You are currently viewing Gerakan Non Blok Berkumpul Kembali Di Museum Basoeki Abdullah
Salah satu seri lukisan GNB tengah dinilai oleh konservator untuk mengetahui kondisinya.

Gerakan Non Blok Berkumpul Kembali Di Museum Basoeki Abdullah

Setelah belasan tahun Lukisan Empat Puluh Satu Pemimpin Gerakan Non Blok berada di luar museum, pada Juli ini lukisan tersebut akan kembali “pulang” ke Museum Basoeki Abdullah.

Dikenal sebagai salah satu maestro lukis dari Indonesia, Basoeki Abdullah, tidak hanya piawai dalam melukis lanskap. Basoeki juga diketahui sebagai pelukis potret yang mumpuni sehingga ia kerap diminta untuk melukis para pemimpin negara maupun kerajaan-kerajaan. Kehebatan Basoeki Abdullah dalam melukis, khususnya lukisan potret, pun telah memberikannya gelar “Mr 12 Minutes,” karena bisa melukis seseorang seperti potret aslinya hanya dalam waktu 12 menit.

Kepiawaian seorang Basoeki Abdullah dalam melukis tidak luput dari perhatian Presiden RI saat itu, Bpk. Soeharto. Menjelang pelaksanaan Gerakan Non Blok (GNB) X dimana Indonesia menjadi tuan rumah, Basoeki Abdullah diminta untuk melukis wajah para pemimpin GNB.

Indonesia bisa dikatakan memiliki peran yang sangat penting dalam proses kelahiran organisasi Gerakan Non Blok (GNB). Lahirnya organisasi Gerakan Non Blok dilatarbelakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara-negara dunia ketiga terutama dari Asia dan Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia waktu itu karena adanya persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur.

Dengan dipelopori oleh lima pemimpin Negara Indonesia, India, Pakistan, Burma dan Srilangka, terselenggaralah pertemuan pertama di Kolombo (Srilangka) pada tanggal 28 April – 2 Mei 1952, dilanjutkan dengan pertemuan di Istana Bogor pada tanggal 29 Desember 1954. Dua konferensi diatas merupakan cikal bakal dari terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tanggal 18 April – 25 April 1955 yang dihadiri oleh wakil dari 29 negara Asia dan Afrika.

Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung merupakan proses awal lahirnya Gerakan Non Blok (GNB). Tujuan Konferensi Asia Afrika adalah untuk mengidentifikasi dan mendalami masalah-masalah dunia waktu itu dan berusaha memformulasikan kebijakan bersama Negara-negara yang baru merdeka tersebut pada tataran hubungan internasional. Sejak itu, proses pendirian GNB semakin mendekati kenyataan, dan pada proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak awal adalah Presiden Mesir Ghamal Abdul Nasser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawalharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito. Kelima tokoh ini kemudian dikenal sebagai para pendiri Gerakan Non Blok.

Adanya ketegangan dunia yang semakin meningkat akibat persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur, yang dimulai dari pecahnya perang Vietnam, perang Korea, dan puncaknya krisis teluk Babi di Kuba, hampir saja memicu Perang Dunia III. Hal itu mendorong para pemimpin Negara-negara Dunia Ketiga untuk membentuk organisasi yang diharapkan bisa berperan mengurangi ketegangan politik dunia internasional. Pembentukan organisasi Gerakan Non Blok dicanangkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I di Beogard, Yugoslavia 16 September 1961 yang dihadiri oleh 25 negara dari Asia dan Afrika. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi I tersebut, Negara-negara pendiri Gerakan Non Blok berketepatan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya kerjasama diantara mereka. Pada Konferensi Tingkat Tinggi I ini, juga ditegaskan bahwa Gerakan Non Blok tidak diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional, tetapi untuk memformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan Negara-negara anggotanya.

Gerakan Non Blok menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian Gerakan Non Blok. Konferensi Asia  Afrika pada tahun 1955 yang diselenggarakan di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung menjadi prinsip-prinsip utama Gerakan Non Blok, dan merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian Gerakan Non Blok.

Tujuan Gerakan Non Blok mencakup dua hal, yaitu tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan kedalam, yaitu mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial, dan politik yang jauh tertinggal dari Negara maju. Tujuan ke luar, yaitu berusaha meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur menuju perdamaian dan keamanan dunia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Negara-negara Non Blok menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Pokok pembicaraan utama adalah membahas persoalan-persoalan yang berhubungan dengan tujuan Non Blok dan ikut mencari solusi terbaik terhadap peristiwa-peristiwa internasional yang membahayakan perdamaian dan keamanan dunia.

Dalam perjalanan sejarahnya sejak Konferensi Tingkat Tinggi I di Beogard, Yugoslavia pada tahun 1961, Gerakan Non Blok telah 16 kali menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi, yang terakhir Konferensi Tingkat Tinggi XVI yang berlangsung di Teheran pada bulan Agustus 2012. Indonesia sebagai salah satu pendiri Gerakan Non Blok pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok yang ke X pada tahun 1992, dipimpin oleh Presiden Soeharto. Konferensi Tingkat Tinggi X ini menghasilkan “Pesan Jakarta” yang mengungkapkan sikap Gerakan Non Blok tentang berbagai masalah, seperti hak azasi manusia, demokrasi dan kerjasama utara selatan dalam era pasca perang dingin.

Konferensi Tingkat Tinggi X dihadiri oleh lebih dari 140 delegasi, dan 64 Kepala Negara. Konferensi Tingkat Tinggi ini juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Boutros Boutros Ghali. Dalam rangka mengabadikan penyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok X di Jakarta ini, Basoeki Abdullah membuat lukisan para pemimpin Negara-negara Non Blok yang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok X sebanyak 5 (lima) lukisan wajah para pemimpin Gerakan Non Blok. Lukisan ini merupakan ide dan permintaan langsung dari Presiden Indonesia saat itu, Bapak Soeharto.

Sebagian lukisan GNB yang dipajang di Gedung I Museum Basoeki Abdullah.

Para pemimpin Negara Gerakan Non Blok yang hadir dan terdapat di lukisan tersebut ialah, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad, Presiden Iran Ali Akbar Hashemi Rafsanjani, Raja Norodom Sihanouk dari Kamboja, Perdana Menteri India P.V. Narashimha Rao, Perdana Menteri Jepang Kiichi Miyasawa, Presiden Tanzania Ali Hassan Mwinyi, Presiden Namibia Sam Nujoma, Perdana Menteri Yaman Haydar Abubakar Alatas, Perdana Menteri Korea Utara Yong Hong Muk, Perdana Menteri Papua New Guinea Paias Wingti, Perdana Menteri Bangladesh Begum Khaleda Zia, Pemimpin Afrika Selatan Nelson Mandela, Presiden Palestina Yaser Arafat, Pangeran Saud Al Faisal dari Saudi Arabia, Shaik Isa Bin Salman Al-Khalifa dari Bahrain, Burhanuddin Rabani dari Afganistan, Goh Chok Tong dari Singapura, Wijetunge dari Srilangka, Albdulrahman Saad dari Qatar, Wakil Presiden Syria Abdul Halim Khaddam, Menteri Luar Negeri Mesir Amre Moussa, Fernando Messmer dari Bolivia, Raja Husein dari Jordania, dan D.S.Katopola dari Malawi.

Para pemimpin Gerakan Non Blok tersebut dilukis secara realis (apa adanya) dengan sapuan-sapuan kuas yang cepat, mengalir, tegas dan satu kali goresan yang kuat. Meskipun demikian karakter wajah pemimpin Gerakan Non Blok berhasil ditampilkan dengan akurat. Latar belakang lukisan para pemimpin Gerakan Non Blok adalah bendera Negara masing-masing yang diungkapkan secara ekspresif dan cenderung terlihat seperti karikatural.

Secara keseluruhan lukisan pemimpin Gerakan Non Blok  merupakan penggambaran visual dari pemimpin-pemimpin yang dilengkapi dengan atributnya. Lukisan tersebut mengandung pesan bahwa keberadaan Gerakan Non Blok masih solid dan kuat, meletakkan peran dan kepemimpinan Presiden Soeharto untuk periode berikutnya. Basoeki Abdullah dapat menyatukan konsep pemikirannya tentang keberadaan Gerakan Non Blok melalui karyanya yang berupa wajah para pemimpin Gerakan Non Blok. Hal ini menunjukkan kepiawaian Basoeki Abdullah dalam melukis tokoh atau model dan membaca perkembangan dari Gerakan Non Blok waktu itu.

Lukisan Pemimpin Gerakan Non Blok memiliki 5 (lima) seri. Seri pertama menampilkan 14 pemimpin yang sebagian besar berasal dari Afrika. Seri kedua turut menampilkan 10 wajah para pemimpin yang berasal dari Afrika dan Arab. Sedangkan seri ketiga juga turut menampilkan wajah para kepala negara dari negara-negara yang berasal dari Afrika dan Asia. Untuk seri keempat menampilkan 11 wajah dari pemimpin-pemimpin yang berasal dari Asia dan Amerika Selatan. Terakhir adalah lukisan kelima yang berukuran besar dan memuat seluruh wajah para pemimpin negara yang hadir di GNB X.

Dalam lukisan kelima, Empat Puluh Satu Pemimpin GNB, digambarkan wajah Presiden Soeharto dengan latar belakang bendera kebangsaan Indonesia. Hal tersebut menyimbolkan Indonesia sebagai tuan rumah dan Presiden Soeharto sebagai pemimpin GNB untuk 4 tahun kedepan. Ada hal yang menarik dalam lukisan tersebut, yakni menampilkan para pemimpin dunia yang popular sebagai tokoh yang menentang Amerikat dan sekutunya, seperti: Fidel Castro; Saddam Husein; dan Moamar Khadafi.

Tidak seperti empat lukisan lainnya. Lukisan kelima yang merupakan lukisan terbesar ini tidak berada di Museum Basoeki Abdullah. Lukisan tersebut menghiasi Graha Utama Kemdikbud, Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahkan sebelum pelaksanaan wasiat Basoeki Abdullah yang menghibahkan sepertiga harta dan lukisan koleksinya kepada negara untuk dijadikan museum. Salah satu alasan lukisan tersebut tidak berada di Museum Basoeki Abdullah adalah luas bangunan museum yang minim.

Namun pada Bulan Juli tahun 2019 ini lukisan kelima Pemimpin Gerakan Non Blok dipastikan akan kembali ke Museum Basoeki Abdullah. Setelah melalui proses panjang, terutama ke pihak-pihak terkait, Museum Basoeki Abdullah mendapatkan izin untuk membawa kembali lukisan tersebut. Keberhasilan ini pun tak lepas dari diresmikannya Gedung II Museum Basoeki Abdullah pada 11 Juni 2016. Dengan adanya ruang pamer dan ruang penyimpanan yang lebih luas, kini penyimpanan koleksi berukuran besar sangat memungkinkan.

Setelah lukisan dikirim ke Museum Basoeki Abdullah nantinya akan dilakukan kegiatan konservasi terlebih dulu oleh pihak museum yang menyertakan tenaga ahli untuk memastikan lukisan berada dalam kondisi prima. Selanjutnya akan dilakukan penataan ulang ruang pamer agar kedepannya Lukisan Empat Puluh Satu Pemimpin Gerakan Non Blok dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat sebagai salah satu karya masterpiece Basoeki Abdullah, dimana dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat mulai dari seni lukis maupun peristiwa bersejarah yang ada di dalamnya.