Kidung Sudamala Memeluk Candi Tegowangi

0
6686

Berapa banyak yang mengaku kekinian  tahu apa itu Sudamala?

Bagi pecinta budaya, Sudamala tidaklah asing karena kisah Sudamala memiliki tempat tersendiri di hati penikmatnya. Sudamala merupakan sebuah kidung yang cukup istimewa karena menampilkan sifat kerakyatan dan memuat berbagai pesan moral bagi manusia di Jagat ini. Kidung ini merupakan sebuah puisi yang popular pada masa Majapahit yang didalamnya tidak hanya mengambil tokoh-tokoh cerita Mahabarata namun juga memunculkan tokoh-tokoh lokal Jawa. Setting cerita pun dibuat seolah menceritakan Tanah Jawa masa Hindu Budha. Hal-hal inilah yang menarik P.V. Van Stein Callenfels untuk menulis buku De Sudamala in de Hindu-Javansche Kunst.

candi surowono
Candi Surowono tampak Selatan

Kidung Sudamala dipahatkan di bangunan candi sebagai relief di Candi Tegowangi dan Candi Sukuh. Candi Tegowangi yang berada di Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, menyuguhkan kidung Sudamala yang dipahat dalam bentuk dua dimensi, datar, dalam panil panjang mirip kain putih melingkari  dasar candi laksana tontonan wayang kulit. Senyum ramah para juru pelihara Candi Tegowangi mengiringi langkah kaki memutari candi menghayati relief kidung Sudamala yang terpampang di dinding dasar candi. Kicau burung yang bertengger bebas di pepohonan juga ikut menemani.

Sudamala1 (edited)
Musisi wanita memainkan gendang membuka cerita kidung Sudamala
Sudamala3 (edited)
Di pekuburan Gandamayu, Kunti hendak bertemu Dewi Uma yang dikutuk oleh Dewa Siwa menjadi wujud raksasa karena serong. Ibu Pandawa, Kunti, yang mengkhawatirkan anak-anaknya yang sedang melawan raksasa yang membela Kurawa, Kalantaka dan Kalanjaya yang sebenarnya adalah dua bidadari yang dikutuk oleh Dewa Siwa, meminta bantuan Ra Nini untuk membunuh dua raksasa itu.
Sudamala8 (edited)
Kunti bertemu Ra Nini, raksasa bermata lebar, dengan mulut menganga, dan rambut tebal awut-awutan, bersama dua raksasa pengiringnya. Ra Nini marah karena Kunti tidak mau menyerahkan Sadewa sebagai syarat Ra Nini mengabulkan permintaannya. Kunti melambai keluar dari Setra Gandamayu. Ra Nini mengirim pengikutnya bernama Kalika yang melayang di udara bersiap memasuki tubuh Kunti untuk membawa Sadewa kepada Ra Nini.
Sudamala4 (edited)
Kunti sudah berada di rumah untuk membawa berita keputusannya menyerahkan Sadewa pada Ra Nini. Semua Pandawa hadir, berurutan mulai dari Yudistira, Bima, Arjuna, dan yang terakhir dua kembar saudara termuda Sakula dan Sadewa. Kunti membawa Sadewa untuk diserahkan kepada Ra Nini. Adegan berakhir dengan pengikatan Sadewa di sebatang pohon. Di sebelah kirinya, Ra Nini marah dan mengancam Sadewa karena tidak mau meruwat atau mengusir kejahatan keluar dari tubuhnya. Kalika memegang batang pohon tempat Sadewa diikat dan menawarkan pembebasan bila mau menikahinya. Segala macam makhluk jahat keluar menakut-nakuti karena Sadewa menolak permintaannya.
Sudamala5 (edited)
Ra Nini sudah bertransformasi menjadi Dewi Huma kembali karena telah dibebaskan dari noda dan kejahatan oleh Sadewa yang berlutut menyembah, dan memberi nama Sudamala kepada Sadewa, dan memberi senjata sakti untuk membunuh Kalantaka dan Kalanjaya. Dewi Huma kemudian menyuruhnya pergi ke pertapaan Tambapetra untuk menyembuhkan kebutaan sang pertapa. Sadewa diiringi dua pembantunya berjalan menuju pertapaan. Pertapa Tambapetra menunangkan salah satu putrinya, Padapa, dengan Sadewa yang telah berhasil menyembuhkan kebutaannya.
Sudamala6 (edited)
Pernikahan Sadewa dan Padapa dalam sebuah bilik, dan Semar berada di luar memata-matai. Selanjutnya pertapa Tambapetra menyambut kedatangan Sakula dan menawari untuk menikahi putri kedua, Soka. Adegan berikutnya adalah penyambutan Sadewa dan Sakula dan pertapa Tambapetra oleh Kunti dan Pandawa beserta dua pembantunya, setelah berhasil membunuh dua raksasa Kalantaka dan Kalanjaya. Sadewa dan Sakula mengajak Padapa dan Soka menghadap ibundanya.

Membaca tulisan P.J. Zoetmulder dalam bukunya yang berjudul ‘Kalangwan’, ada beberapa adegan yang tidak ditemukan reliefnya pada candi ini. Adegan utama yang tidak ada disini yaitu adegan perkelahian antara Kalantaka Kalanjaya dengan Sadewa. Walau begitu, relief kidung Sudamala pada Candi Tegowangi ini dibandingkan dengan relief yang ada di Candi Sukuh Jawa Tengah mempunyai lebih banyak adegan cerita dan terpahat berurutan di dasar candi, berbeda dengan relief yang ada di Candi Sukuh yang hanya terdiri dari 6 adegan cerita saja dan tidak insitu.

Pokok isi kidung Sudamala adalah pensucian yang dilakukan Sadewa untuk membebaskan Dewi Uma dari noda hingga menjadi suci kembali. Dalam masyarakat Jawa, pensucian atau pembebasan dari noda masih dilakukan dalam tradisi Jawa yang dikenal dengan nama ‘ruwatan’. Upacara ruwatan ini sebagai sarana untuk membersihkan noda, kesialan dan malapetaka. Hingga kini tradisi ini  dilakukan untuk meruwat diri atau untuk meruwat lingkungan, dengan tata cara sesuai adat yang berlaku. Rata-rata  desa di Jawa Timur masih mempertahankan tradisi upacara ruwat desa dan memasukkannya dalam potensi wisata daerah sebagai agenda tahunan untuk menarik wisatawan.

Bagi kekinian yang selalu akrab dengan piranti canggih tidaklah sulit untuk mencapai lokasi Candi Tegowangi dengan tujuan untuk mengenal dan menikmati kidung Sudamala ini. Yang pasti, relief kidung Sudamala ini mampu menghibur pecinta budaya untuk menonton pertunjukan wayang dengan sensasi yang berbeda.