambar samping kanan dan kiri yang tampak tak melukiskan duniawi). Secara konseptual sama, hanya berbeda dalam penampakannya yang bersifat realistik.

Sehubungan proses penciptaannya memerlukan perenungan yang dalam dengan menggerakan alam batin maka lukisan ini cenderung termasuk aliran surealis yang digambarkan oleh pelukis dengan melukiskan tokoh utama muncul di langit yang dikelilingi awan. Di bawahnya dilukiskan gunung, lembah, pepohonan nyiur, sawah, sungai, dan bebatuan. Draperi pada kain selendang yang transparan diselesaikan dengan sempurna. Demikian pula dalam membuat motif pada busana kain panjang yang dipakainya. Menunjukkan suatu hasil kerja yang cermat dan teliti. Dalam mewujudkan awan serta pemandangan di bawahnya juga sangat baik. Sapuan-sapuan kuas lembut dimanfaatkan untuk membentuk awan. Disamping itu juga sangat cermat dalam membuat transisi dari gelap ke terang. Komposisi penempatan subjek yang dilukis sangat harmonis.

Lukisan berjudul Bunda Maria yang dilukis oleh Basoeki Abdullah sebagai karya individual ini tidak dikenal di manapun juga. Dengan kata lain lukisan ini sangat berbeda dengan lukisan Bunda Maria yang pernah ada. Lukisan ini merupakan Bunda Maria versi Jawa, dikarenakan pelukis berasal dari Jawa dan mendalami budaya Jawa. Sebagai seorang penganut Katolik, pelukis ingin melukiskan tokoh Bunda Maria sesuai dengan imajinasinya.

Pada tahun 1933 Basoeki Abdullah menerima sakramen baptis, dengan nama Franciscus Xaverius. Sebagai umat Kristiani, Basoeki Abdullah juga telah menerima sakramen penguatan iman memilih nama Agustinus, nama seorang uskup yang dikenal toleran, cerdas, dan dapat menerima kritik. Menurut kepercayaan Katolik, Bunda Maria adalah perawan suci yang telah melahirkan Yesus Kristus yang sering disebut Tuhan Putera/Isa Almasih. Dalam kepercayaan Katolik karena kasih sayangnya terhadap umat yang sedang menderita, Bunda Maria dikabarkan kadang menampakkan dirinya.

Dalam lukisan ini, Bunda Maria dilukis berada di atas alam Indonesia, berbusana Jawa, mengenakan kain batik motif parang dan baju kebaya warna biru serta kerudung dan selendang warna putih. Tebaran awan di sekeliling tubuhnya, serta di latar belakang cahaya, di bagian kaki dan kepalanya seperti aurora yang memancar dari tubuh suci tersebut. Tema lukisan ini sangat bernafaskan mitos dan lukisan ini mengingatkan kita pada lukisan-lukisan abad ke-15 yang terdapat gereja-gereja tua. Imajinasi yang bebas, sebebas orang bermimpi yang menandai gaya lukisan ini termasuk surealis.

Bunda Maria digambarkan melayang di angkasa, di sekitar kepala digambarkan lingkaran sinar berpendar-pendar dalam beberapa lapis menunjukkan kesucian yang terus memancar. Cahaya kesucian itu bersinar memancar dari seluruh tubuhnya menerangi alam manusia yang berada di bawahnya. Kedua tangannya terentang di kanan-kiri tubuh dengan telapak tangan terbuka, menunjukkan keterbukaan bagi siapapun yang mau “menghampirinya”.

Basoeki juga menandai lukisan ini dengan kesan seperti yang dimunculkan para pelukis Barok, tampak patetis dan dramatis. Pada karya Basoeki, tergambar Maria yang berduka cita seakan-akan diangkat (diperlihatkan menginjak dan diterbangkan bulan sabit) ke Surga dan melayang-layang di atas awan (karena dunia sedang bergemuruh: lihat letusan gunung di bawahnya). Karena itu Maria dari dunia Timur biasanya bercorak kaku, mulia, jauh dan seakan-akan tak berada di dunia. Roman mukanya halus, kharismatik dan mengabstraksikan kemuliaan. Segitiga sama kaki yang terlacak digambar merupakan bukti bahwa lukisan tersebut dibuat dgn keseimbangan statis alias tidak dinamis. Bisa dikatakan Basoeki melukis karya ini sama energinya dengan yang akan dilukiskan pada tahun 1950an saat ini menggambar Nyi Roro Kidul.

Alam kehidupan manusia digambarkan dengan dua gunung, satu aktif mengepulkan asap, persawahan yang subur pohonan yang menghijau serta lereng gunung penuh dengan kehijauan simbol kesejahteraan. Jadi pesan yang dikeluarkan adalah Bunda Maria memberikan kasihnya kepada seluruh alam semesta.

*Disadur dari berbagai sumber