Jakarta – Memasuki hari kedua, Konferensi Nasional Sejarah (KNS) X siap mengupas beragam isu strategis kesejarahan terkait pembangunan karakter bangsa, pengajaran sejarah, dan perkembangan ilmu sejarah di era modern ini.
Konferensi ini akan terbagi ke dalam 5 panel, dengan 7 subtema, di antaranya Jaringan Pelayaran Nusantara; Sistem Pengetahuan dan Tradisi Bahari; Laut dalam Dinamika Kekuasaan; Laut dalam Histografi Tradisional, Sastra dan Seni; Berita Asing tentang Alam Nusantara dalam Peralihan Zaman; Dinamika Antardaerah dan Negara; dan Pemikiran Pendidikan dan Pengajaran Sejarah.
Ketujuh subtema tersebut akan terbagi lagi menjadi 3 tema yang akan dibawakan oleh para sejarawan Indonesia yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Membuka rangkaian diskusi, Diplomat Indonesia dan Ahli Hukum Laut Internasional Hasjim Djalal menjadi pembicara kunci pada Pleno II dengan materi “Visi Kelautan Indonesia dari Segi Sejarah”.
Ia menjelaskan bahwa visi kelautan Indonesia harus bersifat mendatar dan mendalam. “Mendatar yaitu yang berada di atas samudera, sedangkan ‘mendalam’ ialah yang berada di bawah samudera. Jangan lupa, kita juga punya udara di atas samudera, itu juga hak kita. Harus kita perjuangkan!” tegas Hasjim.
Hasil dari diskusi KNS X ini nantinya akan menjadi rumusan yang menjadi landasan bagi perwujudan budaya maritim sebagai lini kehidupan bangsa Indonesia.
(Foto: Lintang Banun Nastiti)