Berapa banyak yang mengaku kekinian tahu apa itu Sudamala?
Bagi pecinta budaya, Sudamala tidaklah asing karena kisah Sudamala memiliki tempat tersendiri di hati penikmatnya. Sudamala merupakan sebuah kidung yang cukup istimewa karena menampilkan sifat kerakyatan dan memuat berbagai pesan moral bagi manusia di Jagat ini. Kidung ini merupakan sebuah puisi yang popular pada masa Majapahit yang didalamnya tidak hanya mengambil tokoh-tokoh cerita Mahabarata namun juga memunculkan tokoh-tokoh lokal Jawa. Setting cerita pun dibuat seolah menceritakan Tanah Jawa masa Hindu Budha. Hal-hal inilah yang menarik P.V. Van Stein Callenfels untuk menulis buku De Sudamala in de Hindu-Javansche Kunst.
Kidung Sudamala dipahatkan di bangunan candi sebagai relief di Candi Tegowangi dan Candi Sukuh. Candi Tegowangi yang berada di Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, menyuguhkan kidung Sudamala yang dipahat dalam bentuk dua dimensi, datar, dalam panil panjang mirip kain putih melingkari dasar candi laksana tontonan wayang kulit. Senyum ramah para juru pelihara Candi Tegowangi mengiringi langkah kaki memutari candi menghayati relief kidung Sudamala yang terpampang di dinding dasar candi. Kicau burung yang bertengger bebas di pepohonan juga ikut menemani.
Membaca tulisan P.J. Zoetmulder dalam bukunya yang berjudul ‘Kalangwan’, ada beberapa adegan yang tidak ditemukan reliefnya pada candi ini. Adegan utama yang tidak ada disini yaitu adegan perkelahian antara Kalantaka Kalanjaya dengan Sadewa. Walau begitu, relief kidung Sudamala pada Candi Tegowangi ini dibandingkan dengan relief yang ada di Candi Sukuh Jawa Tengah mempunyai lebih banyak adegan cerita dan terpahat berurutan di dasar candi, berbeda dengan relief yang ada di Candi Sukuh yang hanya terdiri dari 6 adegan cerita saja dan tidak insitu.
Pokok isi kidung Sudamala adalah pensucian yang dilakukan Sadewa untuk membebaskan Dewi Uma dari noda hingga menjadi suci kembali. Dalam masyarakat Jawa, pensucian atau pembebasan dari noda masih dilakukan dalam tradisi Jawa yang dikenal dengan nama ‘ruwatan’. Upacara ruwatan ini sebagai sarana untuk membersihkan noda, kesialan dan malapetaka. Hingga kini tradisi ini dilakukan untuk meruwat diri atau untuk meruwat lingkungan, dengan tata cara sesuai adat yang berlaku. Rata-rata desa di Jawa Timur masih mempertahankan tradisi upacara ruwat desa dan memasukkannya dalam potensi wisata daerah sebagai agenda tahunan untuk menarik wisatawan.
Bagi kekinian yang selalu akrab dengan piranti canggih tidaklah sulit untuk mencapai lokasi Candi Tegowangi dengan tujuan untuk mengenal dan menikmati kidung Sudamala ini. Yang pasti, relief kidung Sudamala ini mampu menghibur pecinta budaya untuk menonton pertunjukan wayang dengan sensasi yang berbeda.